Mungkin, bagi siswa dan siswi, jika hari senin itu sangat menyenangkan. Namun, bagiku hari senin adalah hari yang paling kubenci sepanjang sejarah hidupku, karena ada kejadian-kejadian yang tidak kuinginkan saat hari senin muncul yang menggantikan hari minggu.
Bukan.... aku tidak membenci hari senin tanpa sebab. Aku tidak ingin saja bertemu dengan teman-teman di sekolahku, karena mereka hanya bisa mengejekku dan menghinaku,tanpa mereka sadari, aku ini seorang perempuan yang mereka hina dan merekajatuhkan derajatnya di depan teman laki-lakinya.
Namun, aku hanya bisa bersabar dan aku tahu, Tuhan, sedang membuat scenario kebahagian diriku dibalik penderitaan yang selalu aku rasakan setiap hari. Tiba ku di sekolah, dalam sekejap saja langkahku terhenti, dan merasakan kaki ku sangat berat untuk di pijakkan ditanah yang ada di depannya.
Pasalnya, aku melihat seseorang yang aku sukai,sejak aku masuk sekolah, aku merasakan ada kehangatan yang ku dapatkan dari tatapan dan sorotan matanya, matanya yang bulat, korneanya yang berwarna hitam pekat, yang mampu membuat hatiku luluh dalam seketika, namun sayangnya ia begitu cuek dan dingin.
Jika kita berdua bertemu atau berpas-pas-an dalam satu koridor, hal yang kita lakukan hanyalah bertatap mata! Yap, saling mentap satu sama lain,setelah bertatap mata tidak ada sapaan, hanya berfokus pada jalan sendiri-sendiri.
Sungguh, aku seperti wanita bodoh, yang setia dengan lelaki yang kucintai tanpa lelaki tersebut membalas perasaanku, namun perlahan tapi pasti, aku percaya jika ia akan membalas perasaanku suatu saat nanti, entah kapan itu akan terjadi.
Namun aku masih percaya dan sangat percaya dengan kata-kata tersebut, seperti aku mempercayai bahwa orang yang aku cintai tidak mencintai orang lain selain dirinya, itu hanyalah persamaan yang sangat ambigu dan diluar dengan realita yang ada.
Saat ini Rani sedang memandangi punggung Satria dari belakang, yang baru saja memarkirkan sepeda motornya di area parkir dekat lapangan utama, Rani memerhatikan sangat serius, hingga saat Satria membalikkan badannya, tanpa sengaja tatapan mereka saling bertemu.
Setelah itu Satria mengakhiri tatapan tersebut. Rani yang tidak mempercayai hal tersebut,sangatlah bahagia hampir saja ia terhuyung kedepan dan ingin jatuh, namun dengan cepat rani sanggah dengan kedua tangannya yang sudah berada di depan tembok.
Setelah itu, Rani pun mempercepat langkahnya masuk kedalam kelas, VIII-G. Suasana kelas pun sudah ramai, saat Rani ingin melangkahkan langkahnya untuk masuk, ia tidak sengaja tertabrak dan terseret oleh seorang siswa laki-laki yang satu angkatan dengan dia.
Rani pun terhuyung kebelakang, dengan sigap siswa lelaki tersebut menahan rani, agar tidak jatuh. "Aduh!" Pekik Rani saat ia tertabrak dan terseret oleh tas besar siswa laki-laki. Setelah siswa tersebut dapat menahan Rani agar tidak jatuh.
Terjadilah eye contact,tatapan mereka pun bertemu kembali dalam keadaan yang berbeda. Entah, ada angin apa yang membuat Satria betah dengan keadaan ini.
Jika kalian menanyakan rani disaat situasi seperti ini, pasti rani akan menjawab seperti ini"Gue betah! Gue betah banget dengan posisis ini, plisss jangan di bunyiin dulu bel masuknya".
Namun, lagi-lagi Dewi Fortuna, dewi keberuntungan sedang memihak didirinya, bel belum juga di bunyikan, disebabkan oleh semua guru sedang rapat pagi-pagi sebelum jam pembelajaran dimulai.
5 menit kemudian, Satria menyadari hal ini, dengan sigap ia berdiri dan membantu Rani berdiri, dan Satria pun menjulurkan tangannya untuk meminta maaf karna telah menabrak Rani tidak sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 8 9 [Edisi Revisi]
Teen FictionCerita yang sangat mendeskripsikan seorang Rani Alessandra, yang setiap harinya di jadikan bahan ejekkan oleh teman lelaki sebayanya, namun rani tidak putus asa, ia semangat untuk menghadapi segalanya karena sosok lelaki yang ia cintai dari awal mas...