RELAKANLAH

39.7K 1.4K 48
                                    

"Aww.." aku merasa menabrak tubuh seseorang. Aku tak sengaja karena memang aku tengah asyik bercengkrama dengan dokter Adrian.

"Maaf" ujarku ramah dan mengangkat wajahku untuk menatap siapa yang aku tabrak. Ternyata seorang wanita cantik.

"Oh tidak apa - apa, aku juga minta maaf" suaranya lembut sangat lembut seperti sutra.. Uuhh! Seandainya saja aku seorang pria, sudah dipastikan akan jatuh cinta pada wanita ini.

Eh tapi, tunggu! Wajahnya sepertinya aku mengenalnya. Tapi aku lupa dimana.

"Sayangg..." panggil seseorang dari arah belakangku. Wanita di depanku tersenyum dan senyumnya membuatku meleleh..ups! Jangan sampai aku berubah haluan.

Aku mendengar derap langkah seseorang mendekati kami. Senyum wanita di hadapanku semakin melebar.

"Sayang.. Ayo.." ajak suara itu lagi. Eh tunggu! Aku seperti mengenal suara merdu itu. Suara berat, merdu dan sexy itu seperti aku mengenalnya, aku ingin menoleh.. Tapi leherku kaku.

"Aku duluan ya" ujar wanita dihadapanku membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku menggerakkan badanku memutar, sungguh penasaran dengan suara pria yang memanggil wanita cantik tadi dengan sebutan 'sayang'.

Jreng.. Jreng.. Jreng..!!

Kaya music di sinetron aja. Dan seketika dadaku berhenti berdetak, aliran darah berhenti mengalir dan seluruh oksigen sepertinya tidak ada yang masuk ke paru - paruku.

Pria itu, berdiri gagah di depanku. Sama sepertiku, dia juga memasang wajah terkejutnya. Wanita cantik tadi berjalan dan seketika bergelayut manja di lengannya. Oh! Kali ini wanita itu tidak terlihat cantik lagi bagiku, benar aku ingin mencabik wajah mulusnya.

"Ayo kita harus periksa kandungan aku sayang" ujarnya manja. What? Kandungan?

Aku terdiam menatap mata indah yang dulu selalu aku puja, mata teduh yang membuatku merasa nyaman dan aman. Pria yang selama 11 tahun ada dihatiku, dan beberapa hari lalu meninggalkanku menikah dengan wanita iblis bermuka cantik yang tengah... Hamil? Secepat itukah proyek yang dikerjakan Dimas? Rasanya proyek pemerintahan saja tidak bisa terlaksana secepat itu.

Dimas mengangguk kaku dan membalikkan badannya lalu berjalan dengan tangan mungil wanita yang telah Sah menyandang sebagai istrinya.

"Kamu menangis??" seseorang mengusap air mata yang tanpa aku sadari sudah membasahi pipiku. Aku menepis tangan besar itu dan sekuat tenaga tersenyum manis di hadapan dokter Adrian. Oke well! Aku tidak mau terlihat lemah di depan dokter Adrian. Tidak!

"Maaf dok, saya mau siap - siap. Nanti mama akan menjemput saya" ujarku. Dokter Adrian masih menatapku heran. Tapi kemudian dia tersenyum dan mengangguk.

Aku berjalan cepat menuju kamar rawat inapku. Ingin bergegas menelungsupkan tubuhku diranjang rumah sakit. Meluapkan semua perasaan dihatiku. Sesak, sakit, kesal dan juga... Cemburu!

"Aya..aya..??" aku merasa seseorang menepuk - nepuk pundakku. Aku menggeliat perlahan dan membuka mataku. Seperti melihat seorang ibu peri cantik tengah tersenyum kearahku. Seketika aku teringat seseorang yang telah melukaiku sebegitu parahnya. Hingga untuk beranjak bangkit aku serasa tak mampu.

"Mamaaa...." aku menubruk tubuh mama dan memeluknya erat. Menumpahkan emosi yang sesaat lalu membuat dadaku sesak. Sulit napas!

"Kamu kenapa sayang?" tanya mama mengelus punggungku perlahan. Ada rasa kasih sayang yang hangat dihatiku. Aku merasa nyaman. Pelukan mama memang selalu bisa menenangkan hati galauku!

"Aya liat Dimas" jujurku. Mama sempat terdiam kemudian kembali mengelus punggungku dengan sayang aku mendengar mama menghela napasnya. Mungkin mama bosan mendengar keluh kesahku tentang pria itu. Tapi 11 tahun bersama tidak akan bisa dalam waktu singkat untuk melupakannya bukan?

Move on (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang