Dan
bila esok
datang kembali
Seperti sedia kala dimana kau bisa bercandaDan
perlahan kaupun lupakan aku
Mimpi burukmu
dimana t'lah ku tancapkan duri tajam
Kaupun menangis
menangis sedih
Maafkan akuDan
bukan maksudku
bukan inginku
Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka
Melupakanmu
menepikanmu
Maafkan aku....Lupakan saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kalaCaci maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala
******Aku menggeret koper yang sudah berisi pakaianku keluar kamar. Aku mendapati Adrian, Dara juga Respati sedang duduk di sofa dengan wajah yang tidak bisa aku jelaskan. Aku berharap mereka tidak akan rela jika aku harus pergi dari sini.
"Mamahh.." Respati yang kondisinya sudah membaik menyadari kedatanganku dan langsung berhambur kepelukanku
Aku berjongkok untuk bisa memeluk putra tampanku ini "Respati"
"Mamah mau kemana? Mamah mau pergi lagi?" mata bulatnya menatapku
"Respati baik - baik sama papa, sama aunty Davi, dan kakak Dara jangan bandel - bandel ya sayang?" aku berbicara seperti ini seolah aku dan anak - anak mungkin tidak akan bisa bertemu lagi selamanya. Mungkin Adrian dan Davi akan membawa mereka sejauh mungkin dari ibu tak berguna seperti aku.
"Mamah, mamah mau tinggalin adek lagi? Mamah udah gak sayang adek lagi ya?" ujar Respati dengan menekuk wajah dan melipat kedua tangannya di dada. Dia merajuk dan sangat lucu.
"Mama sayang adek, sayang kakak dan mama juga sayang papa" aku melirik Adrian yanh juga menatap adegan aku bersama Respati "Mama cuma pergi sebentar ko, makanya adek harus nurut kata mama ya?" aku membelai rambutnya.
Respati kembali memelukku "Adek ikut mama ya??" rajuknya manja. Aku hanya bisa tertawa pelan. Rasa sakit menjalar di dadaku. Semua karena salahku sendiri, aku yang menyia - nyiakan kedua anakku. Dan sekarang? Aku bahkan harus melepaskan mereka bahagia dengan ibu baru yang pasti jauh lebih baik dariku. Ahh
"Dara.." aku menyapa putriku yang berdiri di hadapanku dan Reapati. Aku melepas pelan pelukanku pada si bungsu dan meraih Dara kedalam pelukanku. Dia diam tanpa bersuara.
Aku membelai wajahnya, wajah cantik yang sangat mirip Adrian. Dia benar - benar manis.
"Sayang, maafkan mama ya?" ujarku dengan berusaha menahan air mata yang akan jatuh membasahi pipiku. Berulang kali aku menelan ludah untuk melegakan tenggorokan dan dadaku yang terasa kosong kering.
"Mama tau, mama banyak mengecewakan kakak, mengecewakan papa. Mama minta maaf.. Mama bukan mama yang terbaik untuk kakak. Mama sangat jahat sama kalian berdua" Dara masih diam. Air mata sudah jatuh setetes demi setetes membasahi pipiku. Aku kembali memeluk putriku mengelus rambutnya pelan
"Kakak, mama titip adek, jaga adek dengan baik, jadilah anak yang penurut sama papa dan aunty Davi ya? Mama sayang sekali sama Dara sama Respati juga. Kalian adalah nyawa mama" aku bersungguh - sungguh mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move on (END) 20+
RomanceAku Soraya Deswita, Hidupku berantakan dan berubah semenjak aku mendapatkan undangan pernikahan kekasihku yang ku pacari selama 11 tahun dengan wanita lain, aku putus asa dan memilih menikah dengan pria yang baru aku kenal 3 bulan lamanya. Sepanjang...