Aku cinta mati padamu
Takkan sanggup tanpamu
Bahagiamu itu bahagiaku
Dan setiap air matamu
Itulah juga kesedihankuAku cinta mati padamu
Jangan pernah meragukanku
Terlalu dalam cintaku ini
Mungkin aku bisa mati
Bila harus kehilangan dirimuBukan untuk sembarang hati
Aku katakan ini
Sungguh aku cinta kamu
Bukan untuk sembarang hati
Hingga nafas berhenti
Aku rela berlelah untukmu********
"Ini rumah..."
"Iya ini rumahku dan rumah anak - anak, bagaimana?"
Aku membekap mulutku dengan kedua tanganku. Tidak mungkin kan Adrian tinggal dirumah kecil sempit dan terlihat cukup kumuh ini? Dan dia mengajak serta merta kedua anakku? Eh tapi kenapa Adrian jatuh miskin begini??
"Kau tidak mau tinggal di sini? Akan aku pesankan taxi, tinggallah saja dirumahmu" ujar Adrian pelan sembari mengangkat Respati ke dalam gendongannya.
Aku menggelengkan kepala, Adrian adalah suamiku. Bukankah aku sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu mendampinginya dalam keadaan apapun. Lagian aku ke sini bukan mencari harta Adrian, tapi aku merindukan kehangatan keluarga kecilku yang telah hilanh selama 5 tahun.
Dengan langkah cepat aku mengejar Adrian yang sudah masuk ke dalam rumah dengan menggendong Respati. Mereka tertaw berdua, bercanda berdua. Aku mendekati mereka dan berharap bisa ikut bercanda dengan buah hatiku
"Respatii.. Sama Mama mau?" aku mengulurkan tangan untuk menggendongnya. Dia menatapku sebentar lalu memalingkan tubuhnya
"Papah.. Adik ngantukk" ujarnya di sela leher Adrian. Adrian mengangguk dan menepuk nepukkan punggung Respati. Membawanya masuk ke sebuah kamar yang pasti itu kamar Respati.
Aku menghempaskan tubuhku pada sebuah sofa coklat yang berada di ruangan ini.
"Aaaw..." aku bangkit seketika dari dudukku
"Ada apa?" tanya Adrian saat mendengarku berteriak
"Eh anu.. Ini Rian...anu.."
Adrian menatapku, tatapan teduhnya penuh rasa khawatir. Mungkinkah dia masih mengkhawatirkan aku? Berarti masih ada cinta di hatinya untukku?
"Kamu kenapa Ya??" tanya Rian mendekatiku
"Aku tadi duduk di sofa itu, saat aku duduk pantatku membentur sesuatu dan rasanya sakit"
Adrian melirik sofa yang aku tunjuk lalu menghela napas dan kembali menatapku "Aku pikir kenapa, itu bukan sofa mahal jadi tidak seempuk sofa mewah yang biasa kau duduki. Itu kursi kayu yang diberi sedikit busa, jadi terasa lebih keras" jelas Adrian tanpa menunggu jawabanku dia kembali masuk ke dalam kamar tadi.
Iih, aku jadi gemas sendiri. Adria. Itu khawatir sama aku, tapi dia tetap saja cuek dan begitu bersikap dingin sama aku. Gimana sih ini? Tapi, buka Soraya jika harus menyerah secepat ini. Ini baru permulaan kan? Untuk hal sekecil itu saja, Adrian bisa khawatir seperti ini. Apalagi hal lain yang jauh lebih besar?
"Papaaahh.." aku menoleh kearah sumber suara. Dan pandanganku tertuju pada gadis cilik yang cantik yang tengah sibuk melepas sepatunya
"Dara.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Move on (END) 20+
DragosteAku Soraya Deswita, Hidupku berantakan dan berubah semenjak aku mendapatkan undangan pernikahan kekasihku yang ku pacari selama 11 tahun dengan wanita lain, aku putus asa dan memilih menikah dengan pria yang baru aku kenal 3 bulan lamanya. Sepanjang...