Semenjak kejadian kemarin, Rani dan Satria mulai akrab namun kadang, Satria yang cuek dan Rani yang tidak bisa berkata apa-apa jika diajak ngobrol dengan Satria.
Rani senang, bisa berdekatan dengan Satria tanpa harus melihatnya dari jauh,tanpa harus mendoakannya secara diam-diam, dan Rani tanpa harus berpura-pura modus agar Satria melihat dirinya.
Hari ini, kelas rani berganti kaus olahraga, yang pertanda mereka ada pelajaran olahraga, dilihatnya pak Munthe, guru olahraga di kelas Rani sudah berkacak pinggang, karena lamanya murid turun kebawah untuk mengikuti pelajarannya.
Terdengar suara yang berasal dari peluit pak Munthe, yang bertandakan semua harus berkumpul di lapangan dengan terik matahari yang sangat menyengat. "Ayo anak-anak! Segera buat kelompok kalian!Cepat!Jangan lama!" Seru pak Munthe di sertai suara lengkingan panjang dari peluit pak Munthe yang mampu membuat sakit telinga.
"Eh, Lidya!Citra!Sini-sini!" seru rani memanggil nama kedua sahabatnya. "Iya Ran!Cepat cari lapak buat barisan kita!Jangan sampe lapak kita di pake sama orang lain!" Ucap Citra sambil berteriak menghampiri Rani dan menarik tangan Lidya.
"Ok anak-anak siapa yang belum kedapetan barisan? Segera mencari barisan yang masih sedikit tidak pakai lama!" Ucap pak Munthe yang membuat murid perempuan panik dan lari kocar-kacir mencari barisan yang masih sedikit.
"Eh gue boleh masuk di barisan lo gak?" Tanya Sarnika sambil memasang wajah paniknya karena dia belum mendapatkan barisan, "Em...gimana nih Lid?" Tanya Citra bingung. "Coba tanya Rani aja, kan Rani ketua di barisan ini" usul Lidya sambil menoel-noel Rani dari belakang.
"Apaan?" Tanya Rani bingung kenapa dirinya di toel-toel dari belakang sama Lidya. "Itu, Sarnika boleh masuk ke barisan kita? Dia belum ada barisan katanya" ucap Lidya sambil menunjuk Sarnika.
Alis Rani terangkat satu sambil memandangi Citra,Lidya dan Sarnika, lalu Rani pun tersenyum pertanda memperbolehkan Sarnika masuk di barisannya. Tanpa Rani sadari, Satria sedari tadi memperhatikan gerak-gerak Rani sambil tersenyum simpul.
Satria melihat Rani tersenyum, Satria melihat Rani mengangkat alisnya satu, Satria melihat Rani di toel-toel oleh teman yang berada di belakangnya, Satria melihat ada salah satu teman satu kelas Rani yang bertanya dengan kedua temannya Rani.
Satria melihat semuanya, setelah itu satria tersenyum simpul lalu ia segera masuk kedalam kelas karena ada salah satu temannya yang menepuk bahunya karena guru bidang studynya sudah hampir dekat dengan kelas satria.
"Ya anak-anak semua, hari ini kita materinya basket! Silahkan diambil bola basketnya Pandu!" Ucap pak Munthe kepada Pandu sang ketua kelas. "Bisa dibantu sama wakilnya, ayo wakilnya mana?" Tanya pak Munthe kepada seluruh murid kelas VIII-G.
Rani pun segera berdiri, dan ia pun menghampiri dimana bola basketnya berada. "Ati-ati Ran! Nanti ketuker sama punya lo!" Celetuk Renaldi dengan sangat nyaring , yang mampu mendapatkan pelototan sangat tajam dari Rani.
"Goblok banget si Renaldi itu ih!Gak punya otak sama sekali! Omes!" Rutuk rani terhadap Renaldi namun hanya dalam hati saja tidak mau memperpanjang perdebatan antara dirinya dengan Renaldi.
"Nih bolanya Ran! Jangan ngedumel mulu lo! Ati-ati nanti ketuker sama punya lo" ucap Pandu yang melempar bola basket kearah Rani. Rani pun mempelototi Pandu dengan sangat tajam dan segera ia mengkrutuki Pandu dengan semua hewan yang berada di kebun binatang.
"Nah, sekarang materi kita bola basket" ucap pak Munthe sambil memantul-mantulkan salah satu bola basketnya. Rani yang mendengarnya pun senyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin siang dengan Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 8 9 [Edisi Revisi]
Teen FictionCerita yang sangat mendeskripsikan seorang Rani Alessandra, yang setiap harinya di jadikan bahan ejekkan oleh teman lelaki sebayanya, namun rani tidak putus asa, ia semangat untuk menghadapi segalanya karena sosok lelaki yang ia cintai dari awal mas...