Kepindahan

107 7 1
                                    

"kemasi barang-barangmu , kita pindah minggu depan"

"Apa?? Mama barusan bilang apa???"

"kemasi barang mu sekarang, kita punya waktu seminggu"

"tapi? Kata mama, kita pindah sebulan lagi"

"dipercepat"

"emh, okay.."

          Sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan, aku akan pindah dalam jangka waktu seminggu lagi. Dalam keadaan letih usai sekolah, aku melangkah menuju kamar. Terhempas tak berdaya di atas tempat tidur, aku pun memandangi jendela yang terletak tepat berhadapan dengan kasur. Entah mengapa pemandangan yang dijangkau oleh jendela ini, selalu istimewa di setiap waktunya. Terlihat langit subuh dengan "perfect angle" saat pagi menjelang. Kebetulan, diluar jendela, berdiri kokoh sebuah pohon rambutan yang tumbuh cantik, menjadi persinggahan para burung-burung kecil nan elok. Saat sore, terlihat langit senja oranye kemerahan disertai pulangnya burung-burung ini dari perjalanan mereka. Dan ketika malam, terlihat bintang-bintang berkelip seakan menyapaku dalam gelap.

Aku pasti merindukan tempat ini. Kamar yang selalu membuatku nyaman dan Ya, aku tau, situasi saat ini memanglah sulit, sepeninggalan ayah ku karena kanker, mama cenderung menutup diri, Berbeda jauh dengan sebelumnya. dalam keadaan seperti ini, sudah kewajibanku untuk mendukung mama, apapun keputusannya. Dan kali ini, ia memutuskan untuk pindah. Walau berat meninggalkan tempat sejuta kenangan, tapi apa boleh buat, hal itulah yang membuat mama menyerah untuk berada disini. Kenangan demi kenangan seakan menyiksanya perlahan. Maka dari itu, ia bersikeras untuk meninggalkan rumah, karena suasana baru mungkin mengembalikan semangat hidupnya lagi. Mama memilih pindah ke rumah kosong daerah Bogor yang dijual dekat rumah Tante Felix dengan beribu alasan, "Bogor lebih sejuk", "mama bisa ketemu Tante Felix tiap hari", "kita gausah nginep nginep di hotel kalo ada acara atau lagi jalan ke bogor", "airnya lebih dingin", dan sebagainya. Ya, Semacam jurus penolakan ampuh andalan Mama.

***

2 hari lagi aku akan pindah ke Bogor, Kota Hujan. Entah apa yang akan kulakukan disana, semuanya nampak asing, aku hanya mengenal Tante Felix. Dengan kata lain, aku harus berjuang dari awal, beradaptasi dengan cepat.

"bagaimana persiapanmu? Semuanya baik bukan?"

"iya ma, semua lancar"

"kalau begitu, besok kita akan mengurus kepindahan sekolah mu"

"baiklah"

"lusa akan ada orang dari pengangkut barang, pastikan kardus-kardus itu tertutup secara rapih dan dinamai"

aku mengangguk.

"mama tau ini berat untukmu, tapi ini untuk kebaikan kita bersama, ayahmu pasti tidak akan keberatan"

"aku mengerti" 

Aku pura-pura melakukan sesuatu, menenggak air yang tak berkepemilikan dimeja. Ya, Semacam Jurus penolakan ampuh andalanku. Dan setelah itu, kembali ke kamar. Duduk di kursi  kosong tersebut. Kini, yang tertinggal hanya kasur, lemari baju serta meja rias kosong disudut kamar. Tak hidup lagi, itulah suasana kamarku saat ini. Tiba-tiba, deringan handphone memenuhi seisi ruangan. nampak dilayarnya nama seorang gadis yang menjadi tangan kananku disekolah.

"sup?"

"Heh! Kemana aja lo! Udah mau pindah bukannya sering-sering masuk sekolah malah ngilang 3 hari!"

"sorry, gue kan sibuk packing"

"terus lo gabakalan masuk lagi dong? Kan lusa pindahnya?"

"besok gue kesekolah kok, mau ngurus pindahan"

"so sad, yaudah, besok sekalian deh kita jalan, bisa gak?"

The Other OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang