I just wanna say i love you!
[Di gratisan ini gue maksa kalian semua untuk menuju masa dimana mereka -para tokoh- masih bersekolah dengan seragam putih abu mereka yang legendaris]
[Tambahan : ini adalah lanjutan kisah Kevin dan Dion di chapter empat belas pada BOOK 1 : My Brandal Boy -silahkan dibaca lagi kalau lupa- -gak maksa sih- ]
Kevin terduduk di lantai kamarnya dengan gadget yang ada di genggaman tangan. Menghela nafas kasar kemudian menatap layar benda yang memencarkan cahaya. Perasaan kesal, marah, eneg, gusar, dan gelisah masuk bercampur jadi satu di dalam kalbu pemuda itu. Kevin menahan kepalan tangannya yang sedari tadi ingin menghancurkan gadget-nya dalam satu remasan.
Ditatapnya benda bercahaya itu sembari mencibir sesuatu yang muncul di dalam benda bercahaya itu.
"Kurang apa gue? Bisa-bisanya dia gaet orang lain. Kurang apa gue?" ucap Kevin pada dirinya sendiri dengan lirih. Mengulangi lagi pertanyaan-pertanyaan miris yang bersarang di kepalanya. Matanya masih nyalang menatap sebuah foto yang terpampang jelas di gadgetnya. Buru-buru Kevin memencet tombol Blokir pada salah satu akun yang awalnya Kevin sukaiㅡ tidak dengan saat ini. Kevin merasa mual, ingin muntah pelangi.
Apa sih penyebab Kevin uring-uringan macam mayat yang tali kafannya di ambil maling yang percaya ilmu hitam? Kalian ingin tahu, kan? Harus ingin tahu!
Pagi ini ㅡyang seharusnya menjadi pagi paling cerah untuk Kevinㅡ pemuda dengan rambut coklat almond itu mendapat notifikasi dari akun Instagramnya yang menyatakan bahwa gebetannya meng-upload sebuah foto baru. Sontak Kevin gembira dan mulai membuka notif sosmed itu. Setelah melihat postingan ㅡyang ternyata adalah wajah gebetannya yang kelewat manis dan sebuah wajah asing -karena Kevin belum pernah lihat- yang sedang mencium pipi gebetannya. Dammit! Akhirnya Kevin mengumpat.
Perjuangannya mendekati gadis sekolah sebelah selama tiga bulan lamanya hilang begitu saja. Sia-sia tanpa sisa manis yang berarti. Kurang apalagi perjuangannya yang -menurutnya- sangat luar biasa menganggumkan. Kevin yakin kalau gadis itu akan tertarik dengannya setelah proses pedekate yang super duper kelewat manis dan anti mainstream -menurutnya lagi-.
Selesai dengan kegiatan galaunya, Kevin menyambar kunci motor. Berniat keluar rumah untuk membeli beberapa snack guna menemaninya study tour besok pagi. Maka ia melesat menuju garasi dan mengeluarkan motor kesayangannya.
Saat hendak menghidupkan mesin motornya, seseorang memanggil Kevin dari arah belakang. Bukan memanggil, berteriak menyebutkan nama Kevin lebih tepatnya. Mau tak mau Kevin menengok dan tersenyum mendapati seseorang cowok berbaju tanpa lengan.
Cowok itu adalah Dion, sahabat dari Arkan yang selalu di ganggu oleh Askar, sahabatnya. Kevin mendekati Dion dan menyapa cowok yang sedang membasuh motornya itu. Mereka saling menyapa, bahas ini itu. Sampai pada suatu momen, Kevin terpesona oleh wajah Dion. Wajah yang baru dia amati dari dekat, yang baru ia sadari kalau wajah itu sangat manis. Membuat hatinya bergetar seperti ada notif BBM masuk.
Kalau saja Dion tidak membentaknya, Kevin akan terus terpesona oleh wajah manis di depannya ini. Kevin tersadar dari kegiatan mengamati muka manis di depannya. Dion hanya mengerjap dan membersihkan jersey Kevin yang terkena jipratan sabunnya. Lagi-lagi Kevin terpesona.
###
Dan di sini lah mereka sekarang. Di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang lumayan luas dan besar. Dion sudah memasuki semua toko yang ada dari awal mereka masuk. Padahal tujuan utama mereka hanyalah membeli snack untuk teman saat study tour besok pagi.
Kevin yang sudah capek dengan tingkah Dion segera menarik Dion dari toko underwear menuju supermarket yang ada di pusat perbelanjaan itu. Dion sempat protes karena ia masih belum puas melihat-lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stuck Boy√
De Todo#MY BOY SERIES 2# My Stuck Boy. Gak jauh-jauh dari My Brandal Boy, karena ini adalah cerita mereka tentang pernikahan Arkan. Juga cerita kehidupan Arkan pasca di tinggal Askar pergi jauh. ⚠️⚠️⚠️ Ini memang dimulai dari chapter 0.5 ya