"Hey, bub! Kau dicari Aron!" seru Leo. Dasar mak comblang. Sudah tiga hari ini Leo tanpa henti menyebut nama Aron tanpa sensor.
Dasar sinting!
Berkali-kali aku sudah melotot menandakan kalau aku benci pada kata-katanya yang terlalu vulgar. Apalagi Aron dan Sharon juga sering bertengkat belakangan ini. Jika Sharon mendengar kata-kata Leo, I'm definitely dead. Aku sengaja menundukkan kepalaku, kalau kalau aku bertemu Sharon di tengah jalan dan menyiramku dengan minuman bubblegum lagi.
Sudahlah. Ini menyebalkan. Lebih baik aku pulang! Lagipula kelas juga sudah sepi.
"Aku duluan!" seruku tanpa memandang Leo. Yang kusapa hanya mengatakan 'yoi' dan kembali bercanda dengan teman-temannya.
Masih kutundukkan kepalaku untuk menghindari Sharon
Bukan karena aku ini pengecut, tapi –
Dukk
Apa sih ini?!
Dukk
Minggir!
Kuangkat kepalaku. Seseorang berdiri di depanku dengan senyum tipis yang menawaaan.
"Jadi, bagaimana?" ucapnya setelah kami berada di taman belakang yang lumayan sepi.
"Bagaimana apanya?"
"Kau sudah tidak bau bubblegum lagi?" ia bertanya. Lagi.
Come on! Ini sudah seminggu!
"Ha, tidak.." jawabku singkat. "Mau bicara soal apa?"
"Sharon," katanya.
Kenapa?
"Kenapa Sharon?"
"Belakangan ini, dia sering marah padaku. Aku bahkan tidak tahu apa salahku," katanya kemudian. "Dan sejak seminggu yang lalu, dia terlihat aneh. Dia sering—"
"Aku tidak tahu apapun soal Sharon. Dan aku sudah kapok disiram minuman saat itu," potongku. "Sudah selesai?"
Easy, aku hanya sok cool didepannya. Hahaha...
"No, Steph! Aku ingin minta tolong padamu,"
Ia memandangku dengan tatapan serius. Aku menyukai lelaki ini, kuakui. Tapi baru kali ini aku melihatnya dari dekat. Sangat dekat.
"Aku ingin kau mengikutinya," katanya.
Edann!!
"Kau menyuruhku untuk mengikuti Sharon?! Kau sudah –"
"Hanya sehari, saat jam pulang. Kau tidak terburu-buru pulang kan?" wajahnya masih seserius kali pertama tadi. "Aku akan ada bersamamu,"
Bersamamu...
Bersamamu...
Bersamamu, Steph...
Eh! Tidak, tidak!!
"Oke. Besok?" tanyaku.
"Ya, besok. Pulang sekolah," jawabnya.
"Kenapa harus aku?" tanyaku.
"Karena," ia mengambil nafas dalam-dalam. "Karena aku tidak percaya orang lain selain dirimu dan saudaraku. Dan aku tidak mungkin meminta saudaraku untuk melakukannya,"
Apa kau tidak percaya pada pacarmu sendiri?
Dan kau percaya padaku??
"Kenapa tidak kau sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS BUBBLEGUM
Romance"Kau akan menjadi bubblegum favoritku. Eh, ralat. Kau akan menjadi 'princess bubblegum' favoritku selamanya, bubby..." Bubblegum. Yah, permen karet. Semua berawal dari segelas minuman rasa permen karet. Dan dari situlah mereka memangilku dengan sebu...