Naruto keluar dari mobil teman-temannya. Memang itulah rencananya, para Akatsuki mengikutinya dan jika terjadi hal yang tidak diinginkan mereka baru boleh memperlihatka diri mereka. Dan sekarang Naruto sudah sampai di depan pintu apartemen Hinata, rasa takut mulai menguasai dirinya. Ia baru menyadari, ternyata mulai timbul sedikit rasa yang lebih dibanding sayang untuk gadis bermata bagai rembulan itu.
Di tekannya bel di dekat pintu itu, kini ia hanya dapat menunggu. Kemudian pintu itu dibuka dari dalam. Seorang gadis cantik dengan mata bulan dan rambutnya yang panjang. Gadis itu tersenyum saat melihat Naruto yang ada di depan pintu dan sedikit mengeryit saat melihat ada tiga remaja lain di belakang sang blonde. Di persilakan keempat pria itu masuk.
“ano.. ada apa?” tanya gadis itu bingung.
“Hanabi-chan, Hinata ada di rumah?” bukannya menjawab dahulu apa yang ditanyakan oleh Hanabi, Naruto malah bertanya yang lain. Hanabi hanya menggeleng pelan.
“Tadi ada tamu datang, seorang pria. Aku tidak kenal, wajahnya sangat seram tapi kata Nee-chan itu adalah teman Nee-chan, lalu mereka pergi bersama aku tidak tahu kemana” Hinata pasti bohong tentang pria itu, itu hanya agar Hanabi tidak takut terjadi sesuatu. Rasa takutnya semakin meninggi mendengar penuturan Hanabi.
“kapan pria itu datang?” kini giliran Pein yang bertanya.
“um… Kira-kira pukul satu, aku kurang ingat karena saat itu aku baru bangun tidur”
Diliriknya jam kecil di belakang tv ruangan itu, jam setengah lima lewat lima belas! Mereka sudah pergi hampir lima jam! Bagaimana ini? Jangan-jangan Hinata sudah…
Puk!..
Pikiran negatifnya langsung berhenti ketika seseorang menepuk bahunya perlahan, Sasori dengan wajah ramah dan tenangnya hanya menggeleng, menandakan agar Naruto todak gegabah dalam urusan ini. Bias hancur semuanya jika itu semua terjadi.
“oh! Ada yang pria itu titipkan pada ku untuk Naruto-nii! Sebentar, sepertinya aku tinggal di kamar” Hanabi bangkit dan berjalan pelan menuju kamarnya yang ada di sebelah ruangan itu, kemudian kembali lagi dalam beberapa menit dan menyerahkan sebuah amplop cokelat yang masih disegel.
“aku tidak membacanya karena sepertinya sangat penting, aku tidak ingin membaca privasi orang lain” kata Hanabi sambil tersenyum. Naruto bangkit dari duduknya disusul oleh tiga rang lainnya dan Hanabi.
“Baiklah, aku akan pulang. Terimakasih Hanabi-chan. Kabari aku kalau Hinata sudah pulang yah!” katanya dengan senyum dibarengi dengan tangannya yang mengacak-acak kepala Hanabi.
“ha’I, wakatta! Hati-hati di jalan Naruto-nii”
Perjalanan menuju lift sangat sepi karena mereka masih berpaku pada pikiran masing-masing.
~~
Kini Sasuke hanya dapat memutar-mutar dengan poros meja rapat di ruangan khusus sp dan itu membuat teman-temannya semakin binngung. Baru kasus ini yang membuatnya begitu panik, mungkin karena satu-satunya orang ia sayang berada di antaranya.
“aku sudah duga akan begini! Pada akhirnya dia juga yang akan mati” wajahnya semakin kusut dengan racauan tidak jelas dikemudian.
“ya, dia akan masuk perangkap juga akhirnya” kali ini remaja berambut nanaslah yang membalas.
“kau tahu, ini lebih sulit karena yang kita hadapi adalah boss Orochimaru. Orochimaru saja sudah sangat sulit untuk di tangkap, dan sekarang bossnya. Neji, mantan seorang Hyuga, mantan kriminal tingkat tinggi dan juga mantan partner dari kuro neko” Sasuke kini mulai duduk di tempat duduknya, namun tetap tidak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey
FanfictionBerawal dari rasa penasaran, Naruto sang pembunuh bayaran mengiyakan permintaan Orochimaru untuk membunuh orang yang disayanginya, Hyuga Hinata yang dahulu ia sebut-sebut seperti adiknya sendiri. Tapi rasa penasarannya itu berhasil menjungkir balikk...