Kesalahan Terindah

36K 1.1K 77
                                    

Maaf..
Aku bukanlah seorang istri yang setia, aku bahkan tidak dapat menjaga kehormatanku sebagai seorang istri. Aku bahkan tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anak - anakku. Aku adalah manusia lemah yang dapat terkalahkan oleh setan duniawi. Maafkan aku!!

Aku membuka mata dan menatap Dimas tidur bertelanjang dada di sebelahku. Tubuh kami tertutup oleh selimut tebal. Jangan minta aku menceritakan kejadiannya hingga hal ini bisa terjadi!

Maaf, mungkin bagi kalian para pembaca akan sibuk menghujat aku. Tapi apalah daya aku? Aku manusia biasa yang teramat lemah, aku terpedaya oleh cinta butaku di masa lalu. Aku gagal untuk bangkit!

Dengan pelan aku bangkit dari ranjang ini. Menatap tubuh polosku yang terasa menjijikan di depan sebuah cermin besar. Air mata jatuh membasahi pipiku, untuk apa aku menangis? Aku sendiri tak berpikir saat akan melakukan perbuatan tidak terpuji tadi sekarang aku seperti manusia munafik yang menangis setelah merengkuh kenikmatan dengan pria yang bukan suamiku!

Aku meraih pakaianku dan beranjak keluar kamar apartemen ini, aku melirik ponselku yang terus berbunyi. Adrian pasti mencariku. Aku menoleh sebentar kearah Dimas yang masih terlelap untuk tidur.

"Mungkin kamu adalah kesalahan terindahku Dim, tapi aku tidak ingin melakukan kesalahan berkali - kali walau itu indah sekalipun"

Aku berjalan keluar apartemen dengan langkah tergesa. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan aku rasa Adrian akan sangat panik mencariku. Aku melempar ponselku ke arah jalanan. Biarlah! Aku tak perlu lagi ponsel itu, aku juga tidak ingin Dimas datang dan menghubungiku lagi. Aku harus kembali fokus untuk kedua anak - anakku.

*****

Gelap.

Rumah sudah sangat gelap. Sepertinya para penghuni sudah tidur. Aku berjalan pelan menuju kamar mandi. Aku ingin mandi dan membersihkan seluruh dosa di tubuhku.

"Dari mana Aya?" sapa suara berat dari arah kegelapan. Dan saat aku mencari - cari tiba - tiba ruangan menjadi terang.

"Adrian??"

Adrian menatapku tidak tajam, dia menatapku biasa saja

"Dari mana?" tanyanya sekali lagi aku mendengar dia menghela napas.

"Aku.. Tadi aku asyik dengan customer yang mengajakku sekalian makan malam" jawabku berbohong. Aku hanya berharap Adrian mau percaya padaku.

Adrian tersenyum "Kamu adalah istriku, aku percaya apapun yang kamu katakan, walau tadi asistenmu berkata bahwa seharian ini kamu tidak ada masuk ke kantor bahkan seluruh customer dialihkan untuk bertemu kamu besok" jawab Adrian tenang. Rasanya jantungku mencelos ke bawah dan seluruh tubuhku terasa panas. Jawaban apa yang akan aku berikan pada Adrian menutupi kebohonganku?

"Mandi dan beristirahatlah, kau pasti lelah. Selamat malam sayang" ujar Adrian tersenyum kemudian meninggalkan aku yang berdiri kaku menatapnya menghilang di balik pintu kamar kami.

"Astaga..!!" aku mencelos dan duduk di lantai Marmer rumahku ini. Adrian tau? Dia tau bahwa aku berbohong? Dan dia tidak marah sama sekali?

Ya Tuhan, sumpah aku menyesali perbuatanku ini. Aku seorang istri juga ibu dari dua orang anak, aku terlalu jahat untuk menjadi wanita yang baik!

Semua harus berakhir, segalanya harus aku kubur dalam - dalam, tidak ada Dimas! Hanya ada Adrian, Dara dan Respati!

******

Cekring..

"Selamat datang" suara salah satu asistenku di salon. Aku tidak menatap siapa yang datang. Aku sibuk dengan beberapa laporan yang aku pelajari. Perlu kalian tau, aku juga menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta. Yah, mengajar hanya selinganku saja.

"Ketemu sama Ibu? Tapi Ibu sedang sibuk" suara dari arah luar masih suara asistenku. Ah mungkin seorang customer ingij bertemu denganku. Sayangnya aku cukup sibuk!

"Tapi pak..."

Aku mengangkat kepalaku dari arah tumpukan kertas ini. Seorang pria? Ingin bertemu denganku? Siapa?

"Permisu Bu, ada yang ingun bertemu dengan ibu" aku hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakan agar tamu tersebut masuk keruanganku bertemu denganku saja

"Permisi Ibu Soraya"

Aku menghela napas, menyadari suara familiar yang sudah aku hapal diluar lingjar kepalaku.

"Dimas" jawabku pelan

Dia tersenyum dan duduk di hadapanku

"Kamu kenapa sih sayang?" sapanya hangat. Bagaimana aku bisa menghindar jika Dimas selalu hadir di hadapanku?

"Maaf Dim, aku sedang sibuk" jawabku sopan dan kembali sibuk dengan laporan ditanganku

"Kamu menghindari aku Aya??" aku menggeleng singkat

"Aku sibuk Dim, sebaiknya kamu pulang"

"Bagaimana kita makan siang bersama?" tawaran Dimas yang akan sangat sulit aku tolak. Tapi sekelebat bayangan wajah kecewa Adrian terlintas

"Maaf Dim, aku akan makan siang bersama suami dan anak - anakku" jawabku sopan

Dimas berdiri "Yah, aku harusnya sadar diri bahwa kamu tak lagi mengharapkan aku. Aku juga bukan lagi prioritas utamamu, maaf sudah mengganggu ketenanganmu Aya" jawab Dimas pelan seraya melangkah meninggalkan aku.

Aku menghela napas berkali - kali, bagaimana bisa aku menjadi setega ini pada Dimas? Laki - laki yang aku cintai selama 11 tahun ini? Bagaimana bisa, aku menolak ajakannya? Ya, tentu aku harus dan bisa menolak itu semua karena ada Adrian ada buah hatiku. Ya tentu, Adrian juga buah hatiku adalah prioritas utamaku.

Aku mencoba menghubungi ponsel Adrian namun tidak aktif. Baru kali ini ponsel Adrian mati yang membuatku merasa cemas. Pasalnya sejak tadi pagi, Adrian seperti menghindariku. Bukan, sejak semalam dia menghindar dariku. Aku tau, dia marah karena aku telah membohonginya, dan jujur saja dijauhi olehnya membuatku merasa hal yang tidak nyaman.

"Halo"

"Hayo?"

"Dara? Papa dirumah sayang?"

"Gak ada mamah, Dara sama adik sama embak aja"

"Ya sudah, Dara jangan lupa makan ya. Dan juga ajak adik bobo siang ya"

"Ya ma"

Ada perasaan lega mendengar suara buah hatiku. Ah.. Masih pantaskah aku menjadi mama dari kedua buah hatiku? Dengan sikap kurang ajarku semalam? Ya Tuhan... Kenapa pada Dimas aku tak tega? Sementara aku begitu tega menyakiti hati keluarga kecilku...??

Tbc

Move on (END) 20+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang