Dia

30 2 0
                                    


"Nadia!" panggil seorang laki-laki dari sudut food court. Aku dan Nadia segera menoleh. 

"Hei Za!" Balas Nadia. Tanpa menungguku, ia langsung menghampiri laki-laki yang barusan memanggilnya.

          Ada 2 laki-laki dimeja tersebut. Laki-laki yang memanggil Nadia memakai jaket jeans dengan celana panjang chino cokelat, serta yang satunya memakai hoodie merah marun dengan celana jeans. menurutku, laki-laki ber-hodie itu sangat tampan, Ia beralis tebal, berhidung sempurna dan berbulu mata lentik, bibirnya pink ditambah warna kulit sawo matang cerah yang menawan, gaya rambutnya pun 100% mendukung penampilannya. aku pikir, inilah akhir dari kejombloanku, aku mengatakannya dalam hati dengan sedikit kegelian.

"Eh eh, kenalin, temen baru gue, a.k.a chairmate gue, Syahnaz, yey!" Kata Nadia heboh.

"Hai, gue Reza, duduk duduk" sambut Reza seraya menyuruhku duduk setelah menjabat tangannya.

"Makasih" kataku pada Reza.

"Gue Syahnaz" Aku menjulurkan tanganku pada laki-laki ber-hoodie itu, dengan angkuhnya Ia hanya mentapku sebentar dan kembali sibuk dengan handphone-nya.

          Aku terperanjat karena juluran tanganku tidak disambut balik, Aku merasa diremehkan, direndahkan, Aku tidak mengerti kenapa masih ada orang setampan dia yang tidak mengerti tata krama dizaman se-modern ini. Dengan sifatku yang memang cuek dan keras, aku melakukan perlawanan. "Temen lo gak sopan bangetsih!" Hentakku. Nadia dan Reza cukup shock dengan nada tinggi yang kubuat. "Sya! Jangan gitu dong, malu-maluin lu!" Ucap Nadia. "Maaf ya Naz, jangan marah, dia emang  begitu, suka gatau diri" kata Reza mencoba menenangkan. Laki-laki yang belakangan diketahui bernama Isya itupun meletakkan handphonenya. "Lo mau gue megang tangan lo? Nadia aja yang udah 2 tahun deket sama gue, jarang banget tuh gue pegang tangannya" ucapnya santai dengan muka innocent. Kesabaran ku mulai habis, aku beranjak dari kursi dan segera meninggalkan mereka. Terdengar suara Nadia memanggilku, Ia lalu berlari menyusul.

"Heh Naz, mau kemanasih? Kok tiba-tiba lo marah?"

"Tiba-tiba marah? Yaiyalah! Lo kaya gatau gue aja, lagian siapa juga yang gak marah digituin sama orang! Apalagi stranger, seenak udelnya aja tu orang kalo ngomong"

"Iyaiya Naz, maafin Isya ya, dia emang begitu, jelek perangainya, tapi kalo udah deket, dia gabakal gitu kok"

"Siapa juga yang mau deket sama dia! Amit-amit! Lagian lo mau aja sih jadi temennya" kataku dengan nada ragu.

"Panjanglah ceritanya Naz, udah yuk balik lagi, lo pasti laperkan"

"Tapi gue ogah se-meja sama Isya"

"Iyaiya, lo bisa sampingan mejanya sama kita, entar gue nemenin lo kok"
          

          Dengan sedikit rayuan dari Nadia, akupun menurut. Aku kembali dengan raut muka 360 derajat berbeda dari sebelumnya, benar-benar terpaksa.

"Eh Syahnaz, balik lagi, maafin si Isya ya, pea emang dia mah gausah diambil hati"

"iya, gue balik lagi cuma buat makan" balasku ketus.

          Saat aku melirik Isya, Ia "kegep" memperhatikanku. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke layar handphone. Aku mengernyit, menggeleng lalu tersenyum kecil. Laki-laki bernama Isya itu sangat aneh.


The Other OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang