-SENIN-
08.00
Naruto hanya dapat termenung menatap layar datar di depannya. Berita disana. Sebuah berita tentang kematian salah satu pembunuh bayaran yang sedang diburu oleh para polisi. Dia adalah saingan Naruto, walau hanya orang itu yang menganggap Naruto adalah saingannya. Meski begitu, orang dalam berita itu adalah temannya. Baru saja dia bahagia kemarin, dan sekarang ada lagi musibah yang datang. Tuhan seperti sedang mempermainkannya.
"Deidara.. bagaimana bisa?" matanya masih terpaku pada gambar mayat di depannya.
"mayat itu disinyalir adalah seorang pembunuh bayaran dengan inisial De, anggota dari organisasi Akatsuki yang sedang di cari-cari oleh kepolisian Konoha saat ini. Terdapat sebuah peluru tersangkut dalam otaknya. Dengan sebuah pistol yang tersisa enam dari tujuh di dalamnya, pelaku diduga telah melakukan tindakan bunuh diri. Polisi masih akan mengusut tuntas kasus ini. Selanjutnya saya akan kembali kan kepada anda di studi-" perkataan dari reporter itu berhenti, juga dengan tvnya. Karena sekarang Naruto sudah mematikannya.
"dia tidak mungkin bunuh diri" si blonde itu langsung bangkit dari duduknya, mengambil handphone dari sakunya dan menelepon nomer yang sudah ada di sana. Dengan seragam sekolahnya ia berjalan tanpa tas, sebenarnya dia sudah telat sekarang, mungkin Naruto harus bolos untuk hari ini.
"kumpulkan anak buahmu sekarang! Jam sepuluh aku sampai sana" dan suara berdebam pelan pun terdengar pelan dari pintu, dan tempat itu pun jadi kosong.
~$~$~
09.00
Sasuke berjalan tergesa-gesa di lorong. Entah kenapa untuk mencapai ujung lorong itu seperti membutuhkan waktu berjam-jam, dia sudah terlambat satu jam. Disana lumayan penuh dengan orang-orang berlalu lalang. Tidak dihiraukannya orang-orang berseragam yang mengamati dirinya yang mengenakan seragam Konoha High School.
Kaki jenjangnya berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna putih polos dengan bagian atas bertuliskan SP room.
Tok.
Sebuah ketukan, hanya sekali saja sudah membuat pintu itu bergeser terbuka dan menampakan kepala seorang laki-laki seusia dengannya dengan kepala nanasnya. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. Setelah puas meneliti Sasuke, orang itu barulah membuka lebar pintu putih itu.
Di dalam sudah ada tiga orang lainnya yang duduk berhadapan di meja panjang. Mereka semua memiliki kesamaan. Pin yang tersemat pada dada kiri pakaian mereka semua adalah pin yang sama. Sebuah pin yang dialih fungsi menjadi alat pelacak dan kode panggilan darurat untuk semua unit. Mereka adalah tim inti dari secret police.
Sai, Sasori, dan Kakashi dengan seragam sekolah masing-masing, hanya menatap ke arah pintu dimana ada Sasuke disana dengam Shikamaru yang masih menggenggam pegangan pintu. Mata Sasuke sedikit mengilap tajam, seperti ada sebuah kobaran api hitam dalam mata itu.
"Shika, jelaskan semua ini secara singkat" perintah tegas dari sang leader berseragam KHS itu mengaung di ruangan seluas sepuluh kali dua belas meter itu.
Sedangkan yang di perintah itu berjalan mendekat ke arah meja dan mengambil berkas yang sudah disiapkannya, menyerahkan kepada Sasuke untuk dibaca. Yang diberi berkas langsung saja menyambarnya dan membaca secepat yang ia bisa.
"kita tidak punya seseorang untuk dicurigai sama sekali, makanya polisi bilang kasus ini akan ditutup. Tapi aku dan Sasori meminta sedikit waktu untuk menyelidikinya" ucap seorang remaja dengan seragam yang berbeda dengan Sasuke, Sai dari sekolah seni di pusat Konoha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey
Fiksi PenggemarBerawal dari rasa penasaran, Naruto sang pembunuh bayaran mengiyakan permintaan Orochimaru untuk membunuh orang yang disayanginya, Hyuga Hinata yang dahulu ia sebut-sebut seperti adiknya sendiri. Tapi rasa penasarannya itu berhasil menjungkir balikk...