0.8

46.4K 4.4K 1K
                                    

Reuni Sekolah-

Ini sudah dua bulan sejak kejadian di airport itu. Mereka memulai misi dan berbagi tugas.
Rian dan Dika bertugas kirim undangan dan broadcast minta iuran untuk tetek bengek segala macam. Di lebihkan sedikit untuk ongkos. Korupsi sekali boleh lah. Tapi Arkan, Dion, Kevin, dan Gadis sudah mengetahui rencana korupsi itu. Dan mereka semua setuju -karena kebagian semua-.

Arkan yang bertugas menyewa gedung juga sedang berkelana mencari gedung dengan harga murah. Namun, dengan fasilitas yang bagus juga. Bukan murah tapi atapnya bolong dan tiba-tiba roboh. Kan misi mereka gak akan berjalan baik. Tapi, sebenarnya dia gak mau rugi, uang iuran kan belom ke kumpul semua.

Sudah seharian Arkan melanglang buana mencari gedung untuk rencana itu. Seharian itu pula dia menahan lapar demi gedung murah yang harus di dapat sekarang. Arkan kesal dan memutuskan nongkrong di warung pinggir jalan sambil menghubungi kawan-kawannya.

"Bray! Gue gak dapet gedungnya, nih!" Ujar Arkan sambil mengelap keringatnya.

"Emang lo cari yang gimana, sih?" Jawab Dion di ujung sana.

"Ya cari yang murah, tapi bagus. Kan duitnya cuma dari gue. Ntar gue udah cari yang bagus bin mahal, eh yang ikut cuma sepuluh." Omel Arkan lalu meminum es jeruknya.

"Lo mirip emak gue, dah. Yaudah lo balik aja ke basecamp. Ntar kita diskusi lagi." Ucap Dion final. Arkan mengangguk tanpa sadar kalau Dion gak bakal lihat anggukannya.

"Eko!" Arkan menutup sambungan teleponnya. Meneguk es jeruknya sampai habis dan membayarnya. Kemudian masuk ke mobil dan melaju ke rumah Dion.

Kevin dan Gadis mencari catering yang menunya enak dan mewah, tapi pas di kantong. Tugas mereka ini gampang sekali, karena kebetulan tantenya Gadis punya usaha catering. Jadi untuk urusan perut sudah aman terkendali.

Nah, Dion sendiri bertugas menghubungi Askar yang jauh di sana. Yah, walau kelihatannya gampang tapi sebenarnya tugas Dion yang paling susah. Dia harus benar-benar membujuk Askar agar bisa masuk perangkap mereka.

Dion mengusak rambutnya jengah. "Ini gue mesti ngomong apa lagi?" Dia menatap gadgetnya horor.

Dion : Kar, lo bisa gak balik besok lusa?

Askar : Lusa? Enggak bisa. Gue ada ujian

Dion : Yaelah, itu bisa nyusul. Pulang lah, gak kangen sama gue?

Askar : dih, enggak ye.

Dion : Pulanglah~ adek merindumu bang~

Dan Dion keselek ludahnya sendiri membaca pesan yang baru saja di kirimkannya.

Askar : jijay. Enggak bisa, kan gue ujian.

Dion : lo gak mau lihat keponakan lo?

Askar : ???

Dion : iya...

Askar : kamsud lo?

Dion : anaknya Arkan, Kar.

Askar : Hah?! Lah cepet amat dung-nya!

Dion : pokoknya lo harus pulang! Kalau lo gak pulang gue gak bakal jadi mata-mata lo lagi! Gue gak akan kasih tau lo tentang Arkan lagi! Never!

Askar : lah, lah! Weh kampret!

Dion tersenyum cerah.

"Eh, eh, ini dresscode-nya apa? Biar gue cantumin sekalian di undangan." Tanya Dika yang sedang men-desain undangan. Kini mereka berkumpul di rumah Dion.

My Stuck Boy√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang