7. Pusat Perhatian

180 10 2
                                    

"Alhamdulillah sudah sampai pondok lagi. kangen banget ngaji, bosen di rumah. Nonton tiviiiii mulu." ucap Salma baru tiba di pondok pesantren.

"di pondok bilang bosen kamar-madrasah-kamar, di rumah bilang bosen nonton tivi terus." protes Aisha.

"ya refreshkan memang perlu. Kalau kita terjebak kegiatan rutin yang sangat lama, bisa stres tau."

"iya, kalau menjalankannya tidak dengan senang hati."

"ya nggak juga. Ah sudahlah. Ayo makan dulu, mamah bawain cumi asin, sangrai terasi, tumis bawang pedas, sama semur telur puyuh."

"wah... Ini baru mantap surantap, segerakan!"

"Lisa, Ayu, Maya, ayo gabung, nasinya banyak kok."

Mereka pun makan bersama dengan alas daun pisang. Makanan kaki lima dengan kenikmatan bintang lima. Kenikmatan dan rasa dalam makanan adalah berbeda. Ada makanan enak dan yang menyantap sangat menikmati makanan tersebut. Ada pula makanan enak namun si penyantap tidak bisa menikmati makanan tersebut, entah karena sedang sakit gigi, suasana hati sedang buruk, tidak nafsu makan, dan lain sebagainya. Ada juga sebaliknya, makanan tidak enak atau biasa saja namun si penyantap menikmati makanannya, mungkin karena sedang sangat lapar, sedang bahagia, karena kebersamaan, atau si penyantap adalah orang yang senang bersyukur. Apapun yang kita makan selagi halaalan thoyyiban, bersyukurlah.

"kamu kok sekarang jadi sering pulang, Ma?" tanya Maya.

"ada keperluan. Ya mungkin sampai beberapa bulan kedepannya."

"keperluan apa?"

Aisha menyenggol Maya u tuk mengalihkan pembicaraan, "minum dong sayang, gelasnya sebelah kanan mu."

"yee ambil sendiri. Nih gelasnya aja."

Akhirnya Aisha beranjak untuk mengambil air minum, bersumber dari air galon dengan pompa sederhana diatasnya.

"ada masalah ya, dikeluargamu?"tanya Maya lagi.

"mayaaa...tolong dooong, airnya susah keluar, kamu pegangin gelas, aku yang numpahin." Aisha masih mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"ih! Ais! Ganggu orang ngobrol aja!"ucap Maya kesal.

"sebentar doang, ayolaah..."

"iya..iya..sebentar." Maya pun beranjak dari tempat nyamannya.

Pasti ada sesuatu yang terjadi, tidak mungkin Salma diperbolehkan pulang selama satu minggu bahkan beberapa bulan kedepan hanya karena dia rindu.

Dan sepertinya itu rahasia, ia tak bercerita apa-apa sampai detik ini. Ia juga tak memperlihatkan kesedihannya di depan kita. Walaupun, pernah aku melihat ia menangis tersedu di suatu malam.

Ya Allah... Berikanlah ketegaran kepadanya, dan lancarkanlah urusannya.

***

Srekkk...sreekkk..srekkk...

Salma sedang menyapu halaman. Aisha hanya duduk termenung memandangi sahabatnya yang sedang berwajah dua itu dengan bertopang dagu.

"Ais! Ini sampahnya di bakar."

"oh.. Siap komandan!"

"kamu ini dimana tempat ngelamun, ngelamunin apa sih?"

"kamu." jawab Aisha simpel.

"receh!" Salma menganggapnya bohong.

"Sal, memangnya kamu nggak mau cerita apa gitu ke aku? " tanya Aisha.

"cerita apa?" Salma balik bertanya.

"oh ya udah.. Yuk balik yuk... " ajak Aisha lalu membalikkan badan dan meninggalkan Salma.

Santri Baja HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang