Sore harinya lee hwa dan para ongju nampak belajar bersama, lee hwa nampak masih mengamati lembaran - lembaran yang di kirimkan orang yang tidak di kenal ke kediamannya, sementara para ongju nampak lebih terlihat main - main daripada belajar
" Gungjo - mama... Apa yang sedang anda baca ? Anda terlihat begitu serius ?!" Tanya lee yang
" Aahh..." Lee hwa buru - buru menutup bukunya " tidak ada... Hanya buku biasa saja... Unni apa yang kau pelajari "
" Hamba akhir - akhir ini juga tertarik dalam sastra yang mulia "
" Aa... Itu bagus, aku jadi punya teman untuk berdiskusi "
Lee yang nampak tersenyum, kemudian menatap pada sang putri
" Mama boleh hamba bertanya ?!" Lee yang nampak menatap sang putri
Para ongju yang mencium bau ketegangan nampak berhenti dan memperhatikan mereka
" Tentu saja... Katakan "
" Mama.. Apa anda tau jika saya akan berjodoh sebentar lagi ?!"
" Emm.. Tentu saja, selir park mengatakan hal itu saat bicara pada abba - mama, lalu "
" Paman saya... Mengatakan jika calon saya berasal dari keluarga yoon "
" Benarkah ? Wuahh selamat kakak, apa yang kakak inginkan dariku ?!"
" Terima kasih yang mulia, tapi... Apa anda tau keluarga yoon itu bernama yoon baekjo ?!"
" Yoon baekjo ? Wuahhh se.. Ogg.. Tunggu dulu, nama itu lagi ? Dayang han, memangnya ada berapa orang di hanyang punya nama yoon baekjo ?!"
" Mama... Yoon baekjo yang ongju lee yang katakan itu... Yoon baekjo " dayang han nampak memperlihatkan hiasan yang di berikan baekjo padanya
" Wooaaaa... Jadi dia adalah calon kakak ? Tapi kenapa dia di jadikan calonku ?!"
" Mama... Mungkin hamba lancang berbicara seperti ini tapi, tidak bisakah anda membatalkan pencalonan tuan muda yoon ? Hamba menyukai tuan muda yoon, mama "
Lee hwa tidak pernah melihat lee yang nampak begitu memelas padanya
" Kakak... Itu..." Lee hwa nampak merasa tak enak hati, apalagi lee yang sampai menangis ketika mengungkapkan perasaannya
****
Lee hwa nampak keluar dari istana lagi, ia ingin kembali ke rumah dayang kim untuk mencari jawaban final atas kecurigaan - kecurigaannya selama ini
" Kumohon nyonya.. Ijinkan kami melihat - lihat catatan milik dayang kim " kata lee hwa memohon
" Kau siapa ? Kenapa ingin melihatnya ? Catatan itu semuanya sudah di bakar habis"
" Nyonya... Ini sangat penting... Aku harus tau sesuatu "
" Memangnya kau siapa hee ?!"
" Aku adalah putri negeri ini, namaku lee hwa dan aku adalah anak dari ratu terdahulu, sekarang... Biarkan aku masuk dan mencari tau " lee hwa tak tahan lagi terus memohon
Wanita itu nampak terkejut dan akhirnya mempersilahkan sang putri masuk
Dayang han dan lee hwa nampak mencari - cari catatan yang mungkin berguna untuk mereka
" Seseorang sudah pernah mengacak - acak tempat ini dan tidak menemukan apapun yang mulia"
" Tidak ada... Dimana ?!" Gumam lee hwa
" Nyonya... Apa dayang kim tidak pernah mengatakan apapun pada anda ?!"
" Bibiku itu tidak ingin melibatkan keluarganya dan selalu diam saja sampai saat kematiannya "
" Haahh... Sepertinya memang tidak ada... Ayo pergi dayang han " lee hwa melangkahkan kakinya dan tiba - tiba kakinya terjerembab ke dalam lantai kayu yang di injaknya
" Mama... "
" Auu... Nyonya.. Maaf " lee hwa menarik kakinya dan kakinya nampak berdarah terkena goresan kayu
" Anda baik - baik saja ? Hah.. Rumah ini memang sudah berusia tua yang mulia" kata wanita itu
" Mama... Lihat " dayang han menemukan kotak rahasia di balik lubang tersebut
Lee hwa mengangkatnya dan membuka isinya, banyak sekali barang - barang didalamnya
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THAT TIME [ TAMAT ]
Historical Fictionlee hwa adalah seorang putri istana yang begitu menyebalkan, setidaknya itu yang para ongju katakan tentangnya... saat ia bersama para ongju melihat festival lampion di luar istana, ia bertemu dengan seorang pemuda yang membantunya mengantungkan lam...