Mereka berdua kemudian makan ubi manis di paviliun kediaman putra mahkota
" Wuahh ubi manis ini sangat lezat, dimana kau membelinya ?!" Putra mahkota nampak menikmati ubinya
" Putra mahkota... " Lee hwa menatap sang kakak
" Orabonim... Tetap panggil aku orabonim seperti biasa " kata lee gu tanpa menoleh ke arah sang adik
" Hwangsaeja orabonim "
" Eemm... Apa ?!"
" Jangan lakukan itu lagi di depan ibu suri, aku tidak ingin orabonim terkena masalah lagi "
" Kenapa aku harus terkena masalah karenamu ?!" Sang kakak nampak menatapnya " katakan padaku... Apa kau mendengar apa yang di katakan ibu suri padaku tadi ?!"
Lee hwa nampak berhenti makan sejenak dan menunduk
" Kau mendengarnya ?!"
" Tidak " lee hwa menggeleng
" Hoohoo... Lihat, anak kecil ini sudah pandai berbohong " putra mahkota nampak berusaha merubah suasana yang sendu tersebut dengan sikap cerianya
" Orabonim... Apa akan ada perselisihan di istana ? Halma - mama dan juga ibu suri aku tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana, rasanya istana ini mulai membuatku sesak "
Sang kakak nampak tersenyum dan memandang teduh pada sang adek
" Percayalah pada kakakmu ini adikku " putra mahkota nampak mengelus kepala lee hwa " tidak akan ada perselisihan, istana akan sama seperti dulu, jika istana membuatmu sesak, bermainlah sesekali keluar itu mungkin akan membuat kulitmu sedikit gelap"
Ada canda di akhir kalimatnya yang membuat lee hwa sedikit tersenyum
" Jangan bersedih lagi... Lihat.. Kau semakin jelek jika bersedih begitu"
Lee hwa tersenyum
" Tapi... Ubi ini... Dimana kau membeli ? Sangat lezat dan manis "
" Di pasar, saat kami kembali dari mengikat lentera, dia membelikanku ubi manis ini, karena lezat aku membelikannya untuk orabonim "
" Dia ? Dia... Siapa ?!"
" Aaa.. Itu.. Seseorang yang kutemui di pasar "
" Apa dia tampan ?" Lee gu mengoda adik kecilnya tersebut
" A.. Apa maksud kakak ? Dia bahkan bukan seorang bangsawan dan hanya seorang pelayan, aku tidak tertarik"
Lee gu nampak tersenyum
Setelah selesai makan dan mengobrol lee hwa kembali kekediamannya, ia belum tidur dan masih termenung sendiri di dalam kamarnya, buku yang tergeletak di mejanya di abaikannya
" Huhh " ia nampak beberapa kali terlihat menghela nafas berat
" Ibu... Jika ibu ada disini, apa yang akan ibu lakukan ? Ibu apa kau tau kakak sedang sakit... Apa ibu tau kakak tak mau lagi bicara padaku ? Ibu.. Ibu aku sangat merindukanmu " gumamnya, ia nampak menyeka airmatanya yang tiba – tiba menetes
******
Keesokan harinya lee hwa nampak selesai melakukan salam pagi dan nampak berjalan - jalan dengan sang nenek
" Apa saja yang sudah kau pelajari akhir - akhir ini gungjo " tanya ibu suri agung
" Hamba sudah membaca banyak buku, dayang han juga mengajari hamba menyulam, hamba juga bermain musik dengan para ongju, hamba sudah menguasai buku – buku sastra "
" Jadi kau hanya bermain - main saja ?!" Neneknya nampak berkata begitu dingin padanya
Lee hwa hanya bisa diam
" Gungjo kau adalah keturunan dari raja dan ratu negeri ini, kakakmu... Pangeran lee jin di perlakukan dengan tidak adil, apa kau tau itu ?" sang nampak berhenti berjalan " jika nenek merencanakan sesuatu untuk menuntut keadilan, apa yang bisa gungjo lakukan ?" Sang nenek nampak berbalik dan menatap lee hwa
" Yee ?! Aaa.. Itu... " lee hwa nampak binggung harus menjawab bagaimana
" Gungjo... , apa nenek membuatmu binggung dengan pertanyaan seperti itu ? kita memang wanita tapi juga harus peka dengan keadaan politik di istana untuk mempertahankan apa yang kita miliki sekarang ini, Gungjo dengarkan nenek, putra mahkota telah merebut posisi yang seharusnya milik kakakmu, dia.. Berasal dari seorang selir, walaupun ibunya sudah menjadi ratu tapi nenek tidak akan pernah mengakuinya, jadi gungjo...kau dan kakakku adalah cucu nenek paling berharga, kau tau bukan nenek sangat menyayangi kalian? Jadi nenek minta Jangan bergaul dengan musuhmu "
" Halma - mama " lee hwa nampak terkejut dengan pernyataan sang nenek
" Sekarang bermainlah dengan para ongju, hahh... Punggung nenek sakit sekali, mungkin karena sudah tua, gungjo... Sekarang pergila " sang nenek tersenyum lembut padanya
Lee hwa membungkuk memberi hormat, sang nenek kemudian pergi beserta rombongannya
" Gungjo mama " dayang han nampak menegurnya, ketika putri terlihat sedih di wajahnya
" Nafasku rasanya tersenggal saat memikirkan semuanya, semua ini rasanya semakin mencekikku "
" Mama "
Lee hwa kemudian berbalik, dan ia terkejut melihat putra mahkota disana dengan berpakaian cheollik berwarna biru, Lee gu nampak tersenyum pada sang adik
" Ayoo... Ikut aku ke arena latihan " kata lee gu
" Untuk apa aku kesana ? Itu akan sangat membosankan "
" Hiisssstt... Ikut saja, para ongju malah sudah berada disana sebelum mereka datang ke arena "
" Aku tidak mau, kepalaku pusing, aku mau tidur saja "
" Lee hwa !! Ikut saja " putra mahkota menarik tangannya dengan paksa
" Orabonim... Orabonim lepaskan !!!" lee hwa nampak memberontak
Dan akhirnya disinilah sekarang lee hwa, di arena latihan, sang kakak memang akhir – akhir ini sering ke tempat arena latihan tersebut karena seminggu lagi sang kakak akan mengadakan kompetisi untuk memilih kapten pengawalnya dan juga pengawal yang akan berada di bawah pimpinannya
bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THAT TIME [ TAMAT ]
Historical Fictionlee hwa adalah seorang putri istana yang begitu menyebalkan, setidaknya itu yang para ongju katakan tentangnya... saat ia bersama para ongju melihat festival lampion di luar istana, ia bertemu dengan seorang pemuda yang membantunya mengantungkan lam...