Valdays, Fighting! (Part 1)

350 36 3
                                    

It's February 14'th.

Sudah jadi rahasia umum kalau ditanggal ini ada acara yang dianggap sakral oleh mereka yang sedang dibuai asmara.

It's called Valdays.

Valdays merupakan hari penuh keindahan bagi mereka yang sedang dimabuk cinta. Dunia seakan dipenuhi bunga-bunga. Sebaliknya, bagi mereka yang belum memiliki pasangan maupun gebetan, valdays merupakan hari yang penuh kenistaan. Bawaannya baper akut dan pengen nyari tiang gantungan tiap 14 Februari datang (mampus aja lo jomblo).

Di Indo, valdays, yang notabene cuma ikut-ikutan alias latah dari budaya barat ini, ikut menjamur di hampir seluruh generasi muda usia belasan tahun (yang udah jadi kakek-nenek...banyak-banyak taubat aja). Dan barang yang paling umum diberi sebagai bentuk kasih sayang di hari ini adalah: coklat.

Entah kenapa valdays selalu identik dengan makanan yang memiliki nama dan warna sama ini. Mungkin lantaran coklat memiliki rasa yang manis. Hampir semua umat manusia yang masih hidup menyukai coklat. Bahkan menurut hasil penelitian, 10 dari 10 wanita Indonesia semua menyukai coklat, yang belum dicampur broklat. Bisa murus-murus.

Jujur saja, gue bukan penganut kepercayaan yang merayakan valdays, takut dimarahin pak kyai. Tapi gue memang berharap Vee bakal memberi sesuatu ke gue di hari ini. Bukan untuk merayakan valdays, tapi hanya sekedar untuk memberikan penegasan kalau Vee memang betul menaruh perhatian spesial ke gue.

As we all know, gue, sebagai makhluk paling ganteng setelah Aliando Syarief dalam GGS alias Ganteng-Ganteng Somplak (Iya, gue yang kebagian 'somplak'nya), hari ini sukses menerima beberapa coklat, baik dari teman-teman satu sekolah, maupun dari anak sekolah lain yang dimasukkan dalam laci sebelum gue sampai di kelas (sumpah, semuanya dari cewek, nggak ada yang dari bencong apalagi lekong).

Sayangnya tidak ada coklat yang gue terima dari orang yang gue harapkan saat itu. Vee. Padahal gue udah ngarep banget. Mungkin Vee belum sempat saja memberikan coklat untuk gue. Atau mungkin nanti sewaktu jam istirahat. Gue mencoba untuk berfikir positif.

Tapi sampai bel pulang sekolah berdentang, gue sama sekali nggak mendapat coklat dari Vee. Jangankan coklat, Vee bahkan sama sekali nggak kelihatan batang hidungnya seharian ini. Padahal gue udah sengaja stand by depan kelas sewaktu jam istirahat biar Vee gampang kalau mau nyari gue. Ternyata dia malah sama sekali nggak nongol.

"Apa Vee nggak suka sama gue ya?" pikir gue dalam hati.

"Padahal... gue kan nggak jelek-jelek amat." Buktinya gue punya fans sejati yang terus-terusan bilang kalau gue itu ganteng, Nyokap gue.

"Kalau emang dia nggak suka, terus ngapain dia main ke rumah kemarin?" gue menerawang ke langit.

"Atau jangan-jangan gue ada buat salah?"

Gue nggak bisa menemukan jawabannya.

Cewek memang makhluk yang susah dimengerti.

Rasanya dalam kepala gue sayup-sayup terdengar lagu Ahmad Dhani 'Hancur hatiku, mengenang dikau, menjadi keping-keping...'.

"Haaahhh...," gue menghela nafas panjang.

Gue menuntun sepeda dengan langkah gontai bercampur lunglai dengan gaya jijai. Badan tiba-tiba rasanya lemas tak bergairah kayak orang yang udah dua hari puasa nggak buka-buka.

Sebelum sampai di gerbang parkiran, dari jauh gue melihat Vee sedang berdiri disamping sepeda miliknya, menyenderkan tas dipunggungnya ke tembok. Sesekali wajahnya celingukan seperti sedang mencari seseorang.

NomadeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang