CF::6 - Rasa Kemanusiaan Sialan

7.7K 912 15
                                    

CF::6

Rasa Kemanusiaan Sialan

»Author

PRILLY terbangun dari tidur saat sebuah suara orang yang memijit tombol password apartemen Ali terdengar. Ia sangat yakin, tuan es itu sudah datang.

Gadis mungil itu meloncat dari kasur yang membuat tubuhnya sangat pegal, dan berjalan ke arah pintu utama. Ia membuka pintu kamar, bersamaan dengan itu, suara debuman pintu yang tertutup terdengar oleh telinganya. Dan ia dapat melihat tuan es itu berjalan masuk kedalam rumah.

Tunggu! Untuk apa Prilly susah-susah memeriksa orang yang telah membentaknya? Hah! Menyebalkan.

Prilly hendak berbalik, sampai ia mendengar suara orang menabrak kursi sampai tergeser, cewek itu terdiam. Oh! Prilly bahkan lupa membereskan meja yang sudah berserakan nasi itu.

Sebentar.

Perhatiannya teralih saat Ali berjalan gontai seperti orang mabuk. Prilly mengerenyit, mencoba menerka apa yang ada dipikirannya. Ya! Sepertinya Ali sedang mabuk.

Tiba-tiba, rasa kemanusiaan dalam diri Prilly muncul saat tuan es itu kesusahan menemukan jalan ke kamarnya.

Prilly meneruskan jalannya, mendekati Ali yang tertunduk sambil berjalan lunglai. Saat Ali akan terjatuh, Prilly spontan menolongnya menggunakan kedua tangannya. Wajah tuan es tepat berada dihadapan wajah Prilly. Dan saat itulah ia tertegun saat melihat mata merah Ali dengan sorot yang menyiratkan kesedihan.

Benar juga. Tidak mungkin laki-laki dihadapannya ini akan mabuk-mabukan jika bukan karena ia sedang dalam masa-masa yang sulit.

Prilly sempat akan menawarkan bantuan. Tapi, saat cowok Ali menghempaskan tangan Prilly dengan kasar, Prilly terdiam. "Jangan sentuh gue, sialan?!"

Prilly agak terhuyung dan berjengit kaget, rasa kemanusiaannya sirna seketika. "Terserah!" Ia meneriakinya, dan kembali masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu. Sialan! Sialan! Sialan! Gue emosi nih! Berulang kali tuh cowok sialan-gak-tahu-malu serta berengsek itu bikin gue sakit hati. Gue gak peduli! Biarin aja cowok sialan itu mabuk sampai mati.

Berbeda dengan Prilly yang sedang merutuki Ali, Ali masih berusaha berjalan menuju kamarnya. Ia berhasil sampai didepan kamarnya, dan membuka knop pintu kamarnya. Ia masuk, dan kembali berjalan kearah pintu kamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Cowok itu berjalan kearah shower, dan air dingin pun mengguyur tubuhnya saat ia menyalakan shower.

Perlahan-lahan, kesadarannya mulai normal kembali seiring air dingin yang mengguyur tubuhnya. Ali terduduk dialiran air dingin yang kelamaan membuat bibirnya begetar dengan gigi yang bergemeletuk. Ia tidak peduli.

Pikirannya menerawang saat Ibu kandungnya meninggal dunia. Ya, Ibu kandungnya sudah tiada disaat ia lahir ke dunia. Hidup Ali ..., tak pernah sehangat anak lain yang pernah mendapat pelukan dari Ibunya.

Kemudian, pikiranya kembali menerawang saat Ali yang berumur 15 tahun mengabarkan bahwa dirinya menjadi rangking 1 dikelasnya, tapi, Ayahnya malah tertawa bahagia bersama Alarick yang mendapatkan piala kejuaraan cerdas cermat disekolahnya.

Kemudian, pikirannya kembali menerawang saat ia ke pemakaman Ibu kandungnya, dan ditinggalkan oleh Ayahnya disana. Beruntungnya, Ali bertemu dengan seorang manager sebuah perusahaan entertaint ternama. Dan saat namanya melonjak naik diumurmya yang ke 18, Ali kembali bertemu dengan Alarick yang selalu saja meminta untuknya pulang.

Bukan, bukan karna Ayahnya sedang kesusahan ataupun sedang dalam masa-masa sulit. Perusahaan Ayahnya malahan sedang sukses-suksesnya. Ali tidak tahu apa penyebabnya. Tapi tetap, ia tak mau pulang dulu. Tidak sampai ia tahu alasan yang sesungguhnya mengapa Alarick memintanya pulang.

Cinderella [Failed]✔[PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang