Ke Jakarta Aku kan Kembali

964 54 14
                                    

Hari ini adalah hari Rabu yang penuh kegundahan dalam hati gue. Hari terakhir gue akan bersekolah di salah satu SMP di Jakarta Timur. Hari terakhir gue akan mengikuti pelajaran Ekonomi dari Ibu Rukmiyah yang sangat royal, namun tidak dicintai siswanya. Bagaimana tidak, Ibu Rukmiyah royal dalam hal memberi ulangan tiap minggu. Entah bagaimana caranya, Ia tidak pernah kehabisan soal ulangan. Nggak heran banyak siswa yang sering mengeluh sakit perut dan ijin ke 'belakang' saat Ibu Rukmiyah mengajar. Tentunya mereka tidak kembali lagi ke dalam kelas, mereka tersesat di dalam kantin. Bersama gue pastinya. Seringnya kami baru menemukan jalan keluar dari kantin ketika bel pergantian pelajaran sudah berbunyi.

Ini pun hari terakhir gue bisa makan siomay dari kantin bang Asep, yang sering gue jadiin kreditur tempat ngutang. Dan hari ini pun gue masih tetep ngutang. Kasian bang Asep, dia nggak tau kalau besok gue udah pindah ke Sukoharjo. Ikhlaskan semua hutang gue ya bang, jangan nyantet gue dari kantin setelah gue pindah yah.

Banyak hal konyol yang pernah gue lakuin di sini, di sekolah ini, di kota ini, semua terasa sangat menyenangkan. Namun, sebentar lagi semua hanya akan berakhir menjadi sebuah kenangan, tanpa pernah bisa gue nikmati lagi. Nggak mudah untuk berpaling dari semua memori indah yang sudah gue lewati di sini. Sebagian hati gue, sudah tertambat di tempat ini.


TEEETTT......TEEEETTTT!!!....

Bel sekolah tanda pelajaran hari ini usai menggema ke seluruh sudut ruang sekolah. Menginterupsi sebagian siswa yang sedang berkonsentrasi mengikuti pelajaran untuk segera menyalin tulisan di papan tulis, serta menggugah sebagian siswa lainnya untuk segera membuka mata dan menyeka iler di sela-sela bibir yang mulai mengering. Beberapa diantara tukang molor itu ada yang tampak sibuk membetulkan letak isi dalam celananya, entah mimpi indah macam apa yang merasuki mereka tadi.

Gue dan semua siswa lainnya segera memasukkan buku pelajaran ke dalam tas. Buku pelajaran gue terlihat terlihat berbeda dari buku pelajaran temen-temen gue, lebih gembil. Tentu saja, karena ada komik favorit gue, Kariage Kun, yang terselip tepat di tengah-tengah buku pelajaran gue. Kalau dipikir lagi, ilmu yang gue dapat di sekolah kebanyakan bukan berasal dari penjelasan guru atau materi dalam buku pelajaran, tapi justru dari komik. Ya, komik. Maklum, setiap gue buka buku untuk belajar, pasti selalu terhalang oleh komik yang nyempil tepat ditengah-tengah halaman buku pelajaran, menggoda iman untuk dibaca saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Pantas, tingkat kecerdasan otak gue mandeg sejak kelas dua SD, saat gue mulai tergila-gila sama komik.

Begitu semua buku dan alat tulis di atas meja sudah masuk ke dalam tas masing-masing siswa, gue sebagai ketua kelas segera menyiapkan teman-teman untuk memberi salam kepada Ibu Rukmiyah tercinta, supaya beliau bisa segera pergi dari singgasananya di depan ruang kelas dan kami bisa pulang.

"Siaap gerak...Berdoa mulai....Selesai.....Beri hormaat!!" Kata gue menyiapkan teman-teman.

"Selamat sore bu guruuuu...," sahut seluruh kelas.

"Hemm," jawab Ibu Rukmiyah singkat dengan mata tertutup.

Melihat sikapnya yang dingin, pantas jika sampai saat ini Ibu Rukmiyah belum berkeluarga. Padahal kalau ditaksir, umur Ibu Rukmiyah sudah masuk kepala empat, meskipun beliau selalu mengaku masih perawan berumur dua puluh sembilan tahun. Perawannya bisa dipercaya, umur dua puluh sembilannya jelas penyesatan umat. Semua kerut di wajah Ibu Rukmiyah nggak bisa lagi disembunyikan dengan baik oleh make-up putih tebal yang biasa dipakainya. Make-up nya malah bikin Ibu Rukmiyah kayak aktor pantomim.

Begitu Ibu Rukmiyah keluar, gue langsung maju ke depan ruang kelas. Berdiri tepat membelakangi papan tulis menghadap ke arah temen-temen gue yang sudah bersiap mau cabut pulang. Gue bukan mau ngasih pelajaran tambahan. Gue mau memberikan pengumuman terpenting dalam sejarah dan akan menggebrak mata dunia sebagai kejadian paling menghebohkan di abad ini: Gue bakal pindah sekolah. Berat banget rasanya mau bilang ke seluruh penduduk kelas, kalau mulai besok gue nggak akan jadi temen sekelas mereka lagi. Lidah gue kelu.

NomadeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang