Empat: "Mawar Merah"

64 2 0
                                    

Arka lekas menggandeng tangan Nafa erat agar tak sedikitpun ada celah untuk Nafa lari dari dirinya. Perjalanan mereka ke suatu tempat hanya di iringi ketukan sepatu, tanpa ada pembicaraan apapun di antara mereka. Setelah cukup lama mereka berjalan akhirnya langkah Arka berhenti di suatu tempat.

Tempat indah, yang ditumbuhi rumput-rumput hijau dan segar. Pemandangan air yang hening, senyap menambah exoticnya tempat ini. Melihat pemandangan yang ada di hadapannya, Nafa melepas tangan Arka namun tertahan karena tangan kekar Arka.
"Bukan disitu tempat tujuan kita"

Nafa memajukan mulutnya tanda bahwa dirinya kesal, karena dia sangat ingin kesana melihat tenangnya air yang sedari tadi menggoda mata Nafa. Arka hanya tertawa kecil melihat Nafa yang kali ini menampakkan sisi manjanya kepada orang yang Nafa sebut setan.

"Nah ini tujuan kita"

Nafa memperhatikan sekelilingnya, dia melihat bunga mawar merah yang indah mengelilingi dirinya. Nafa terpaku dalam langkahnya tidak mengerti apa maksud Arka membawanya kesini. Kenapa ada mawar merah di sekelilingnya, untuk apa ini semua.
"Ini ?" Nafa memalingkan wajah ke seseorang yang berada di sampingnya. Menanyakan apa maksud semua ini kepada Arka tetapi Arka tak menjawab malah mengajak Nafa untuk duduk di bawah pohon rindang di taman tersebut.

"Gimana tempatnya ? Arka membuka pembicaraan.

Nafa terdiam, dirinya asik menatap keindahan yang ada di hadapannya. Karena jujur saja bagi Nafa ini adalah pertama kali dirinya bersama seorang lelaki dengan mawar merah kesukaannya yang sedari tadi mengelilingi setiap langkah dirinya.

"Hei, lo emang gada sopannya ya. Gue nanya loh" Arka mengangkat wajah Nafa agar menatap wajahnya

"Maksud ini apa?" akhirnya Nafa mengeluarkan pertanyaan yang ia tahan dalam pikirannya

"Ini tamanlah, ada bunga ada danau"

"Iya gue juga tau bego, yang gue tanya itu maksudnya" perkataan Nafa membuat Arka kesal, selain karena Nafa berbicara tanpa melihat wajah Arka, Arka kesal Nafa menyebut dirinya bego.

Arka merubah posisinya sampai berhadapan dengan Nafa. Nafa sontak memundurkan badannya memberikan sedikit jarak wajahnya dengan Arka.

"Lo nyebut gue bego? Letak kesopanan lo makin jauh tau" Arka mengernyitkan dahinya, memajukan kepalanya mendekati wajah Nafa

Refleks Nafa menoyol kepala Arka membuat Arka sedikit terjatuh akibat posisinya yang jongkok. "Emang lo bego, gue nanya maksud ini apa. Lo malah jawab yang jelas udah gue liat. Taman, bunga, danau. Anak tk juga tau!" Nafa berganti posisi dan bangun dari duduknya sambil mengoceh

"Shit.." Arka bangun dari posisinya mengikuti Nafa yang mulai menjauh dari dirinya.

"Hei" Arka menahan Nafa, mendorong mundur langkah Nafa kembali pada posisinya di bawah pohon tadi.

Nafa kembali menampakkan sisi manjanya di hadapan Arka, kali ini dia memajukan bibirnya sambil di goyangkan ke kanan dan ke kiri. Nafa kembali terduduk segera melemparkan pertanyaan kepada Arka
"Lo tau nama gue dari mana waktu lo manggil gue di pelajaran bu maya. Jangan-jangan lo kepoin gue ya" dengan tampang sok sangar dari Nafa kepada Arka membuat Arka bergidik berpura-pura ketakutan karena wajah Nafa

"Geer lo, buang waktu gue ngepoin lo. Nah sekarang ketauan kan siapa yang bego! Taulah, gampang cuma buat tau nama lo doang. Tuh dari nametag yang lo pake di seragam lo!" arka menyodorkan dagunya ke arah nametag Nafa yang berada di sisi kanan tubuh Nafa.

Nafa yang merasa malu akibat pertanyaannya sendiri, mencoba menutupi dirinya dengan mengambil batu dan melemparkannya ke arah danau di depannya.

Arka mengambil sebungkus roti yang berada di dalam tas punggungnya, menawarkannya kepada Nafa yang sedang asik menutupi rasa malunya.

"Nih, lo belum makan siang kan?" menyodorkan roti kepada Nafa menggunakan tangan kirinya

"Gak" Rasa gengsi Nafa seakan naik 100 kali lipat di saat-saat seperti ini padahal sedari tadi dirinya menahan rasa laparnya. Kalau saja perutnya berada di dekat mic maka suara berisik dari perutnya sudah terdengar oleh Arka.

"Oke gue aja yang makan" Arka kembali menarik rotinya, mengeluarkan roti dari bungkusnya yang rapi, memasukkannya kedalam mulutnya. Sengaja Arka mengecap-ngecapkan bibirnya agar terdengar menggoda di telinga Nafa, mengambil perhatian Nafa agar Nafa menoleh

Tapi gengsi Nafa jauh lebih tinggi mengalahkan tingginya menara eiffel. Nafa tetap terdiam tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun walau sebenarnya dirinya sangat ingin merebut roti itu dari tangan Arka. Arka yang menyadari gelagat Nafa yang sok jaim akhirnya mengalah menyelipkan sepotong rotinya ke dalam mulut Nafa.

"Bilang sama gue kalo minta di suapin" arka sangat senang menggoda Nafa yang sangat manja di hadapannya ini. Baginya tingkah Nafa kini sangat menggemaskan berbeda dari kemarin.

Nafa menoleh ke arah Arka dengan mata yang mencuat. "Lo!" belum sempat Nafa mengoceh, kembali Arka menyelipkan roti di mulutnya. Udah syukur Arka tidak menciumnya kembali seperti pertama kali karena Nafa yang tidak berhenti mengoceh. Terpaksa Nafa mengunyah rotinya sampai masuk melewati tenggorokkannya.

"Minum nih, seret gitu" arka menempelkan sebotol air mineral ke jidat Nafa. Nafa segera membuka air itu tanpa peduli lagi akan gengsinya.

Arka membelai rambut panjang pirang Nafa yang sedang mendongak menegak sebotol air mineral tadi sambil tersenyum melihat tingkah Nafa.

"Karena lo kemarin ninggalin gue waktu gue lagi ngomong, sekarang lo ga boleh ninggalin gue lagi" Arka tersenyum selebar-lebarnya, kalau saja Ninda melihat ini mungkin Ninda akan mencubit pipi Arka karena menurut Ninda ketika melihat Arka tersenyum seperti ini di sekolah bagi Ninda itu adalah wajah terimut Arka. Tapi tetap saja bagi Nafa wajah itu adalah wajah yang mengerikan.

"Dari pertama gue ketemu lo di taksi itu gue ngerasa dunia gue kembali" Arka menatap Nafa dengan wajah yang sangat serius

Di saat serius seperti ini justru Nafa membalas keseriusan pembicaraan Arka dengan candaan. "Liat deh muka lo" nafa terbahak-bahak melihat wajah Arka yang berantakan, rambut Arka yang tertiup angin menyebar kemana-mana. Dengan gemas Nafa mangacak-acak rambut Arka agar terlihat lebih berantakan. Tawa Nafa sangat lepas karena tingkahnya di timpal candaan kembali dari Arka. Arka memasang wajah jelek di depan Nafa, matanya di buat deleng dengan bibirnya di miringkan seperti kakek-kakek yang terkena stroke.

Nafa tak kuat menahan tawa melihat aksi setannya ini, membuat perutnya kram. "Aduh sakit perut gue, gak nahan liat wajah lo yang mirip badut ulang taun hahaha" Pembicaraan terus berlanjut mengenai hal-hal lucu melupakan tujuan Arka mengajak Nafa ke tempat ini.

Moment tak terduga, dimana keduanya kini mesra tertawa bersama, Arka merangkul pundak Nafa membelai rambut lurus Nafa, sambil sesekali saling menempelkan kepala masing-masing. Suasana yang imposible terjadi melihat reaksi Nafa ketika bertemu Arka sebelumnya, dimana biasanya Nafa teriak, membentak, dan mengeluarkan sumpah serapah kepada Arka bahkan selalu menghindar agar tidak bertemu Arka. Kini reaksi itu tidak di tampakkan, Nafa justru tersenyum, tertawa, hangat dan lembut menimpali perilaku Arka yang juga berubah mendadak sweet. Mungkin mawar merah dan danau juga akan ikut tersenyum melihat aksi mereka.

Mawar merah serta danau yang tenang telah menyihir diri Nafa, sehingga menampakkan sifat asli Nafa yang manja, hangat dan lembut. Tidak ada satu orangpun yang tahu sifat asli Nafa termasuk Ninda terkecuali mamah dan papahnya. Karena yang terlihat sampai saat ini adalah Nafa yang galak, judes, arogan. Tetapi kini Arka sosok baru yang ia kenal mampu menampakkan keaslian sifatnya.

Nafa seketika berhenti tertawa saat menyadari sudah lebih dari satu jam dirinya bersama Arka hanya berdua di taman. Dirinya merasa aneh kenapa di taman seluas ini hanya ada dirinya dan Arka, apa tidak ada yang tertarik dengan taman seindah ini. Atau mungkin sedari tadi mereka asik bersenda gurau sehingga tidak sadar orang-orang lalu lalang. Tidak, sepertinya memang tak ada satupun orang yang datang. Nafa menatap Arka mengernyitkan dahinya. Memundurkan tubuhnya yang secara tidak sadar sudah tidak ada jarak lagi, tubuh mereka yang saling tersentuh. Nafa melirik jam tangan di tangan kirinya ternyata sudah pukul 17.00 langitpun mulai memerah. Nafa tersentak dan bangkit dari posisinya meraih tasnya yang tergeletak lalu berlari menjauh dari Arka. Arka yang merasakan hal sama ikut meraih tas dan mengejar Nafa. "Nafa tunggu" tetapi Nafa tetap berlari dan memberhentikan taksi yang kebetulan lewat tepat saat dia membutuhkannya. Nafa menghilang dari hadapan Arka bersama dengan taksinya

"Arka" Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang