⚔ a f t e r s t o r y ⚔

340 17 2
                                    

Cuaca Konoha kali ini hujan lebat disertai angin kencang. Dibutuhkan payung dan jas hujan untuk mengamankan diri dari terpaan hujan yang mengganas.

Ia mengenakan mantel yang tebal dan sebuah payung yang cukup besar untuk dirinya sendiri, berjalan melewati badai. Sepatu nya semakin becek diterpa air yang berhasil lolos dari payung miliknya. Sebentar lagi itu yang selalu ada di kepalanya, keinginan untuk sampai rumah dengan cepat dan mengurusi urusannya membuatnya mempercepat langkahnya- membuat air semakin meresap naik ke celana jeans nya hingga basah se lutut.

cklek 

Pintu depan dibuka olehnya. Saat memasuki lobi apartemen Ia disambut dengan gerutu Nenek Chiyo si pengurus apartemen "Pakaianmu itu membasahi lantai, cepat berganti lalu bersihkan sendiri, aku sudah mengepel puluhan kali hari ini" hanya dijawab anggukan dan Ia pun menaiki tangga lalu masuk ke kamarnya. Sepertinya tempat ini tidak bisa disebut dengan apartemen, kostan mungkin? entah lah, yang ia tau ia hanya dituntut tinggal disini karena pekerjaannya.

"aku pulang" ia berkata pada kegelapan kamarnya. Dilanjutkan dengan menatap mencari sesuatu di kegelapan tersebut, tanpa menyalakan sakelar ia berjalan maju. Semakin ia maju baru lah terlihat sosok yang duduk disana, menatap pada jendela yang menayangkan gemuruh badai dan petir bagai konser di tengah malam.

"kau masih bangun? ini sudah jam 1 pagi" ucapnya sambil menepuk pundak sosok itu - membuatnya menoleh pada sumber suara. "kau sudah makan?" tanya nya. Sang sosok hanya menggeleng sebagai balasan. "ini, untuk mu" menunjukkan sebuah bingkisan ke depan mata biru yang terlihat redup.

Ia pun berjalan ke arah dapur kecil kemudian mengambil mangkuk dan garpu, membuka bungkus itu dan menuangnya dalam mangkuk. Berjalan lagi mendekati si sosok dengan mangkuk dan gelas berisi air. 

"ini ramenmu" ucapnya. Petir menyambar menunjukkan wajah pucat itu, dengan garis kumis kucingnya yang semakin kentara karena kulit yang semakin putih, dua permata biru nya mengarah pada Ia yang duduk di lantai menghadap lututnya. Naruto - si sosok - beralih menatap mangkuk. 

Sang safir menatapnya dan dengan perlahan mengambil garpu kemudian menyuapkan perlahan mie yang ada di dalam mangkuk tersebut.

"Makanlah yang banyak" ucapnya yang masih duduk di depannya, mendangak melihat Naruto mulai memakan ramen perlahan. 

Selesai dalam beberapa menit saja, bukan karena nafsu makannya namun karena tidak habis dan bersisa setengah dari porsi nya. Naruto selesai dan menatap pada sang empunya kost ini, beberapa saat mereka saling tatap.

"hm?" sahutnya. Sasuke, orang yang tadi menerpa hujan agar cepat sampai rumah, menuangkan ramen untuk Naruto, dan duduk di depan kaki sang rambut kuning. "ada apa?" tanya nya lagi karena tidak mendapat respon setelah 2 menit berlalu.

Hanya gelengan yang ia dapati dari kepala berambut kuning itu.

Sasuke menyandarkan kepalanya pada lutut sang pirang itu, rambutnya kini mulai memanjang hingga ia mengikatnya ke belakang. Tangan Naruto bermain pada rambut hitam itu, jemarinya merasuk ke dalam gumpalan pekat malam, menyisirnya perlahan. Lututnya serasa basah, tidak mungkin air hujan merembes dari jendela kaca. Ia tau sumber air itu. 

Sasuke menangis dalam diam, sudah sering ia melakukannya. Saat tidur, dalam kamar mandi, bersih-bersih, hampir semua kegiatan sudah ia lakukan bersama dengan air mata selama setahun ini.

ah... tentang kejadian yang lalu. Mari kita ingat kejadian dimana kehidupan keduanya berubah secara pesat.

++++

Sasu berlari secepat mungkin dengan sosok berambut kuning di punggungnya, tertidur pulas bagai tidak menyadari keadaannya sendiri. Memasuki mobil yang disetir oleh Shikamaru, wajah Sasuke semakin ketar-ketir. Menengok ke jalan di depannya yang kini mulai sedikit padat oleh kendaraan, ia menggeram sambil memeluk sang blonde dengan erat seakan semua bagian tubuh itu akan berpisah jika ia melonggarkan sedikit saja pelukannya itu. Dalam perjalanan hanya diisi oleh kegelisahan Sasuke yang meminta lebih cepat dan suara sirine yang dipakai oleh Shikamaru untuk memerintahkan seluruh kendaraan agar memberi jalan.

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang