Chapter 15 : Menunggu (3).

34 6 6
                                    

           Menunggu seseorang memang sangat menyakitkan, menunggu tanpa kepastian juga sama sakitnya. Namun hal itu tidak mampu menggoyahkan tekad di hati Rani awal mengenal Satria "Selalu mempertahankan meski tahu itu sakit".

     Saat ini Rani ingin sekali mengadu kepada sahabat-sahabatnya yang berada di Indonesia, entah mengapa hati kecilnya ingin sekali ia berada di tanah kelahirannya.

       Walau disini mamahnya tengah mempertaruhkan hidupnya untuk bisa sembuh dari penyakit yang di derita sudah menginjak 5 tahun lamanya. Rani merindukan keadaan damai, Rani merindukan.

     Rani menghela nafas panjang dan menatap kearah depan dengan tatapan sayu, tiba-tiba saja ia mengingat Satria, sudah hampir 1 bulan ia dekat dengan Satria namun belum ada tanda-tanda Satria akan menjadi kekasihnya.

      Em.. mungkin hanya Rani saja yang berfikir terlalu jauh. Sekelebat bayangan masa lalu keluarganya yang damai muncul didalam pikiran Rani, Rani tersenyum tipis saat kenangan itu terputar dengan sendirinya.

       Tidak bisa ia tepis dengan segala cara. Walaupun Rani mengalami amnesia ia tidak akan bisa melupakan hal tersebut terkecuali ia memang benar-benar mengalami amnesia di dunia nyata.  Rani terkekeh pelan, ia sedang mengingat kenangan manis ia bersama Satria sebelum ia pergi kenegara ginseng ini.

      Ia ingat persis bagaimana Satria memberikan satu bucket bunga kesukaan dirinya, padahal dirinya tidak memberi tahu apa bunga kesukaannya. Mungkin Satria menjadi stalker Rani saat mereka berdua dekat.

      Rani kembali terkekeh, karena fikirannya sudah melambung tinggi keangkasa, padahal kenyataan belum tentu sejalan dengan angan-angan. Ia tidak ingin melepaskan Satria dan memberikan Satria kepada wanita lain yang menyukainya. 

      Karena bagi Rani, Satria adalah motivasi barunya, pemberi warna baru dihidupnya yang terkadang satria sendirilah yang memberikan warna hitam dihidupnya.

    Ia belum tahu bagaimana perilaku Satria saat ia pergi ke negara gingseng, mungkin metode lamanya ia gunakan kembali untuk mempercayai Satria, sungguh ini sangat tragis dan mengenaskan.

        Namun, apakah Rani bisa bertahan seperti ini? Bertahan di negara orang untuk kesembuhana mamanya dan bertahan untuk perasaannya terhadap Satria, orang yang ia cintai berada di negara kelahirannya itu.

      Rani menghela nafas panjang, lalu ia beranjak dari tempat itu dan berjalan menelusuri negara ginseng yang terkenal akan Namsan Tower yang berada disini. Entah mengapa Rani ingin sekali menulis namanya dan nama satria untuk bisa di satukan namun itu sangat impossible

      Rani gantung gembok miliknya diantara tempat yang masih lenggang. Setelah itu ia kaitkan gembok miliknya dengan Satria, dan saat itu juga ia lempar kuncinya entah kemana. Rani tersenyum, puas rasanya menggantungkan miliknya dengan Satria. 

       Tapi Rani tidak yakin akan hal-hal yang katanya jika kita menaruh gembok saling bersebalahan itu nanti jodoh, itu hanya katanya dan Rani tidak secepat itu mempercayai fakta yang baru katanya

      Jika benar ia akan bersyukur, kalau tidak ia juga bersyukur karena bisa mengenal Satria selama ini. Rani segera beranjak dari tempat itu dan rani tidak sengaja menabrak seseorang yang seumuran dengan dirinya, tunggu-tunggu sepertinya tidak seumuran melainkan beda beberapa tahun dengannya. 

     "오 실례" pekik Rani saat tubuhnya menabrak dada bidang orang tersebut. " 괜찮아요!" Ucap orang tersebut dengan ramah. "정말? 아무도 부상하지 않았다?" Tanya Rani dengan wajah paniknya.

7 8 9 [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang