Chapter 7 : Antara kehidupan dan kematian (1)

37 8 2
                                    

P.s : Bacanya sambil dengerin lagu  'If You - BigBang' ya atau nggak lagu 'Ayah - seventen'. Selamat membaca:)

P.s : Maaf ya judulnya di ganti, soalnya alur ceritanya belum sampai ke situ-situ ok wkwk.

###

       Rani yang melihat Satria tengah berjalan kearah warung depan yang melewati rumahnya pun segera masuk kedalam rumah agar ia tidak melihat Satria lagi. 

   Satria yang tengah berjalan kearah warung depan dan ingin menyapa Rani pun sangat kaget, mendapati reaksi Rani seperti itu. Ia pun berjalan lurus dan menatap kosong sekelilingnya. "Apa gue terlalu keterlaluan sama Rani?" Gumam Satria dengan lirih tanpa menghentikan langkah kakinya.

        "Huh, untung aja dia nggak liat" lega Rani sambil merapihkan barang-barang yang berserakan. "Hm...bau apa ini?" Tebak Rani sambil menebak-nebak bau tersebut berasal dari mana. "Papa?" Ucap Rani sangat kaget, ia melihat dengan kepala matanya sendiri bahwa tubuh papanya tergeletak tidak berdaya di lantai dapur rumahnya, Rani segera melempar barang yang ia bawa.

    Dan ia pun berlari kearah papanya dengan cemas. "Papa! Bangun papa!Papa!" Pekik Rani sambil menggoyang-goyangkan badan papanya yang terkulai lemas, "Paa!!! Bangun!! Papa!!!" Teriak Rani sambil memeluk badan papanya yang berlumuran dengan darah.

     "Pa!! Please bangun pa!!! Rani lagi nggak mau bercanda!! Papa!!!!" Histeris Rani dengan sebuah tangisan dan isakkan yang sudah tidak dapat ia tahan lagi dan, karena tidak ada jawaban dari papahnya.

       Segera Rani menelpon perawat ibunya, namun sebuah telpon masuk dahulu yang masuk ke hpnya, rani pun segera mengangkatnya. Dengan lemas ia mengucapkan kata "halo", segera ia mendapat balasan dari sang lawan bicara.

        "Halo Rani! Lo nggak apa-apa kan? Gue kerumah lo!" Ucap seseorang yang sanga misterius bagi Rani, namun Rani kenal dengan suaranya, suara tersebut hanya dimiliki oleh Satria. Saat itu juga Rani melempar ponselnya entah kearah mana.

       Ia tidak mau bertemu dengan Satria, Rani pun berjalan kearah pintu depan untuk mengkuncinya dengan tenaga yang ada. Namun terlambat bagi Rani, Satria sudah dahulu membuka pintu tersebut, dan bertemulah Rani dan Satria dengan tampil yang berbeda.

    "Rani?! Lo nggak pa-pa kan?" Tanya Satria dengan khawatir, saat ia melihat di pakaian Rani berlumuran darah, dengan iba Satria pun memeluk Rani dengan sangat lembut, Salwa yang melihatnya hanya tersenyum pedih.

   Ia dapat merasakan kepedihan yang sangat dalam yang selama ini di derita Rani, ia tidak berhak cemburu disaat situasi seperti ini, ia harus siap dengan keadaan seperti ini. "Pa-pa Sat, hiks hiks" ucap Rani tersendat-sendat karena isaknya.

   "Iya udah, papa lo bakal baik-baik aja" jawab Satria lembut sambil mengusap punggung belakang Rani. "Tapi papa Sat!! Papa!!!" Ucap Rani menjerit sangat kencang sambil memukuli punggung Satria.

       "Iya Ran, lo tenang dulu gue sama Salwa mau nelpon ambulance" ucap Satria mengkode Salwa agar ia menelpon ambulance dengan cepat, Salwa yang merasa dirinya di kodei oleh Satria dengan cepat ia menelpon ambulance.

     5 menit kemudian terdengan suara sirine ambulance yang sangat nyaring di depan rumah Rani, dengan cepat Salwa membuka pintu tersebut dan datanglah petugas ambulance. Dengan cepat Salwa memberi tahu dimana jasad papa Rani berada.

       Saat itu juga Rani masih berada di dalam dekapan Satria, sangat erat dengan menyertai aura kelembutan yang berasal dari Satria dan pelukan tersebut. Petugas pun gerak cepat, karena tugas mereka menyelamatkan nyawa papanya Rani saat ini. 

7 8 9 [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang