Menanti Askar-
Arkan sangat bersemangat hari ini. Setelah Dion bilang bahwa Askar akan pulang, Arkan mengikuti kuliahnya dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Sepulang kuliah pun dia pergi ke toko buku untuk membelikan Salsa novel misteri, untuk ibu resep masakan, dan untuk ayah majalah otomotif edisi terbaru. Setelah itu pergi membeli martabak manis rasa Greentea dan Nuttela.
"Arkan pulang~" Arkan duduk di sofa dan mengelap jidatnya yang penuh keringat. Tangannya pun penuh dengan kantong belanjaan. Salsa yang turun dari lantai atas ternganga melihat sofa yang sudah penuh barang belanjaan dan abangnya yang sedang tepar.
"Buset, kesambet apa lo, bang? Tumben shopping." Ujar Salsa sambil mengobrak-abrik dan mengeluarkan isi kantong belanjaan.
"Mending lo ambil piring, gue beli martabak manis." Salsa melotot girang dan berlari sok manis menuju dapur untuk ambil piring.
"Fuih, capek juga."
Ibu yang baru saja berkebun kaget sekali melihat sofanya penuh dengan kantong belanjaan . Apalagi ketika melihat anak sulungnya yang terkapar dan anak bungsunya sedang sibuk mengeluarkan martabak manis dari kotaknya. Ibu membantu Salsa, kemudian bertanya.
"Kakakmu yang beli?"
Salsa mengangguk geli sambil menggigit martabaknya. Ibu pun tersenyum dan mengelus rambut Arkan yang tepar di lantai.
"Tumben, deh. Ada angin apa?" Arkan terbangun dan tersenyum. Lalu ia duduk. Menatap ibunya lekat-lekat.
"Bu, Askar besok pulang." Mata Arkan berbinar-binar ketika mengucapkan itu. Ibu dan Salsa ternganga. Martabak yang Salsa pegang hampir saja jatuh kalau dia tidak segera tersadar. Menit berikutnya, kedua wanita itu ber-oh-ria panjang sekali sambil ketawa ngikik.
"Ini alasanmu beliin aku martabak dan buku novel gini, bang." Salsa jadi kalem. Ibu masih betah tersenyum.
"Mau jemput dia?"
Salsa mencibir. "Ibu pake tanya gituan. Pasti iyalah."
Arkan melotot, tetapi kemudian tersenyum lebar.
"Arkan mau masuk kamar dulu, yak." Pamitnya, lalu ia melangkah menuju kamarnya sendiri. Ia berjalan sok manis ala putri Solo sambil nyengar-nyengir gak jelas. Bahkan ia tidak sadar kalau giginya sudah kering diterpa angin karena seharian terus mengumbar senyum.
Sampainya Arkan di kamar, tak lupa masih dengan senyumannya, Arkan langsung mengambil lulur bengkoang yang Salsa belikan untuknya. Waktu itu Arkan masih jantan, masih laki, jadi menolak untuk memakai lulur pemutih itu. Tapi sekarang, karena sudah lumayan tidak jantan dan agak sedikit berkurang kelakiannya, Arkan mengoleskan lulur itu di seluruh tubuhnya.
"Uhh, kelihatan bencong gak, sih?" Ia bermonolog pada dirinya sendiri sambil melirik tangannya yang dengan kurang ajar mengoleskan lulur wangi itu ke kakinya yang mulus. Arkan mengangkat bahu tak peduli dan melanjutkan acara lulurannya. Bagaimanapun juga, ia harus terlihat berkilauan di depan Askar besok. Ia harus berpenampilan semenarik mungkin agar Askar jatuh cinta lagi dan lagi kepadanya.
Setelah selesai luluran -yang menghasilkan banyak daki di lantai kamarnya- Arkan berencana untuk merendamkan diri di dalam bath up. Mandi cantㅡ tampan ala-ala ratㅡ raja kerajaan dengan kembang tujuh rupa.
"Duh, makin bencong gini pikiran gue." Akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan sabun biasa. Lalu berendam selama mungkin agar kulitnya mulus, semulus kapur. Zzz.
Di dalam bath up Arkan masih nyengar-nyengir sambil sesekali menggosok kulit tangannya yang bebas bulu. Bersenandung pelan. Lalu merencanakan sambutan manis yang akan ia berikan pada Askar. Peluk cium? Ah, sudah biasa. Bawa spanduk selamat datang? Bisa mati malu dia. Ah, di sambut langsung di depan pintu pesawatnya? Bisa-bisa dia malah berurusan sama satpam bandara. Halah, udahlah peluk cium saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stuck Boy√
Random#MY BOY SERIES 2# My Stuck Boy. Gak jauh-jauh dari My Brandal Boy, karena ini adalah cerita mereka tentang pernikahan Arkan. Juga cerita kehidupan Arkan pasca di tinggal Askar pergi jauh. ⚠️⚠️⚠️ Ini memang dimulai dari chapter 0.5 ya