6. Kini Engkau Whitesideku

203 48 6
                                    

"Walaupun aku seorang Whiteside?"

Whiteside? Benarkah? Aku bisa gila mempercayainya begitu saja.

"Dija, berhentilah bergumam. Aku tahu seberapa dalam duka yang kau alami. Sudah sudah.. Sekarang jangan bersedih lagi, kita pergi ke taman yuk. Aku mau kau menghirup udara segar disana." ku tuntun Dija keluar dari kamarnya.

"Jacob, aku serius. Aku adalah seorang Whiteside. Tolong jauhi aku jika kau tak ingin menderita karena ku. Bukankah kaum Blackside benci kepada kami?" Dija menghempaskan tanganku.

"Tidak Dija.. Kau bercandakan? Lagi pula Whiteside sudah punah 1 abad yang lalu."

Dija tak merespon pernyataanku, malah ia memegang tanganku dan membawaku kesuatu tempat dengan cara yang tak bisa ku percaya.

"Teleport!" Dija membawaku keruang hampa dan dengan sangat cepat ruang ini mengantar kami ke tempat yang Dija inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teleport!" Dija membawaku keruang hampa dan dengan sangat cepat ruang ini mengantar kami ke tempat yang Dija inginkan.

Aku tak percaya bahwa apa yang dinyatakan Dija adalah fakta. Aku hanya terdiam meratapi wajah Dija. Benar, dia adalah seorang Whiteside.

"Apa dengan begini kau bisa percaya, Jacob?" Dija beranjak kesuatu tempat dan perlahan melepaskan tanganku.

"Sebaiknya kau hapus cinta itu dari hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebaiknya kau hapus cinta itu dari hatimu. Kau tahu apa yang akan dilakukan seorang Whiteside kepada Blackside sepertimu kan?" jelas Dija, menghilangkan harapanku.

"Apa kau tak menyimpan perasaan terhadapku?" Aku berhenti tak menghiraukan pertanyaannya.

Dija hanya berdiri disana tanpa melihatku. Ku lihat Dija menangis perlahan. Aku tak tau mengapa. Tak lama ia pingsan dan aku segera menangkapnya. Namun sialnya, aku tak sempat menangkapnya lantaran jarak yang jauh sehingga aku tak bisa menjangkaunya. Dijapun jatuh tersungkur ke bawah.

"Di.. Dija maafkan aku." aku segera menggendongnya dan membawanya ke sebuah kursi panjang yang ada di dekat kami. Beberapa menit kemudian Dija terbangun. Ia mungkin kelelahan sehingga pingsan.

"Aw, sakit sekali. Kau tak menangkapku?" tanya Dija sambil memegang kepalanya karena terantuk ke tanah.

"Maafkan aku Dija, jarak kita cukup jauh, jadi aku tak bisa menjangkau mu." jawabku dengan wajah malu.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang