"Please, your ticket miss," seorang yang tinggi berbadan besar dan suara berat menutup jalan ke gerbang dua bersama 3 orang lainnya. Mulai menarik tiket dari tangan fans.
Gadis-gadis ini membuat aku gila. Well sure, mereka menawan semua aku bahkan iri melihatnya, tapi kumohon jangan dorong kami. For god sake, I'm carrying a baby right now, thank you.
Akhirnya sampai pada giliran kami. Lebih kurang ada 40 orang yang dapat tiket. Jadi yah ramai.
"Good evening, Ma'am may I see your ticket?" pria ini memandang kami dengan penuh selidik. Aku memberikan ticket silver ini kepada lelaki ini. Ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali. Menakutkan dan memaksa.
"This is for seat number 13, which one of you are number 13?" pria ini menakutkan, Olivia bahkan sampai menyembunyikan wajahnya di tengkuk-ku.
"Ya, ticket itu ada di kursi anakku. Dia masih kecil untuk pergi sendiri, jadi dia butuh ibunya 'kan?" kucoba membujuk pria menakutkan ini, dan yang kelihatannya tidak mungkin berhasil.
"I'm sorry. I can't help," pria membalasku dengan tatapan membunuh.
"Please, she has been dreaming to meet them ,"rayuku sekali lagi.
"Please, step aside, I'll ask for compromise," kemudian satu orang lainnya menarikku ke sisinya.
"Mum, can I meet loueeh?" Olivia kemudian meraih wajahku dan menatapku dengan mata besarnya
"Tentu saja, loueeh hanya sibuk,"Aku mencoba menenangkan putriku. Dasar orang besar menyebalkan.
Kenapa mereka tidak membolehkan kami untuk masuk? Aneh. Olivia masih kecil dan dia tidak mungkin pergi sendiri. Lalu, disamping itu jika kursinya tinggal satu aku bisa saja duduk memamangku putriku. What's the matter?
Antrean mulai habis. Disini mulai sepi, hanya orang-orang berbadan besar ini saja yang masih tinggal. Olivia mulai mengantuk dan sepertinya aku pun juga. Kulihat jam dari ponselku menunjukkan 10:26 malam. Pantas saja sudah lewat jam tidur anak kecil. Ponselku berdering sebelum sempat aku masukkan ke saku celanaku.
You have received one massage
Mum : How was the concert, huh? Send my love to Olivia. Night-night sweetie. Save drive.
Ibu ku sms. Dengan gerakan cepat aku membalas smsnya. Kemudian, pria berdadan besar ini menepuk pundakku dengan sedikit kasar, membuat Olivia sontak terhenyak dari tidur kecilnya.
"You can pass," pria tersebut lalu menyeret kami masuk ke lorong gerbang. Akhirnya, penantian ini berakhir juga. Aku bersemangat, sampai aku sendiri hampir tak dapat merasakan kakiku. Apakah aku terlihat buruk? Maksudku aku akan bertemu mereka 'kan? para pemuda tampan dari Inggris. Well, semua orang tau bagian 'tampan' itu. Tapi, apakah aku sudah terlihat cukup menarik? Or will Styles wink at me?
Segera kusingkirkan pikiran-pikiran aneh itu dari otakku. Demi tuhan, aku seorang ibu dan hanya duda-duda atau pria yang dewasa yang mau melirikku 'yaichht', bukan penyanyi yang menawan dan wangi seperti mereka. Wangi? Aku pun tidak tahu mereka wangi atau tidak. Setidaknya aku punya kesempatan untuk mengetahuinya.
Kami masuk ke sebuah ruangan yang sudah dipenuhi para gadis berjajar rapi di kursi yang di sediakan. Ada panggung kecil dan 4 kursi tanpa senderan dan tangan lengkap dengan mikrofon dan penyangganya di tengah ruangan. Dan tidak lupa sebuah papan yang cukup besar bertuliskan One Direction menutupi sebagian ruangan. Oh, disana mereka akan duduk. Aku mencari kursi kosong, dan seperti cuma hanya tersisa satu di belakang. Walaupun, ada satu di depan belum terisi tapi tidak, aku terlalu malu duduk di depan. Bagaimana kalau aku mempermalukan diriku sendiri dan mereka menatapku dengan wajah jijik mereka. Mimpi buruk, dan aku pasti sangat terlihat tidak menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Dream // h.s
أدب الهواة(Bahasa Indonesia) Under maintenance stylesstrucks @2016