It's will be alright, i'll be there for you~
[Di gratisan ini gue maksa kalian semua untuk menuju masa dimana mereka -para tokoh- masih bersekolah dengan seragam putih abu mereka yang legendaris]
[NOTE: ini lanjutan flashback-nya Rian dan Dika chapter tujuh belas di BOOK 1:My Brandal Boy. Baca dulu kalau lupa -gak maksa sih-]
Penemuan itu membuat Dika berubah. Keesokan harinya di sekolah, Dika menjauh dari Rian. Setiap kali Askar mengajak keluar, ia selalu menolak dengan berbagai alasan yang tak masuk akal atau jika sudah kehabisan alasan, Dika akan menghindar dari semua teman-temannya.
Seperti saat ini, Dika cepat-cepat memasukan semua alat tulisnya dan segera bergegas keluar kelas sesudah mengucapkan salam kepada guru. Askar hanya melongo melihat kelakuan sahabatnya itu. Selesai memasukkan alat tulisnya, Askar menuju meja Rian.
"Dika kenapa, sih?" tanya Askar sambil duduk di meja Rian. Kevin pun ikut-ikutan menuju meja Rian dan bertanya pada Rian.
"Gak tau gue." jawab Rian datar. Ia sok sibuk merapikan isi tasnya yang amburadul, yang walaupun dirapikan tetap saja amburadul.
"Ah masa lo gak tau? Kayaknya pas dia ogah kita ajak hangout ,cuma lo yang gak protes."
Pernyataan Kevin diatas membuat Rian berdecak kesal, lalu berucap dalam hati. 'Sial, suka bener kalau ngomong.'
"Kalau dia gak mau, gue harus apa? Protes cuma ngehabisin tenaga."
Kevin dan Askar saling berpandangan ketika Rian berkata seperti itu. Ini bukan Rian sesungguhnya. Pikir Kevin dan Askar.
"Biasanya kan kalau Dika enggak, lo juga enggak. Yang akhirnya gak jadi semua." ucap Kevin yang lagi-lagi di benarkan Rian dalam hati.
"Emang harus gitu terus?" Rian berdiri, menyampirkan tasnya ke pundak lalu beranjak pergi keluar kelas tanpa pamit. Askar menyipitkan matanya, menelisik gelagat aneh yang baru-baru ini menyerang kedua sahabatnya, sedangkan Kevin mengendus-endus, membaui semua kejadian janggal yang membuat kedua sahabatnya seolah saling menghindar.
"Mereka kenapa, ya?" tanya Kevin seusai menelan siomaynya. Askar menghela nafas. "Entah. Gak biasanya kan, ya?" Kevin memukul kepala Askar karena menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lagi. Askar mengaduh kesakitan dan balas memukul Kevin.
Askar menggigit bibirnya, berusaha mengumpulkan kejadian yang mereke ber-empat lakukan sehingga membuat Rian dan Dika berjauhan. Askar menggelengkan kepalanya ke kanan, lalu ke kiri, lalu lurus memandang ke depan.
"Lo ngapain?! Sok imut gitu!"
Askar poker face. Kevin innocent.
"Gue lagi nginget, kita ngapain aja baru-baru ini? Kok mereka sampai jauhan gitu?" Askar kembali mengingat.
"Kita kan ujian, bro. Terus lo sibuk belajar sama Arkan, gue sama Dion-" Kevin berhenti berkata. Ia membelalakan matanya, lalu memukul meja. Askar hampir terjungkal ke belakang karena kaget.
"Apaan, sih!" protes Askar.
"Berarti, selama kita sibuk belajar buat ujian, ada satu hal yang terjadi dan mereka gak mau cerita!" akhirnya Kevin menyimpulkan pikiran rumitnya. Askar terdiam. Mengulang kesimpulan Kevin dalam otak, mencoba mencerna. Lemot emang.
"Ah elo udah di ajarin sama murid terpintar masih aja lemot." Kevin memutar kedua bola matanya melihat Askar yang masih berusaha mencerna.
Selang beberapa abad- ralat, beberapa menit kemudian Askar baru bereaksi. Dia tersenyum sambil memasukan siomay ke mulutnya. Mengunyah siomay sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stuck Boy√
Diversos#MY BOY SERIES 2# My Stuck Boy. Gak jauh-jauh dari My Brandal Boy, karena ini adalah cerita mereka tentang pernikahan Arkan. Juga cerita kehidupan Arkan pasca di tinggal Askar pergi jauh. ⚠️⚠️⚠️ Ini memang dimulai dari chapter 0.5 ya