Part 7

808 150 73
                                    

WOW UDAH 300+ VOTES, MAKASIH SAYANG-SAYANG


---


"Kiss me..," desahanku yang mungkin terdengar sangat putus asa

"Tidak.. ," jawabnya menutup mulutku, mataku sayu menatap garis tegas wajahnya 

"Napasmu bau," lanjutnya.

"What the-" mataku terbuka lebar, mendapati Marrisa duduk di lantai melihat wajahku yang memegang bantalnya terlalu mesra. Kepalaku berputar tak karuan.

Tunggu sebentar? Apa yang telah terjadi?

"Jadi, ini kelakuanmu? Ingin bercumbu dengan bantal favorite-ku, begitu?" umpatnya menarik bantalnya dan duduk di ujung tempat tidurnya.

Jadi ini hanya mimpi? Baby, I was dreaming

"Kau tak akan percaya, apa yang baru saja berputar di otakku," ujarku sambil mencoba duduk bersila bersiap menceritakan mimpi tergila yang pernah kualami. Tuhan, aku memimpikan idola anakku dengan sangat sensual dan menyeramkan. Kejadiannya benar-benar terasa nyata apalagi sentuhannya. Apakah diriku sudah tak waras?

"Coba kutebak, kau tertabrak oleh pria yang kau diam-diam kagumi atau mungkin sudah menjadi 'libido' fantasia gilamu sejak entah kapan, dan kau hampir bercumbu denganya. Apa aku mendekati?" Marrisa membuat pikiranku menjadi lebih kacau dari sebelumnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu mimpiku, dengan begitu detail?

Lalu, perasaan itu muncul lagi. Benarkah diriku hanya bermimpi? Atau hanya 'nyawaku' saja yang masih belum terkumpul?

"Aku tak tahu.. ah, kepalaku pusing," kepalaku mulai berdenyut-denyut. Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar kacau, diluar maupun didalam.

Ingin rasanya aku memaksa diriku untuk tidur dan melanjutkan mimpi tadi. Demi apapun, dia hampir mengecupku dan, aku ingin melakukan hal yang dilakukan oleh 2 orang dewasa lakukan. Ugh, ya aku akui dia sangat menarik, terlampau indah.

Pipi kananku terasa perih. Kucoba sentuh, dan yang kudapatkan malah rasa perih yang semakin hebat. Marrisa hanya beranjak pergi entah kemana, meninggalkan diriku yang benar-benar seperti kehilangan arah di dalam pikiranku sendiri. Sudah berapa lama aku tertidur? Jam menunjukkan 7:24 pagi.

Seingatku, aku hanya bangun terlalu awal pagi ini dan pergi membeli bahan makanan untuk sarapanku, Olivia dan Marrisa. Tapi, apakah aku sampai rumah? Well, aku tidur dikamar Marrisa, jadi ya tentu saja aku sudah pulang.

Kulangkahkan kakiku menuju cermin di meja rias milik Marrisa dan melihat bayangan diriku.

Dress putih dan rambut yang begitu berantakan serta pipi kananku yang terlihat tergores, menampar ingatanku. Aku ingat, jatungku berdetak keras bak gemuruh menghujam bumi detik ini. Sepertinya, aku tidak bermimpi sekarang.

Marrisa kemudian, datang membawa segelas air dan obat sakit kepala kelihatannya. Dia mendekatiku dan menaruh gelas dan obat tersebut di meja riasnya.

"Riss, tolong katakan padaku bahwa, 'pria' itu tidak terkulai lemas di dalam kamarku," napasku terdengar semakin cepat, sampai rasanya aku siap meledak. Tolong bilang saja aku hanya berhalusinasi dan mengigau saat ini.

"Tolong, jangan cium bantalku lagi, setuju?" aku hanya mengangguk "Ya, sepertinya kau membawa 'pria' dalam keadaan lemas, seakan kalian berdua telah melakukan hal kotor dan ingin segera melanjutkannya di dalam kamarmu. Aku harus memberimu selamat atas pekerjaanmu, jika 'hal kotor' itu benar terjadi. Ya, Jenna. You brought Harry Styles "

Baby's Dream // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang