Chapter 14 : Menunggu (2)

30 6 0
                                    

            "Siapa sih yang mau di gantungin? Terikat dengan status nggak jelas dan lebih ngenesnya lagi lo ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya. Sakit ga? Pasti sakit banget, kalau misalkan gebetan lo itu langsung nembak lo jadi pacar kan enak, ada status diantara lo sama gebetan lo. Tapi kalau gebetan lo itu pergi gitu aja gimana? Status nggak jelas, di PHP-in juga dan pastinya lo cuma di jadiin jemuran, ya jelas lo di gantungin terus sampai lo di tinggalin sama gebetan. Nyesek bro!" Ucap Rani dengan wajah serius, saat ini Rani sedang berada di toko buku untuk membeli novel-novel fiksi remaja  yang bergenre romance.

          "Demi apapun, ini novel pas banget sama gue tapi..." ucap Rani terhenti seketika saat mengingat barisan kalimat yang baru saja ia baca. "Gue emangnya digantungin Satria ya? Apa gue cuma dijadiin jemuran sama Satria?" Ujar Rani sambil merenungkan nasib asmara dirinya dengan Satria.

       "Apa iya?Gue cuma di PHP-in sama Satria?" Gumam Rani dengan menatap buku novel yang ia pegang sedari tadi. "Tapi, gue tau apa tentang Satria? Kenal juga baru, dan sekarang status gue berubah yang awalnya satu angkatan jadi kakak-adik kelas.

        "Ya selama gue sekolah disini, gue nggak tau tiba-tiba gue jadi kelas IX, tapi gue sama Satria jadi kaka-adik zone dong? Gue gatau gue dianggap atau enggak sama Satria" ucap Rani semakin erat menggenggam buku novelnya.

       "Tapi jangan sampai! Gue sama Satria cuma sebatas kaka-adik zone, ngga enak banget" cercah Rani sambil berjalan kearah kasir untuk membayar buku novel yang ia pegang sedari tadi. Setelah selesai membeli, Rani pun mengambil langkah cepat untuk sampai kerumahnya.

####

          "Rani" panggil perawat mamanya, "iya ada apa bu?" Jawab Rani menghampiri perawat tersebut. "Ibu kamu Ran" ucap perawat tersebut dengan lirih saat Rani duduk di sebelahnya, "mama kenapa?" Tanya Rani dengan penasaran.

           "Ibu kamu harus menjalani operasi" jawab perawat tersebut namun di potong oleh Rani, "emang harus banget mama operasi? Gak bisa apa mama perawatan doang?" Tanya Rani sangat bertubi-tubi.

       "Entah Ran, namun ibu diberitahu oleh pihak rumah sakit kalau mama kamu harus melakukan operasi" ujar perawat tersebut sambil membelai rambut Rani pelan, "tapi Rani nggak mau kalau mama harus di operasi" tolak Rani sambil menatap mata perawat mamanya.

        "Tapi Ran" jawab perawat tersebut namun Rani sudah menolak semua usahanya. Usaha untuk kesembuhan mamanya Rani, bagaimanapun juga penyakit tersebut sangat berbahaya. "Rani nggak mau bu" tolak Rani dengan halus lalu meninggakan perawatnya begitu saja.

       Jika Rani tidak suka dengan hal yang dikatakan oleh orang lain ia akan menolaknya dengan halus dan pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya lebih jauh. "Rani, ini demi kebaikan mama kamu!" Pekik perawat tersebut berharap Rani mendengarkan penjelasannya, namun nihil rani sudah tidak mau mendengarkannya lagi.

       "Harus gitu mama operasi?" Ucap Rani kesal dibalkon di luar kamarnya, "kan nggak juga! Lagian penyakit mama lagi nggak kambuh ko" ucap Rani sambil memandang langit dengan emosi yang sudah terkumpul secara sendirinya.

      "Argh!" Teriak Rani dengan sangat kencang untuk menenangkan dirinya dan membuang semua emosinya yang sudah terkumpul dengan sendirinya, "nggak! Rani nggak mau mama di operasi!" Ucap Rani sambil membanting vas bunga yang ada didekatnya.

       "Rani nggak mau kehilangan orang yang Rani sayangi untuk ketiga kalinya!" Pekiknya dengan sangat menggebu-gebu. 

PRANG!

7 8 9 [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang