first person

1.2K 87 0
                                    

Sc : www.pinterest.com

"baiklah, aku tidak akan menekanmu. Jika kau siap menceritakannya, ceritakan saja padaku. Kau sudah besar, kau pasti akan tahu waktu yang tepat Teme" dan Sasuke hanya mengangguk mengiyakan perkataanku.

"Dobe, bicaramu itu seperti orang tua" ledeknya dan aku hanya membalas dengan senyuman lima jariku seperti biasa.

Dan suasana kembali hening di antara kami berdua. Pembicaraan kami sudah selesai, sekarang aku bingung mau bicara apa lagi. Waktu dua tahun itu berhasil membangun dinding tebal di antara aku dan Sasuke, dan aku berhasil membuatnya retak sedikit. Mungkin dua tahun lalu memang seharusnya aku tidak bercerita pada Sasuke yang sebenarnya, aku bisa saja berbohong lagi. Dan aku juga tidak seharusnya melakukan itu, tidak seharusnya aku beraksi di sana dan menewaskan partnerku sendiri.

Masih terbayang jelas di dalam pikiranku, wajahnya yang sekarat. Memang tidak seharusnya aku lakukan itu, aku menyesal. Padahal dari awal aku sudah tahu kalau semua itu adalah jebakan, kenapa aku tetap kesana hingga aku melihatnya tewas tepat di depan mataku sendiri. Memang aku adalah seorang pembunuh bayaran, tapi aku tetaplah manusia. Dan partner ku itu.. dia hampir sama dengan Sasuke, aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri. Dia yang sering membantuku. Akh! Semua pikiran ini membuatku pusing! Dan tanpa aku sadari aku sudah menarik rambutku sendiri, frustasi dengan semua ini.

"be! Dobe! Oi!" suara Sasuke menyadarkanku, semua kilasan balik itu tiba-tiba saja pergi dan berubah menjadi wajah khawatir Sasuke yang ada di seberang ku.

"aku tidak apa" jawabku menenangkannya.

"aku tidak bertanya keadaanmu, bodoh" dia lalu berdiri dan beranjak ke arah pintu, membukanya dan keluar. Tapi sebelum pintu itu tertutup, aku mendengar sebuah kata yang membuatku sedikit kaget.

"sampai jumpa di kelas besok, my brother!" yah, meski aneh. Tapi apa itu benar? Sasuke masih menganggapku sebagai saudaranya? Entah harus merasa bagaimana, tapi perasaan dominanku adalah bahagia! Aku bahagia karena Sasuke mau menerimaku sebagai sahabatnya lagi, bahkan saudaranya. Rasanya sangat bahagia mempunyai saudara lagi!

Naruto POV's End

~$~$~

Disebuah ruangan dengan gaya victory yang melekat, dengan warna cat dominan merah dan abu. Disana berdiri tiga orang dan satu orang duduk di depan sebuah meja mahal dengan ukiran ular yang rumit. Di hadapannya adalah seorang pria bersurai kuning dengan mata birunya mengenakan sebuah jaket kulit berwarna hitam. Dan di kanan-kiri pria yang duduk itu terdapat dua orang dengan pakaian jas lengkap dan rapi. Suasana di dalam ruangan itu sepertinya agak tegang karena kemarahan remaja dengan jaket hitam itu.

"aku tidak pernah mendengar kontrak seperti itu!" kilah pemuda dengan jaket hitam itu pada pria yang duduk di depannya.

"khu khu khu.. tapi kau sudah menandatanganinya, berarti kau setuju semua itu. Lagi pula.. Kenapa kau berhenti? Tidak sanggup eh?" ledeknya dengan senyum sinis.

"diamlah Orochimaru! Pokoknya aku sudah membatalkan kontrak" bantah pemuda itu lagi. Pria yang bernama Ororchimaru itu berubah menjadi sangardan menyeramkan, anak buahnya yang berada di sana hanya dapat melihatnya dengan bandan kaku ketakutan. Tapi tidak dengan remaja laki-laki itu. Mata biru nya menatap kembali pada mata ular hazel Orochimaru.

"baiklah, kontrak di batalkan! Kau boleh pergi" pemuda itu pun tersenyum puas.

"aku kembalikan uangmu" surai pirang itu mengambil uang dan buku yang pernah diberikan padanya dari jaket dan berjalan mendekat ke meja kerja Orochimaru.

"tidak perlu" seringainya keluar berbarengan dengan sebuah benda.

Dorr!!!

"akan aku ambil sendiri" Sebuah pistol night hawk 50c dengan moncong yang sedikit berasap itu ditodongkan ke arah kepala remaja pirang tadi. Sedangkan salah satu dari tujuh peluru yang ada sudah bersarang tepat di dalam kepala, mata remaja itu melotot kaget kemudian roboh.

"warna perak dan hitam memang sangat bagus, tidak rugi aku membeli buatan Israel" seringainya mengembang begitu darah mulai membanjiri mayat yang terkapar disana.

"istirahatlah dengan damai, Deidara"

Kriing! Kring...!

Suara telepon menggema di dalam ruangan yang kini berisikan tiga orang dan satu mayat, dengan segera Orochimaru mengangkatnya.

"ya, Hime-sama"

"apa kau sudah mengatasi Deidara? Orochimaru-san" suara orang di seberang sana terdengar sayup-sayup.

"oh, baru saja selesai, Hime. Ada lagi?"

"Bagaimana dengan yang satu lagi?"

"Maksudmu Naruto? Kalau dia.. belum memberi kabar selanjutnya, mungkin masih dalam tahap"

"ah, souka. Jika sudah, aku tunggu kabarmu" suara disana semakin tidak jelas karena keramaian yang ada.

"hm, ya. Semoga saja cara ini berhasil memusnahkannya"

"ya, semoga saja. Ku tunggu secepatnya Orochimaru-san. Dan jangan lupa untuk membereskan mayat itu!"

Dan kemudian telepon ditutup. Pria pecinta ular itu segera berpaling pada dua bawahannya yang sedang mengamati mayat Deidara yang masih menampakkan raut kekagetan.

"apa yang kalian perhatikan? Mayat itu tidak akan membuang dirinya dengan sendirinya. Cepat bereskan!"

"ba-baik tuan" dan para cecunguk itu pun pergi dengan membawa mayat Deidara yang sudah memejamkan matanya, akan sangat menyeramkan bila membawa mayat melotot, bagaimana jika dia berkedip. Kira-kira itulah pikiran para anak buah itu.

Kini dia hanya sendirian di ruangannya. Suara jam menggema di dalam ruangan itu, matanya terpaku pada sebuah foto. Disana, seorang remaja usia lima belas tahun berambut indigo pendek dengan mata bagai rembulan, dan disampingnya adalah anak laki-laki usia enam belasan dengan rambut cokelat panjang dan warna mata yang sama dengan gadis di sampingnya.

"kemarin itu hanyalah sebuah pemanasan, permainan yang sebenarnya sebentar lagi akan benar-benar dimulai" seringai terkembang di wajahnya yang yang sudah menyeramkan.

"kau akan mendapatkan balasan yang sama dan setimpal. Karena semua itu harus selalu seimbang, yak kan? Neji Hyuga, dan Hinata Hyuga, menarik! Hahahahahaha... kau akan mati!" suara tawa pun menggema di ruangan itu, Orochimaru tertawa seperti orang sedang kesetanan.

~TBC~


Earth, April 4th 2016

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang