Sembilan "

27 1 0
                                    

Kini waktu yang di lewati Nafa dengan berat hati berjalan begitu cepat. Kejadian kemarin terus menerus membebani pikiran Nafa. Mau tak mau akhirnya Nafa harus menyelesaikan permasalahan ini.

"Nin lo udah bilang ke bu mila soal kemarin"
"Engga deh, gue takut salah persepsi"
"Bahasa loooo! Pake persepsi persepsi. Kaya bu Dede aja lo so puitis"
"Loh, kata bu dede gunakanlah kata baku dan formal dalam lembaga formal"
"Shit!!"

Sepertinya otak Ninda oleng, tak biasanya Ninda seperti itu. Daripada otaknya ikutan oleng kayak Ninda, lebih baik menikmati aroma harum mie ayam buatan pak sarman saja.

Nafa memilih duduk di kursi yang sepi dari hingar bingar anak-anak kelaparan. Kursi itu adalah hasil dari perjuangannya dengan segala kesantaiannya melenggang keluar kelas menyelinap dan menghempas desakan murid-murid yang mulai memenuhi ruang makanan ini. dirinya merasa tenang duduk di kursi kerajaannya karena guru yang mengajar di satu jam pelajaran sebelum bel itu absen. Fahmi ketua kelasnya lah yang menginformasikannya

"Itu Arka!" matanya mencuat seakan ingin lepas dari bola matanya, mulutnya menganga lebar, jarinya di ketuk-ketukan cemas diatas meja. Apa benar itu Arka?!

Nafa bangun dari kursinya lekas berlari dan tepat di belakang Arka dirinya menarik kerah membalikkan tubuh menyebalkan itu ke depan wajahnya dan ----
"Heh lo"

"Wih wih wih sabar babe" suara yang tak asing inilah yang membuat pikiran Nafa berantakan akhir-akhir ini

Tatapan tajam mata Arka membuat Nafa hanya terdiam. Entah ingin berucap syukur atau aaaah Arka ini selalu membuat dilema dalam hidup Nafa

"Hei, ko diam" Arka mengedipkan jarinya di depan mata Nafa, bibirnya tersenyum tipis

"Hm a-apa kk-abar" dengan suara pelan dan cepat Nafa membalas ucapan Arka. Jika kalian lihat seperti apa pipi Nafa sekarang, tentu sudah seperti merahnya cabai

Arka meraih tangan Nafa yang masih bertengger di kerahnya, membawanya duduk kembali di tempat semula. Arka sudah menyadari keberadaan Nafa sejak Nafa keluar kelas

"Gue tau, lo mau tanya banyak hal kan tentang gue?" Arka berusaha mencairkan suasana tegang di antara dirinya dan Nafa

"Tentang lo ? Males banget gue! Kepedean lo!" Nafa membuang wajahnya tujuannya sih supaya tak terlihat pipi tomatnya. Namun usahanya selalu saja gagal apabila di depan Arka

"Pipi lo merah ko" seraya membawa wajah Nafa kembali melihatnya "Lo gausah khawatir"

"Apaan sih!" tangannya bergerak menyingkap tangan Arka yang berada di wajahnya

"Bu maya bilang lo, ninda fanya kerumah gue"
"Iya"
"Ketemu sama siapa?"
"Cewek"
"Namira kaka gue"

Seketika Nafa menoleh ke arah Arka, mendesis "syukurlah" matanya sayu, hembusan nafas terdengar lembut di telinga arka

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Arka" Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang