Lee hwa nampak mengerutu di sepanjang jalan, ia berjalan dengan kesal dan menghentakkan kakinya di tanah, gadis itu malah mengangkat sedikit chima – nya ketika berjalan
" mereka itu menyebalkan sekali, aku juga tidak tertarik dengan lampion, aku bisa meminta abba – mama untuk membuat pesta lampion di istana "
" mama... mereka pasti tidak bermaksud seperti itu..."
" hooohooo " lee hwa berhenti dan berbalik, ia menatap dayang yang menemaninya sejak kecil itu dengan tatapan kesal " jadi sekarang dayang han membela para ongju itu... baik.. bela saja mereka, tidak ada yang membelaku !!"
" mama.. bukan seperti itu " dayang han nampak serba salah
Lee hwa berbalik, ia semakin kesal karenanya dan berjalan cepat, tapi kemudian langkahnya terhenti begitu melihat tabib istana beserta perawat istana berjalan tergesa menuju ke arah kediaman sang kakak pertama, lee jin
Lee jin adalah kakak satu ibu lee hwa, mereka dulu sangat dekat saat lee jin masih menjabat sebagai putra mahkota dan ibu mereka masih hidup, namun setelah kesehatannya terus menurun dan posisi putra mahkotanya di gantikan, mereka tak lagi bicara bahkan lee hwa tak pernah di ijinkan sang kakak untuk melihat kondisi sang kakak di kediamannya, sang kakak seperti perlahan menjauh darinya
" apa orabeonim sakit lagi ?" gumamnya
" gungjo – mama " dayang han nampak menegurnya
Lee hwa nampak menghembuskan nafas berat kemudian berjalan kembali dengan lebih tenang ke kediamannya
Malam harinya, lee hwa nampak membuat sulaman namanya di sapu tangan yang baru ia dapatkan dari putra mahkota tersebut, ia nampak kesulitan dan jahitannya terlihat tidak rapi
" kenapa ini susah sekali " keluhnya
" anda harus lebih sabar gungjo – mama " kata dayang han
" mama... para ongju ingin bertemu dengan anda " seorang dari di luar kamarnya nampak mengabarkan kedatangan para ongju tersebut
" mau apa mereka kemari ?"
" mungkin mereka mau meminta maaf pada yang mulia "
" aah... suruh mereka masuk " kata lee hwa seraya meletakkan sulamannya
Ke – enam ongju tersebut masuk kedalam kamar putri, mereka serempak memberi hormat bersama kemudian duduk di depan sang putri
Mereka mengutarakan niat datang menemui sang putri untuk meminta maaf atas sikap mereka sekaligus mengajak putri keluar istana untuk melihat festival lampion bersama
" halma – mama pasti tidak akan mengijinkanku pergi, luar istana.. bukanlah tempat yang aman"kata lee hwa
" kita tidak harus menyebutkan posisi kita dan tak terlalu menarik perhatian gungjo – mama, lagipula kita pergi ke pasar yang tidak terlalu jauh dari istana "
" tapi... jika halma – mama tau..."
" kita keluar dengan diam – diam mama, hanya sebentar "
" emm " lee hwa nampak berpikir, kemudian memandang ke arah dayang han " baiklah... karena kalian memaksa aku akan ikut, tapi kalian harus melindungiku karena aku adalah putri "
" ahh.. lagak menyebalkan itu " salah satu dari mereka nampak bergumam
Dayang han nampak tersenyum karena ongju mau berinisiatif untuk berbaikan dengan sang putri, sebenarnya putri bukanlah orang yang sombong atau menyebalkan seperti yang terlihat, ia melakukan hal itu hanya untuk mencari perhatian saja, putri selama ini begitu kesepian dan kosong, satu – satunya orang yang bisa di ajaknya bicara hanyalah putra mahkota
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THAT TIME [ TAMAT ]
Historical Fictionlee hwa adalah seorang putri istana yang begitu menyebalkan, setidaknya itu yang para ongju katakan tentangnya... saat ia bersama para ongju melihat festival lampion di luar istana, ia bertemu dengan seorang pemuda yang membantunya mengantungkan lam...