Part 9

778 105 41
                                    

MAAF ATAS KETERLAMBATAN YANG SANGAT MENYEBALKAN. MAKLUM BARU SELESAI UAT DAN GUA KEMARIN HABIS FLU. MAKASIH UDAH 900+ VOTES. ILOVEYOUALL



"Jenna.. I'm home," pekik seseorang wanita memanggil namaku nyaring

Marrisa sudah datang rupanya. Mataku tertutup, napasku terengah engah. Bibirku terasa berat dan kaku. Tanganku meraba lembut suatu permukaan halus. Tubuhku panas dan lemas. Rasanya diriku didekap mesra oleh seorang pangeran. Oh, aku tahu dia adalah lelaki. Bagaimana tidak, aku bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana.

"Jenna, kau dimana? Aku bawa sarapan dan Oh, coba tebak? Aku sudah menyuruh orang mengambil mobilmu," teriaknya mengisi ruangan

Disaat aku mulai sadar aku masih di kamar mandi dengan bibir yang bengkak bersama seorang personil dari sebuah boyband, mataku terbuka.

"Shits. Uhm, maaf aku-, maaf sungguh" Kau tak akan percaya apa yang telah terjadi di otakku, benarkah aku telah melakukan sesuatu yang kotor barusan?

"Oh Tuhan jangan sampai Marrisa tahu, apakah aku mengenai lukamu?" aku berjalan menjauh darinya

"Oh sial, jangan bilang kau sedang dalam hubungan dengan orang lain. Fuck, kita harus- maksudku aku-, ah, bukan kau harus bersembunyi. Tidak, tidak kita harus bertindak biasa saja. Oh, did we really kiss? Wow, why would you kiss me? I can't even bring myself to kiss my own reflection. Oh, we kissed. Shits, maaf. Apakah ini nyata?" suaraku mengecil di kalimat terakhir

Napasku habis untuk mencoba mencari alasan. Pria yang tadinya mendekapku, kini hanya menahan tawa melihat diriku yang sedang panik. Dasar.

"Kau seharusnya melihat ekspresimu tadi. Hilarious," Harry tertawa sambil memegangi perutnya.

Aku malu. Benar-benar malu. Disaat Harry sedang terbahak melihat diriku, pintu kamar mandi terbuka menampilkan Marrisa dengan raut muka yang tak bisa ditebak. Kini sekarang Harry yang kebingungan.

Reflek tanganku menarik tubuh Harry dan memaksa dirinya untuk menghadap muka toilet, lagi

"Pura-pura muntah, cepat," perintahku buru-buru sambil menempatkan posisiku di sampingnya

"Oh, dia muntah ya? Perlu aku ambilkan sesuatu?" Marrisa yang awalnya berdiri di ambang pintu kini sudah berjarak 2 kaki dariku. Buru-buru aku menepuk punggung Harry dan mencoba bertindak senatural mungkin

"Hey, kau punya memar di dagumu," Marrisa kemudian menarik wajahku untuk menatapnya. Memar?

"Apa yang sudah kalian berdua lakukan, hah?" kini suaranya kembali seperti biasa, jelas dan memaksa.

Aku bingung mencari alasan, pandanganku menjalar entah kemana. Posisiku masih tetap dengan berjongkok di sebelah Harry yang berpura-pura muntah. Marrisa menunggu jawabanku, tapi aku yang ditanya tidak tahu harus menjawab apa.

"Dia tadi tersandung dan jatuh mengenai lantai saat memberiku baju ganti," Harry tiba-tiba yang menjawab

"Eh, bukannya kau masih muntah ya?" suara Marrisa kaget melihat pria yang tadi sibuk mengeluarkan air liurnya sendiri, kini sudah bisa berbicara lancar

"Oh, iya-aku lupa," Harry dengan bodohnya mengeluarkan suara muntah yang terdengar sangat dibuat-buat. Aku tak kuasa tertawa kecil, mendengar 'howwek-howwekk' dari mulut Harry

"Er-Riss, tolong bangunkan Olivia, aku akan membantu Tuan ini untuk membersihkan mulutnya-maksudku muntahannya," aku menyuruh Marrisa untuk pergi dan anehnya dia seperti percaya akan ucapan Harry

Baby's Dream // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang