Part 8

913 128 74
                                    

Maaf sayang, lama updatenya. Tapi saya memberikan sesuatu di bawah sana. enjoy. MAKASIH UDAH 600+ VOTES.




Harry Styles

Sungguh seseorang yang rupawan. Aku bisa gila bila harus menatapnya seharian.

Olivia masih mendekapku, tak peduli seseorang sedang menatap kita. Hujan masih turun, menandakan waktu kita masih awal. Aku berusaha menenangkan Olivia, sambil menggendongnya aku mengusap rambut coklatnya.

"Sudah, sayangku. Ibu baik-baik saja," Olivia masih menangis di pundakku

Kutimang bayiku dan meninabobok-kan dirinya. Olivia awalnya tidak terpengaruh, tapi lama kelamaan suara tangisnya mulai reda. Untunglah dia tidak malah menjadi lebih gusar mendengar suaraku yang seperti petir yang bergemuruh saat ini.

Beberapa menit ini hanya ada suara nyanyianku dan napas berat dari pria yang duduk di ujung tempat tidurku. Lalu aku mengundurkan diri untuk menidurkan putriku.

Kuletakkan Olivia dengan sangat pelan takut kalau-kalau dia terbangun dengan gerakan mendadak. Rambutnya sedikit berantakan jadi kuusap dan menempatkan rambutnya di sisi kosong tempat tidurnya. Tak lupa aku menaruh bantal di kedua sisinya. Ya, kau tahu? Perasaan khawatir seorang Ibu terhadap bayinya sangat kuat.

Setelah selesai dengan Olivia, aku kembali ke kamarku. Pria ini atau Harry tersenyum padaku saat aku menutup pintu kamar. Aku kemudian menundukkan kepala tak berani melihat dirinya. Kumohon, jangan lihat aku, diriku bahkan tak kuat melihat bayanganku sendiri di cermin. Oh, Tuhan.

Aku kemudian, duduk di kursi kecil di dekat kasurku dan mengambil kapas dan antiseptic mulai untuk membersihkan goresan di dahinya. Dia hanya meringis saat aku menyeka dahinya, jarak kami cukup jauh. Setidaknya, aku tak akan melakukan hal yang memalukan seperti dalam mimpiku.

Oh, mimpi. Tunggu aku tidak sedang bermimpi 'kan? Seseorang harus menampar diriku dulu.

Aku bukan tipe orang yang suka berbicara banyak pada orang asing, apalagi yang seperti dia. Lebih baik, kututup mulut sialan ini daripada aku mempermalukan diriku sendiri seperti dalam mimpi gila tadi.

Pekerjaanku hampir selesai saat aku mendengarnya berdeham. Aku berpura-pura tidak mendengarnya lalu segera kurapikan kotak P3K ini dan menaruhnya di lemari milikku. Sumpah demi apapun, aku malu.

"Maafkan saya Tuan. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk anda, saya perlu itu untuk mengambil tindakan lanjut terhadap kondisi Tuan" ujarku, saat aku kembali duduk di depannya dan membantunya bersandar di papan tempat tidurku. Maksud di depannya adalah aku duduk di kursi tadi, di sebelah kanan kasurku. Bukan duduk tepat di depannya, walaupun aku ingin sekali duduk di situ. Er, sudahlah.

"Hello," decaknya membangunkan diriku dari lamunan sesaatku. Tuhan, sudah berapa kali diriku terpana dengan kehadirannya?

"Aku seperti sudah melakukan ini. Apa kau yakin aku tidak sedang tertidur dan mengigau sekarang? Walaupun aku masih belum jelas mengingatnya," ujarnya membuat napasku tercekat di tenggorokanku.

Apakah mungkin dia mempimpikan hal yang sama dengan diriku? Rasanya terdengar menggelikan dan mustahil. Bagaimana bisa kami-aku dan dia yang hanya bertemu sekali- dapat memiliki koneksi pikiran.

"Ah sial," umpatnya tiba-tiba. Aku sontak kaget dan mendekatinya. Harry memegangi kepalanya dan masih mengguman merasakan sakit di kepalanya. Aku segera mengambil beberapa bantal dan mencoba menyibakkan rambut yang terlalu panjang untuk pria miliknya.

Baby's Dream // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang