Sc : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSTURMarQG6HEvHJFhTTUty9_3g-dUpG_o496Uet9z7j4HQG5-wXemSFnaovA
"dia tidak bergerak lagi?" Tanya seorang pemuda dengan seragam khas murid sekolah dari Indonesia, putih abu-abu. Ia sedang menelepon seseorang. Matanya bergerak kesana kemari entah berfokus pada apa.
"ya, kira-kira setelah perdana menteri Konoha, tuan Danzo tewas" jawab seseorang ditelepon itu.
"apa kau yakin kalau itu benar-benar dia? Mungkin saja hanya seorang yang ingin menumpahkan kesalahan padanya" jawab pria berseragam itu.
"itu memang dia, aku yakin seratus persen. Karena peluru berukir kucing itu memanglah cirri khas dia. Kami sudah mencocokan dengan yang dua tahun lalu, tidak ada yang beda. Hasilnya positif" orang di seberang sana menjawab.
"Kuro Neko, ya? Masih setangguh itukah dia?"
"ya.. bisa dibilang begitu, kau kan mantan rekannya di Akatsuki"
"hm... Lama aku tidak bertemu dengannya, wajahnya saat aku sekarat benar-benar ingin membuatku tertawa sebesar-besarnya" sebuah senyum aneh terukir dari bibir tipis pemuda itu."ne.. bisakah kau menjemputku? Memakai seragam yang paling beda di sini membuatku agak risih" suaranya sekarang agak dipelankan, menyadari sedari tadi banyak yang memperhatikannya.
"Siapa yang menyuruhmu masih memakai seragam? Dasar bodoh!" Suara di seberang sana seakan menahan tawa, dan itu sangat mengesalkan bagi remaja putih abu-abu itu.
"sudah lah, cepat jemput aku. Aku sudah sangat rindu dengan adik dan mantan partnerku"
"terserah kau lah, aku akan di sana dua puluh menit lagi. Kau tunggu sebentar, Neji" line di seberang sudah terputus. Remaja yang barusan dipanggil Neji pun menurunkan handphone itu dari telinganya.
"Konoha, sudah lama aku tidak kesini. Dua tahun eh? Lama juga ya." Matanya menatap sekeliling, kemudian menegak dan seringai terukir jelas pada wajah tampan tanpa noda itu.
"saa, Naru.. ayo kita bermain"
~
"sudah aku bilang, aku bisa pulang sendiri Naruto-kun" cicit Hinata ketika Naruto masih bersikukuh menggenggam tangannya, tentu ia malu karena sekarang berpasang mata tengah melihat dua sejoli ini.
"tidak, aku akan mengantarmu sampai tepat di depan gedung apartemenmu" Ujar sang blonde sambil mempererat genggamannya.
Sekarang memang sudah jam pulang sekolah, Hinata yang ingin langsung pulang itu segera dikawal oleh kekasihnya yang entah sejak kemarin menjadi over protectingnya kelewat batas kemanusiaan. Jelas saja, kemana pun Hinata, disana ada Naruto. Jarak berjauhan maksimal mereka adalah antara toilet dan pintunya, dan itu adalah fakta.
Sasuke pun merasa sesak melihat itu, ia harus menahan hatinya melihat sang pujaan hati berada di ujung tanduk antara hidup dan mati. Dia pun sekarang sudah mulai kembali jarang berkomunikasi dengan sang blonde, paling hanya lewat sms atau telepon singkat yang kebanyakan dari Naruto untuk menanyai kabar.Kembali pada dua sejoli yang sekarang sedang berjalan santai di trotoar dekat pusat perbelanjaan. Karena rumah Hinata adalah di kawasan yang dekat dengan perbelanjaan di Konoha jadi mereka harus melewati jalan ini agar lebih cepat sampai dan juga lebih aman karena kawasan ini selalu ramai dipadati oleh orang-orang yang hilir mudik.
Naruto sekarang harus terus menjaga Hinata, setiap saat. Dimana pun dan kapan pun dia harus tahu kabar Hinata, ini demi janjinya pada Neji. Naruto sudah berjanji pada mediang partnernya itu untuk terus menjaga Hinata bagaimanapun keadaannya. Itu adalah janji pertama dan terakhirnya pada Neji. Entah seperti lelucon jika ia tahu kalau Neji masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey
FanfictionBerawal dari rasa penasaran, Naruto sang pembunuh bayaran mengiyakan permintaan Orochimaru untuk membunuh orang yang disayanginya, Hyuga Hinata yang dahulu ia sebut-sebut seperti adiknya sendiri. Tapi rasa penasarannya itu berhasil menjungkir balikk...