Alicia pun terbangun dari tidurnya ketika mendengar nama nya dipanggil panggil. Ketika membuka mata yang ditemuinya adalah Nico, kakaknya.
"WAKE UP, SLEEPY HEAD!" ya, itu adalah teriakan Nico.
"Ugh, i'm still tired, idiot. Go awayy" erang alicia.
Namun, Nico tidak menyerah. Nico pun langsung melompat di tempat tidur milik adiknya itu.
"Alright! Alright! I'm awake now." kata alicia yang saat itu juga langsung bangun dari tidurnya.
"Hey! Aku merindukanmu tukang makan!" teriak Nico yang langsung memeluk adiknya itu.
"Nic, i can breath.." keluh alicia.
Nico pun langsung mencari inhaler milik adiknya. Ya, alicia memang mengidap penyakit asma sejak kecil. Dan di manapun alicia berada pasti sudah disediakan inhaler cadangan oleh orang tuanya, mengetahui sikap alicia yang agak ceroboh.
"Here.." ucap Nico.
Alicia pun langsung menggunakan inhaler itu. Dan sesaat kemudian nafasnya sudah kembali baik.*
"Hey, Nic. Wanna hang out?" ajak alicia.
"Of course my little sister!" jawab nico.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu sialan. Atau aku akan mencakar mu! Rawwrr" ucap alicia.
"Alright, aku tidak akan mengulanginya lagi, kukumu itu sangatlah menyeramkan, kau tahu? Baiklah ayo pergi!" jawab nico.
Orang tua mereka yang melihat perdebatan kecil kedua anaknya pun hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang sudah beranjak dewasa itu.Tujuan mereka berdua adalah starbucks. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih, dilihat dari postur tubuh dan cara mereka berjalan. "Kau mau apa ally? Biar aku pesankan." tawar nico.
"ChocoRilla Frappucino, dan cookies nya juga." jawab alicia.
Kemudian Nico pun langsung oergi untuk memesan minuman. Alicia terus mengamati cafe itu. Sudah lama rasanya, ia tidak mengunjungi cafe itu. Pandangan nya terhenti di satu orang. Alicia tidak mengenalnya. Namun, dilihatlah pandangan orang itu.Alicia, bisa membaca pikiran orang lain. Ia menyadari hal itu ketika ia tinggal bersama ayahnya. Sampai sekarang tidak ada satu pun yang mengetahui bakat tersembunyi alicia itu. Namun alicia pernah mencari info tentang bakatnya itu di internet. Menurut salah satu situs, seseorang yang bisa membaca pikiran memang bisa membaca pikiran siapapun, namun ia tidak bisa membaca pikiran orang yang mencintainya, sekalipun ia mencoba.
Alicia mencoba membaca pikiran orang itu. Pemuda yang sedang duduk di sudut cafe, memakai jaket hitam sebagai luaran, kaos sebagai dalaman, dan ripped jeans sebagai bawahan. Namun, ketika alicia sedang memfokuskan pikirannya, nico tiba tiba menepuk bahunya, sehingga alicia pun gagal membaca pikiran orang itu.
"Hey, apa yang kau lihat ally?" tanya nico.
"Tidak ada" jawab alicia sambil memalingkan pandangan nya dari pemuda itu.
"Uhmm, apakah kau mau menemani ku mencari hiasan kamarku? Aku bosan, dan aku ingin mendekorasinya ulang." tanya alicia.
"Baiklah, aku akan menemani mu, aku takut kau hilang nantinya." jawab nico cengengesan.
"Sialan, kau!" umpat alicia sambil menjambak rambut nico.*
Setelah itu, nico dan alicia pun langsung menuju ke salah satu mall. Alicia membeli, beberapa bed cover, jam digital, lampu kamar, dan perlengkapan kamar lainnya. Setelah itu, alicia pun berjalan jalan dan berhenti di sebuah toko camera. Ia ingat bahwa ia memiliki tabungan untuk membeli sebuah camera. Akhirnya alicia membeli sebuah camera bermerk leica.
Itu merupakan camera yang diinginkan alicia akhir akhir ini. Setelah puas membeli camera, alicia dan nico pun kembali ke rumah. Di rumah alicia langsung menata kamarnya sedemikian rupa, tak lupa ia menempatkan camera baru nyadi rak camera miliknya, fyi, alicia memang pengoleksi camera.Setelah menata kamar nya alicia segera turun ke ruang makan untuk dinner bersama keluarganya. "Uhm, dad? Aku akan kuliah dimana?" tanya alicia. "Sydney University. Dad sudah mendaftarkan mu disana, kalau soal jurusan kau akan memilihnya sendiri nanti ketika kau masuk kuliah." jawab ayah alicia. "Thank you so much dad! I love you!" jawab alicia antusias. Setelah itu alicia melanjutkan makan malam nya dan membantu ibu nya untuk membersihkan meja makan setelah makan malam.
"Mom, aku sudah selesai. Apalagi yang bisa kubantu?" tanya alicia.
"Uhmm, sepertinya sudah selesai. Sebaiknya kau pergi istirahat saja, kan besok hari pertama mu masuk kuliah." jawab ibu alicia. Alicia pun menurut dengan omongan ibu nya dan segera kembali ke kamar. Di kamar alicia langsung merebahkan tubuhnya di kasur nya. Ia masih berpikir tentang pemuda yang ia temui di starbucks siang tadi.*
Wake up! Wake up!
Ya, itu adalah suara alarm alicia. Dan sekarang jam digital nya sudah menunjukkan pukul 05.30 a.m. Alicia pun bangun untuk mencuci wajahnya. Dan langsung berganti pakaian untuk jogging di taman dekat rumah. Alicia mengambil converse nya dan mengikat rambutnya menjadi pony tail.Kira-kira alicia sudah berlari selama satu jam dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Alicia pun kembali ke rumah untuk bersiap masuk kuliah. Alicia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu alicia memilih outfit untuk pergi ke kampus. Ia memilih kaos hitam berlengan pendek dan menutupi nya dengan kemeja berwarna biru. Dipadukan dengan ripped jeans abu abu, serta black converse tentunya. Setelah itu ia membawa sebuah ransel kecil yang berisi buku dan alat tulis. Tak lupa alicia membawa handphone nya. Kemudian ia segera turun ke bawah untuk sarapan.
"Morning everybodyy!" kata alicia, sambil mencium semua pipi orang yang ada di meja makan.
"Morning ally." jawab ayah, ibu, dan kakaknya bersamaan.
Lalu mereka semua memakan sarapan mereka. Alicia saja sampai mengambil cream soup buatan ibunya lagi, mungkin efek karena telah lama tinggal di Inggris.
"Aku pergi ke kampus dengan siapa dad?" tanya alicia.
"Akan dad antar. Ayo berangkat." jawab ayah alicia.
Kemudian alicia berpamitan kepada ibu dan kakaknya. Alicia segera masuk ke mobil. "Dad, nanti aku harus bertemu dengan siapa dulu?" tanya alicia. "Mrs. Gwen, dia adalah orang yang harus kau temui." jawab ayah alicia. Lima belas menit berlalu, dan mereka sudah sampai di kampus alicia. Alicia langsung pamit kepada ayahnya, dan masuk ke dalam gedung kampus.Ia segera mencari ruangan Mrs. Gwen, tidak cukup sulit untuk mengetahuinya, karena sudah tertulis di denah kampus. TOK! TOK! TOK! "Excuse me?" tanya alicia. "Alicia Stanley Jane? Silahkan masuk." jawab Mrs. Gwen. Kemudian alicia pun masuk ke dalam ruangan. "Silahkan isi formulir ini dan tentukan jurusan mu." perintah Mrs. Gwen.
Lalu alicia mengambil pulpen dari tasnya dan menentukan jurusan nya. Ia pun memilih jurusan seni musik. Memang alicia menyukai musik sejak ia kecil. Setelah mengisi formulir, ia menyerahkan formulir itu kepada Mrs. Gwen. "Musik ya? Silahkan menuju gedung sebelah barat." jawab Mrs. Gwen tegas. Alicia pun menurut dan langsung menuju ke gedung barat. Saat berjalan tak sengaja ia bertemu dengan pemuda yang kemarin ia temui.Alicia pun menuju ke kelasnya. Alicia menempati bangku belakang. Alicia memang tidak suka menjadi pusat perhatian. Tapi jika memang perlu, ia dengan senang hati mau menjadi pusat perhatian. Tak lama pemuda tadi masuk ke kelas dan duduk di bangku seberang tempat duduk alicia. Setelah pemuda itu duduk bel pun berbunyi. Mr. Roy salah satu pengajar di kampus itu pun masuk. Ia pasti sudah diberitahu oleh Mrs. Gwen jika alicia murid baru. "Alicia? Perkenalkan dirimu." panggil Mr. Roy. Kemudian alicia maju ke depan kelas dan memperkenalkan dirinya. "Hello guys! My name is Alicia Stanley Jane, you can call me Alicia or Ally. I came from London. Nice to meet you." jelas alicia. Ketika alicia mau duduk ia bertatapan dengan pemuda itu lagi. Namun ketika alicia menatapnya pemuda itu mengalihkan pandangan nya.
This is the first chapter guys!
Hope you like it!
Sorry, kalo abal gila ni cerita yaa
Pokoknya vomments lah
Jangan jadi sider yaa
Xx.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N D // Luke Hemmings
RandomAlicia, si gadis yang memiliki kemampuan khusus, suatu saat bertemu dengan luke. "God, why this thing happen to me?" - Alicia "Why she always staring at me? Is that something wrong with me?" - Luke Welcome to my second ff! Hope you like it!