CF::9 - Tragedi 'Disini Senang'

7.5K 864 15
                                    

CF::9

Tragedi 'Disini Senang'

»Prilly

AKU membuka mataku perlahan saat suara dering telfon mengganggu tidurku yang terasa sebentar. Dengan malas, aku mengulurkan tanganku untuk menggapai ponselku dinakas.

Ah, Ibu tiri itu menelfonku. Ada apa ya?

Aku pun mengangkatnya dengan tidak ikhlas. "Halo?" sewotku. Bukan karna dibangunkan pagi-pagi. Namun, aku memang tidak berniat untuk bersikap baik padanya. "Ngapain sih nelfon segala?"

"Mama ganggu tidur kamu ya, sayang?" ugh, menjijikan, "Maafin Mama .., mama cuma mau ngasih tau, hari ini hari pertama kamu sekolah. Jadi, Mama nelfon kamu biar gak telat--"

"Ugh, Prilly kan bisa berangkat kapan aja! Gak usah ribet, deh. Bilang sama tuh kepala sekolah, bukain gerbang kalo liat mobil Prilly."

"Tapi ...,"

"Gak usah tapi-tapian, deh! Tinggal telfon aja apa susahnya, sih? Sogok, atau apa kek. Atau enggak, Prilly gak mau sekolah!"

Terdengar helaan napas berat disebrang sana, membuatku memutar kedua bola mata. "Yaudah. Mama ikutin kemauan kamu."

"Bagus. Yaudah, Prilly tutup telfonnya."

"Iya, kamu jaga diri disana--"

Tuut tuut tuut

Aku tidak ingin dia berbicara lagi. Maka dari itu aku mematikan sambungan sepihak.

Ribet banget, dah.

Manusia itu tamak. Mau itu guru atau orang yang berprofesi sebagai apapun, kalau diberikan uang, semuanya beres.

Dan lagi, aku mengerti bahwa Ibu tiriku itu miskin. Tapi, bukan berarti ia harus menularkan kebiasaan miskinnya itu padaku.

Aku kemudian merengganggkan otot-otot tangannku, dan meloncat dari kasur jelek ini. Ah, satu yang membuatku membenci kamar jelek ini adalah kasurnya. Terlalu keras, dan tidak membuatku nyaman.

Aku kemudian berjalan keluar kamar. Mataku langsung menemukan wajah Ali yang datar itu menatap roti tawar dimeja makan. Melihat kehadiranku, ia mendongakan kepalanya, dan mengerjap.

Entah kenapa, kelihatannya dia lucu sekali.

"Pagi!" sapaku sambil berjalan kearahnya.

Dia mengangguk. "Pagi." sapanya balik, dingin seperti biasanya.

"Kok udah bangun?" tanyaku, duduk dihadapannya.

Ia melirikku sekilas, dan mulai berkutat dengan rotinya, memberi selai blueberry menggunakan pisau. "Sekolah."

Ah, pelit ngomong, seperti biasanya. Aku pun mengangguk sambil menggumamkan kata 'oh' disela anggukanku. Setelah itu, aku mengulum bibirku, sedikit berpikir apa yang pembantu lakukan dipagi hari.

"Mau gue bikinin susu?" tanyaku. Biasanya, pembantuku kan suka bertanya begitu padaku dipagi hari.

Dia melirikku sedikit, kemudian berkutat kembali dengan rotinya, memotong kecil-kecil. Sangat elegan. "Gue punya dikulkas."

Ah! "Tapi itu kan dingin. Gue bisa kok bikin yang anget."

"Gue suka dingin."

Ck, aku harus bertanya apa lagi?! Ayolah! Pikirkan! Ah! "Udah mandi belum?"

"Udah." ugh, jika dia sudah mandi, mengapa masih memakai kaos santai?! Kalau dia belum mandi, mungkin aku bisa menghangatkan airnya dulu.

Apalagi ya? Ah! "Kamar lo mau gue beresin?"

Cinderella [Failed]✔[PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang