Namaku Vee

649 34 13
                                    

Hampir tiap hari kehidupan sekolah gue gue lewati dengan bermain bola. Meski tetep aja gue nggak jago-jago. Gue lebih berbakat jadi ball boy yang tugasnya mungutin bola ketimbang jadi pemain. Meski keahlian gue dalam mengolah si kulit bundar tidak lebih baik dari anak kelas 3 SD, gue cuek aja dan tetap ikut bermain bola.

Motivasi gue bermain bola bukan untuk mencetak gol, tapi untuk melihat Vee. Entah kenapa hampir tiap kali saat gue bermain bola, Vee selalu mondar-mandir di dekat lapangan. Gue kadang heran, apa Vee bolak-balik disekitar lapangan karena mau ke kantin, toilet, atau memang sengaja pengen lihat gue. Iya, gue emang anaknya ge-eran.

Vee sekarang sering banget bolak-balik, mondar-mandir, muter-muter kayak sekuter di dekat lapangan. Padahal dua tahun ke belakang, gue nggak pernah ketemu Vee sama sekali. Sekarang malah hampir tiap hari. Tapi tetep aja gue nggak berani ngajak Vee kenalan. Soalnya tiap gue titip salam lewat Nuri, nggak pernah ada salam balik dari Vee buat gue.

Atau jangan-jangan Nuri sengaja nggak nyampein salam dari gue, soalnya belum gue beliin soto lantaran kondisi keuangan gue yang masih sakaratul maut. Entahlah, yang jelas kalau mau kenalan sendiri gue nggak berani. Mungkin gue termasuk penderita malukenalanngitis akut yaitu penyakit yang membuat seseorang merasa tidak pede kalau mau kenalan dengan lawan jenis. Konon belum ada obatnya. Bahkan dokter aja belum tahu ada penyakit seperti ini. Gue cuma ngarang aja.

Sekarang yang bisa gue lakukan cuma banyak-banyak berdoa, semoga ada jalan supaya gue bisa kenalan dengan Vee.

Setelah kejadian sekuter muter-muter ini berlangsung cukup intens, akhirnya doa gue dijawab juga. Selepas pelajaran usai, gue bareng teman-teman asyik main bola di lapangan sekolah. Kami baru menghentikan permainan saat hari menjelang sore. Kami mengambil sepeda di parkiran dan menuntun sepeda kami menuju gerbang utama, karena gerbang parkiran sudah ditutup. Gue menuntun sepeda paling belakang, tertinggal dari rombongan temen-temen gue, karena sempat berhenti untuk membetulkan tali sepatu yang lepas.

Saat gue akan melewati kelas 3-D, nggak gue sangka ternyata Vee ada disitu, lagi duduk ngobrol di bangku depan kelas bareng Nuri. Padahal sekarang udah sore banget, kenapa Vee belum pulang? Apa nungguin gue? Gue jadi salting sendiri. Apalagi kalau secara nggak sengaja mata kami saling bertemu pandang sewaktu gue curi-curi melihat kearahnya.

"Dra! Sini sini. Ada yang mau kenalan nih." panggil Nuri dengan suara cemprengnya.

Weikzz

Gue kaget Nuri tiba-tiba memanggil gue. Ini dia. Ini momen yang gue tunggu-tunggu, momen untuk bisa berkenalan dengan Vee. Kesempatan seperti ini nggak akan datang dua kali. Kalau memang mau kenalan, sekarang waktu yang paling tepat. Sebagai cowok gue musti berani mengambil kesempatan ini, meski degup jantung gue mulai nggak beraturan. Bermodal shalawat tiga kali tanpa nafas, gue langsung memutar haluan sepeda gue dan menghampiri mereka. Perasaan gue campur aduk. Bingung, malu, takut, seneng, canggung, laper semuanya tumplek jadi satu.

Gue sandarkan sepeda gue di tembok depan kelas 3-D lalu menghampiri Vee dan Nuri.

"Ini nih ada yang mau kenalan," kata Nuri mesam-mesem.

"Nuri! Apaan sih," sahut Vee dengan muka yang merah padam dan nggak berani melihat ke arah gue.

Dengan senyum yang dipaksakan dan tabuhan bedug di dada, gue memberanikan diri untuk membuka obrolan.

"Mmm...udah sore, kok belum pada pulang?" kata gue grogi.

"Ya, gara-gara nungguin kamu main bolanya kelamaan," jawab Nuri.

"Nuri!" Vee menarik-narik tangan Nuri, mukanya makin memerah. Nuri cekikikan.

"Nih Hen, dari kemarin kamu kan titip salam terus, mending sekarang kasih salam sendiri aja ke orangnya langsung," goda Nuri.

NomadeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang