1. Gadis Penolong tapi Ceroboh!

657 43 10
                                    

Namaku, Aisha Kamilia. Santri sekaligus mahasiswa semester tiga. Aku memilih tetap berada di pondok pesantren karena aku ingin menjaga diriku karena aku masih begitu labil, sehingga mudah terbawa pergaulan. Sejak SD, sifatku menurut pada siapa temanku. Gaya bicaraku saja benar2 bisa hampir persis dengan siapa aku sering berbincang-bincang. Namun, ada yang tak bisa berubah, aku ceroboh dan pelupa!

'Dokk..dokk..dokk..!'suara palu sedang menyiksa paku.
Suatu ketika aku sedang membenahi jemuran yang hampir roboh. Lia dan Mega sedang membuang sampah. Dan tanpa tersadar ada beberapa kulit pisang yang terjatuh di dekat jemuran.

"aih, lia, itu kulit pisang nya pada jatoh." ucapku memberitahu.
"tolong ambilin si, ini berat tau, nanggung kalo dilepas."jawab Lia.
"aih kamu, ya udah nanti aja kalo udah selesai, aku yang buang."
"ya udah makasih, ya."

Aih...nggak lihat apa lagi asik jadi tukang, malah suruh megang kulit pisang.

Sepuluh menit kemudian, Aisha selesai membenahi jemuran. Kemudian ia kembalikan pakaian2 yang ada sebelumnya di jemuran tersebut.

"rebessss..... Gak sia2 tadi minjem palu sama mang Udin. Tinggal bilang deh sama mang Udin, maaang udin.. Udin selesai nih..haha." Aisha terkekeh sendiri.

Aisha pun membereskan perkakas Mang Udin dan bergegas mengembalikan. Namun ia melupakan sesuatu. Dan melupakan hal ini berakibat fatal untuknya.

"srrrreeeettttt....aaaaa.....brukkkk!!!"

Ia terpeleset kulit pisang tadi. Yang seharusnya ia buang dulu.

Ya ampun, tadi kenapa gak dibuang dulu. Untung ada tiang....

Haaaaaaa!!!!!!!!!

Aisha baru saja sadar jika tiang jemuran yang tadi akan roboh, bahkan jadi lebih miring dari sebelumnya. Akibatnya pakaian-pakaian yg tadi di kembalikan sudah banyak yang menempel tanah.

Gustii....ii...

Krekkk!! Bunyi tiang-tiang jemuran yang terbuat dari kayu sudah lemah tak berdaya.

Aaaaaaaa.....tolong......

Aisha segera bangun dan menahan jemuran tersebut. Kemudian datang lah dengan segera seorang santri yang ikut membantu menahan tiang jemuran tersebut.

"ya Allah, Aisha. Berat banget, banyak jemurannya, sih."

"ya udah, kamu ambilin kayu itu tu, nanti di ganjel pake kayu itu dulu."

Santri tersebut mengambil kayu dan ia segera mengganjal tiang jemuran tersebut.

"ambilin baju-bajunya biar ringan, Ma." ucap Aisha.

Hahhh...hahhh...kami kelelahan...

"makasih ya, Ma."

"iya, sama-sama. Lain kali hati-hati." jawabnya.

Syukurlah Salma datang tepat waktu, kalau tidak, aku gak bisa bayangin aku nyuciin semua baju-baju yang jatuh tadi.

Ah iya, kerjaan baru. Huft!

Aisha segera membenahi kembali jemuran tersebut.

Setelah Aisha mengembalikan perkakas ke rumah Mang Udin, ia mengumpulkan pakaian yang kotor akibat kejadian tadi, kemudian ia cuci.

"dzalikal fadlu minallaaah aaa..aa..aa..aaa..Allah..ya hananaa...yahananaa...ya hananaaa...ya hananaa..."

Aisha senang bershalawat. Terutama ketika ia sedang mengerjakan sesuatu, ia merasa tidak capek ketika mengerjakan suatu pekerjaan sambil bershalawat.

Santri Baja HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang