Nadia

30 2 0
                                    

Ketukan di pintu hampir saja membuat ku terlonjak, menyadarkanku dari lamunan panjang akibat terlalu banyak berfikir.
"Ya? Masuk aja" seru ku. Perlahan pintu itu terbuka lebar, sesosok perempuan berdiri didepannya, ya, ternyata itu adalah Nadia.
"Hai, gue ganggu?" Katanya.
"Oh, engga, masuk aja"
"Gue pengen bantuin lo beberes kamar, keberatan ga?"
"Ah, engga kok, malah gue seneng kali ada yang bantuin"
Nadia menghampiriku kemudian duduk didepan kardus yang masih dalam keadaan terlakban. Lalu Ia mengambil gunting dan membuka kardus demi kardus. Suasan kamar terlalu hening sampai sampai menimbulkan perasaan canggung di benakku. Tiba-tiba, Nadia mulai berbicara. Entahlah, mungkin Ia merasakan perasaan yang sama denganku.
"Jad tadi gue denger, kata nyokap lo, lo bakal satu sekolahan sama gue Naz"
"Oh ya? Bagusdeh, seenggaknya berarti gue udah punya temen, biar disekolah ga kaya orang bego celingak celinguk sendiri" kataku sambil menambahkan tawa tulus pada akhir kalimatnya. Nadia pun tertawa mendengar celotehku barusan.
"Kalo lo mau, lo boleh kok jadi chairmate gue" lanjut Nadia.
"Waaa boleh boleh. Lah, tapi temen sebangku lo yang sekarang gimana? Masa lo usir?"
"Hahaha duduk gue gak nentu, karena dikelas muridnya ganjil, kadang gue suka pindah-pindah tempat duduk. Kadang sama cowo, kadang sama cewe, yaa pokoknya suka-suka gue lah"
"Hahaha kayanya lo gak bisa diem dikelas Nad"
"Yeeeh, gue emang gabisa diem, tapi buat ke beberapa orang doang, gak ke semuanya"
"Oooh gitu, sama gue bisa diem gak?"
"Belum tau deh, tapi kayanya gabakal bisa deh" mendengar hal tersebut, otomatis aku merasa senang. Sepertinya, aku akan berteman baik dengan Nadia dalam waktu singkat.

***

Sudah Seminggu aku di Bogor, dan rasanya seperti baru kemarin. Hari ini, aku menyelesaikan pendaftaran di Sekolah Baru ditemani Nadia, setelah itu, kami berencana pergi untuk hangout bersama setelah melalui hari-hari yang cukup melelahkan.

"Jadi, hari ini lo mau gue anter kemana?" Tanya Nadia.
"Sentul yuk" jawabku
"Sentul? Ngapain jauh-jauh ke Sentul?"
"Ya katanya gue yang nentuin mau kemana, lagian kan Sentul gak jauh-jauh amat sekarang"
Nadia memutar bola matanya, dan beranjak mengambil kunci mobil.
"Yaudah ayo deh" kata Nadia. Aku tertawa usil seraya menggodanya, Ia meresponku dengan mengerutkan bibirnya yang saat ini nampak seperti bebek. "Oh ya, gue mau kenalin lo sama temen-temen deket gue dikelas, lo pasti akrab deh sama mereka!" Timpal Nadia. "Emh, okey" kataku melengos.

***

Aku masih tak menyangka, kini aku berada di Bogor bukan untuk main, tapi tinggal didalamnya. Kadang aku memikirkan Asya, memikirkan bagaimana Ia berteman dekat dengan seorang yang baru. Huff, Aku harap Ia baik-baik saja disana. Lalu selanjutnya, aku akan berpikir tentang berbagai hal. Tentang Ayah, Mama, Sekolahku kelak, apakah Aku akan nyaman, dan hal-hal lainnya. Pikiran-pikiran itu sering menggangguku beberapa hari belakangan ini, membuatku hanyut dalam lamunan panjang.
"Naz, Naz, Naz!" Seru Nadia, ia mengguncang tubuhku pelan.
"Lo kenapasih? Udah ngelamun dari kapan? Lo gak kesurupan kan?"
Aku menoleh pada Nadia dan mengernyit. "Apaansi Nad, orang gue ga kenapa-napa" kataku.
"Ah kirain lo kesurupan, abis sih dari mulai setengah perjalanan lo diem mulu terus bengong, kita nyampe aja lo masih belum sadar"
"Lebay lo" ucapku ketus, aku langsung membuka pintu mobil dan keluar darisana secepat mungkin, disusul dengan Nadia.
"Kita ke food court dulu, temen-temen gue udah nunggu disana"
"Iya Non Nadia" kataku mengiyakan.

***


The Other OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang