Part 5

779 184 35
                                    


100+ votes. I LOVE EVERY SINGLE ONE OF YOU

---


Oh, Tuhan apa yang barusan terjadi?

Pria yang di idam-idamkan banyak wanita ini terkulai lemas di kursi belakang. Diriku basah. Benar-benar basah karena hujan yang mengguyur tadi.

Segera dengan kekuatan-ku yang tersisa, kuangkat tubuh pria ini. Sempoyongan sambil merasakan sakit di kakiku berusaha menyeimbangkan tubuh dan pikiranku agar kami berdua bisa naik ke apartemen tempatku tinggal.

Orang-orang menatap kami dengan selidik sampai kami masuk lift. Persetan dengan orang-orang. Mereka mungkin kaget kenapa diriku, kutu buku, bisa membawa pria tampan dan lemas pula. Jika aku jadi mereka aku mungkin akan membuat spekulasi bahwa diriku sebenarnya PSK. Tuhan, pikiranku kacau.

Tinggal beberapa langkah lagi kami sampai di pintu apartemenku. Mohon maafkan aku jika kau bangun, Mr. Styles karena aku telah menyeretmu dan mungkin beberapa kali terjatuh. Ooops.

Doa ku sekarang agar Marrisa tidak berteriak dan menggila saat melihat pria yang ku bawa.

"Marrisa, bukan pintunya,"dengan suara terakhir, ku ketok pintu tersebut.

Kemudian, terdengar suara benda jatuh dari dalam. Pintu terbuka menampilkan Marissa masih menggunakan pajama yang terdapat noda kopi di kerahnya. Marissa masih setengah terjaga, kurasa.

"Jenna, dari mana saja dir-" ah dia sudah terjaga "Jenna, what the hell? Who's this man, you've been drinking, haven't you? You're bleeding, and-"

"Marrisa, please," ucapku sedikit keras, membuatnya berhenti dari ocehan tak jelasnya.

Marissa lalu menolongku menempatkan pria ini di tempat tidurku. Wow. Tak pernah terbanyangkan olehku, kasurku akan ditiduri oleh Harry Styles. Kulepaskan peganganku dari pundaknya dan menempatkan kepalanya di bantalku. Oh, rambutnya kenapa lembut sekali?

"Sekarang Jenna, ceritakan semuanya," Marissa memberiku tatapan bak detektif, aku bahkan sampai tidak sadar jemariku masih mengelus rambut pria ini dengan sayang

"Pertama, pipi kananku tergores. Kau bisa menolongku dulu" jawabku setenang mungkin.


---


Seperti itulah yang terjadi. Aku, dengan luka yang cukup dalam di pipi dan tubuh yang nyeri mencoba untuk menceritakan sedetail mungkin kepada wanita berambut merah ini. Untung saja lukaku hanya luka gores dan aku sendiri tak perlu menggunakan jasa Rumah Sakit.

Aku hampir menggambil air minum di dapur, saat terdengar suara dari dalam kamarku. Baiklah, kuatkan dirimu Jenna.

Segera aku melangkah menuju kamar dengan detak jantung yang nampaknya berdetak terlalu kencang, sampai rasanya seluruh badanku lemas. Aku mungkin terlihat seperti boneka 'annabelle' dengan dress putih ini. Semoga saja dia tidak kabur saat melihatku nanti.

Marissa sedang keluar saat ini, membeli beberapa bahan makanan yang seharusnya sudah kubeli. Olivia masih tertidur saat kulihat tadi.

Kuketuk beberapa kali, dan tentunya dia tidak mungkin menjawab. Dia hampir tidak bisa berdiri, bagaima dia bisa membukakan pintu. Segera kubuka pintu tersebut dan menyesali perbuatanku tadi. Dia menatapku dari kejauhan. Aku memberanikan diri untuk berjalan lebih dekat lagi.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" aku mencoba untuk terdengar semanis mungkin, tapi terdengar seperti tikus terjepit pintu. Ah, kapan diriku terlihat setidaknya seperti seorang wanita terhormat? Never.

"Aku bingung," jawabnya dengan suara yang begitu serak dan terdengar seperti mendesah. Oh, pria ini sungguh menggoda.

"Badanku terasa seperti ditimpa kayu raksasa. Sakit sekali," lanjutnya.

Aku duduk di salah satu kursi dekat kasurku dan mengambil selembar kertas dan pena di meja dekat tempat tidurku. Mungkin sudah sekitar sepuluh kali aku menelan ludahku sendiri. Oh, tuhan... dia terlihat lebih menawan jika dilihat dari jarak 2 kaki ini. Oh, betapa mengundangnya bibir merahnya itu.

"Siapa nama, tuan?" pertanyaan pertama, walau aku sendiri dan mungkin anak SD saja tahu siapa namanya

"Harry Edward Styles," jawabnya menatapku. Seolah seluruh napas terhenti di tenggorokanku, saat dia mencoba menyingkirkan rambut yang terlalu panjang itu, dari wajah malaikatnya.

"Baik, umur anda?" pertanyaan selanjutnya

"22 tahun," jawabnya singkat. "Mengapa kau memberiku pertanyaan? Seharusnya aku yang bertanya," sambungnya. Ouch, ucapannya cukup menyakitkan

"Mohon maaf, aku hanya ......memastikan benturan dikepalamu itu.. er, tidak menyebabkan dirimu kehilangan ingatan atau... kau tahu hal-hal yang menakutkan lainnya," jawabku terlalu pelan dan datar. Aku benci mulutku sendiri.

"Aku minta maaf, tidak bermaksud sama sekali untuk-"

"Tak apa,.... lalu apakah kau ingat... er,apa yang terjadi sebelum ini?" tanyaku, yang akhirnya berani melihat ke matanya.

"Er, aku sedang mengemudi lalu entah kenapa steer mobilku sedikit goyang, dan jalanan licin kemudian aku menabrak seseorang dan-" ucapannya terhenti saat dia melihat wajahku atau luka-ku.

"You are the person. And you saved me," ucapnya lembut menatap diriku. Sepertinya hanya dia, pria yang mampu membuat 8 kata tersebut menjadi kalimat termanis yang pernah kudengar. Dia tak tahu, bahwa dia membuatku gila.

"I guess," respon yang singkat dan menyedihkan kuberikan pada pria bermata indah sepertinya

Kemudian, Harry mencoba bangkit dari tidurnya. Aku dengan segera membantunya, menempatkan bantal sebagai sandaran. Dia meringis saat mencoba untuk bergerak lebih banyak.

"Kurasa, aku harus menge-check lukamu," diikuti anggukan persetujuan dari Harry.

Oh, tuhan bantu aku.

"Kau ini apa? Dokter atau..," tanyanya saat aku menaruh kertas dan pena tadi.

"Aku... er, " sial, mulutku kenapa tidak bekerja. "Aku, mahasiswa kedokteran, tapi aku bukan dokter, tapi yah mungkin aku akan jadi dokter, tapi mungkin aku juga tidak akan menjadi dokter, ah aku.. aku," Fuck my mouth

"Aku paham," jawabnya singat menunjukkan seringainya. Kumohon jangan, aku bisa meleleh disini.

"Hey," panggil Harry. Hanya tuhan yang tahu berapa lama aku menatap dirinya. Dia mungkin sudah menanggap diriku perempuan aneh. Dia tak salah bila mengira diriku demikian.

"Right, Aku akan ....mengambilkan air minum dan baju ganti untukmu," ucapku terbata bata sambil mengundurkan diri, menundukkan wajahku tak berani melihat wajahnya lagi

"Tunggu ..," panggilnya. Aku menoleh menatap tubuhnya dan kemudian wajah dan rambutnya yang menawan dan sungguh, walaupun ada sedikit lebam di bagian kening kirinya tetap saja, dia pria yang menggiurkan.

"Aku seperti mengenalmu. Pernahkah kita bertemu?" tanyanya mengembalikanku dari imajinasi sesaatku.

"Yeah," jawabku mungkin terlalu pelan. "Aku akan segera kembali,"lanjutku.

"Allright, I will wait for you. Thank goodness your too cute to be kidnapper," apa aku tidak salah dengar? Harry Freaking Styles called me cute. Walaupun, beberapa saat dia mungkin mengira diriku seorang penculik tapi, dia menganggapku manis.

Lalu, aku melangkah keluar kamar dan menutup kembali pintu itu. Detak jantungku mungkin terdengar sekarang. Tubuhku terasa panas dan rasanya pikiranku melayang jauh menginggalkan ragaku. Aku tidak bisa menahan diriku, untuk tidak tersenyum.


Today, I'm in love.




A/N: JUST DON'T BE SILENT READERS.. COMMENT YOO,

 ALL THE LOVE. N




Baby's Dream // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang