0.5

84.1K 5.1K 562
                                    

Pernikahan Arkan-

Arkan mematut dirinya yang sudah memakai setelan tuxedo putih bersih dengan rambutnya yang sudah mengkilap dan tersisir ke belakang. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Senyuman palsu. Ia menarik nafas dan kembali merapikan dasi hitamnya. Arkan menggigit bibirnya tegang. Menahan air mata yang menggenang di dasar matanya. Tidak Arkan! Jangan mengacaukan pernikahanmu sendiri!

Di ujung pintu, berdiri seorang lelaki tampan berambut hitam lekat dan menggunakan tuxedo hitam sepekat rambutnya. Askar -lelaki itu- melihat lelaki pujaannya yang sangat bersinar dimatanya. Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain, bukan miliknya lagi. Askar berjalan mendekat, menghampiri lelaki(nya).

"Hai." Askar menyentuh pundak Arkan.

Arkan terkejut dan segera berbalik. Dia langsung memeluk Askar erat. Mengalungkan kedua tangannya lebih erat pada leher Askar. Lelaki ini, lelaki yang tidak akan di peluknya lagi.

"Hei, hei. Segitu kangennya sama aku?" Askar terkekeh. Arkan menahan tangis dengan meremas tuxedo Askar.

"Aku nggak kangen." Jawab Arkan sambil menggigit bibirnya. Askar mengangkat kepala Arkan dan mengecup pipinya pelan. Saat itulah pertahanan Arkan hilang. Air mata yang dibendungnya jatuh mengalir seperti anak sungai. Askar terbelalak mendapati kekasihnya menangis. Dengan cepat ia mengusap air mata kekasihnya dan memeluk Arkan dengan erat.

"Riasan kamu nanti luntur, lho." Askar mengelus punggung Arkan pelan. Berusaha menenangkan kekasihnya yang semakin menangis histeris. Askar makin bingung mendengar tangisan kekasihnya, atau yang sebentar lagi akan menjadi mantan kekasihnya.

"Cup..cup! Jangan nangis, dong! Aku gak apa-apa, kalau kamu bahagia aku bahagia. Aku gak ingin pacarku ini jadi anak durhaka yang melawan ibunya. Nanti kalau di akhirat aku masuk surga, kamu masuk neraka. Kita gak akan ketemu lagi." Askar tersenyum dan mengecup ujung hidung Arkan sayang. Arkan pun ikut tersenyum. Lalu ia setuju dengan perkataan Askar. Kalau di dunia mereka tidak bisa bersatu, setidaknya di akhirat nanti mereka harus bertemu.

"Maafin aku." Arkan masih terisak. Askar tersenyum dan menampakan gigi putihnya. Lalu perlahan mulai mendekatan diri ke Arkan. Memeluk pinggang Arkan dan membelai pipinya lembut. Arkan mendongak, menangkup pipi Askar. Kemudian mulai mengalungkan kedua tangannya pada leher Askar. Askar pun mendekatkan wajahnya pada Arkan dan bersatulah bibir mereka.

Di sisi lain, Gadis dengan balutan gaun putihnya yang cantik melihat Arkan dan Askar yang sedang berciuman. Gadis tergagap. Kemudian dia pergi, mengurungkan niatnya untuk bertanya apakah Arkan sudah siap atau belum. Sambil mengangkat gaunnya ia kembali ke ruang rias dan menghela nafas berkali-kali. Gadis makin bimbang. Pikirannya lari kemana-mana. Melihat kebersaaman Arkan dan Askar tadi membuat Gadis semakin tidak tega.

Kembali lagi pada Askar dan Arkan yang kini berciuman semakin dalam. Setelah beberapa lama, Askar melepaskan ciuman mereka. Menatap Arkan yang juga memandangnya dengan tatapan sayu.

"Sayang, dengerin aku. Kamu harus bahagia buat aku, oke? Aku sayang sama kamu." Askar tersenyum. Memegang tangan Arkan erat lalu menciumnya lembut. Arkan menggigit bibirnya ragu. Namun, sedetik kemudian mengangguk. Meski dalam hatinya masih ada secuil rasa ragu.

"Aku pergi dulu. Bersiaplah." Askar mengecup bibir Arkan singkat dan meninggalkan Arkan dengan senyuman.
.

Arkan berjalan menuju altar dengan langkah yang mantap. Ia sudah meyakinkan hatinya. Ia mengingat perkataan Askar, setidaknya mereka akan bertemu di akhirat nanti. Arkan tidak mau jadi anak durhaka yang melawan ibunya. Di dengarnya suara tepuk tangan meriah dari para undangan. Arkan tersenyum ketika melihat Askar yang sedang melambainya dari kursi paling belakang. Ia tersenyum dan mengangguk pada Askar.

My Stuck Boy√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang