Evan pov
Ya ampun aku bikin dia nangis lagi. Aku nggak bermksud begini. Saat dia mau masuk gerbanh aku tarik tanganya dan aku peluk. Dia meronta nyuruh aku lepasin. Tapi sayang nggak semudah itu. Berkali-kali aku bilang maaf. Akhirnya dia berhenti dan membalas pelukan ku.
Mika dengerin aku, aku minta maaf dan aku janji nggak bakal ngulanginnya lagi. Aku nggak bakalan biarin kamu nunggu kaya tadi, nggak bakal biarin kamu sendirian dikegelapan, nggak bakal bikin kamu nangis kecuali menangis bahagia. Aku nggak tau kenapa meskipun aku baru mengenalmu beberapa minggu ini aku langsung jatuh hati saat kamu mempresentasikan konsep mu. kamu nggak tau seberapa gilanya aku mikirin kamu sampai akhirnya aku pagi-pagi dateng ke lokasi syuting cuma biar bisa ketemu kamu, aku minta nomor kamu terus kita telponan dan walaupun cuma 1 jam telponam sama kamu itu bikin aku nggak bisa tidur sampe jam 2 pagi. Kamu juga harus tau seberapa senengnya aku saat besok aku bakalan bisa ketemu kamu lebih awal karena aku bakal jemput kamu dan kemungkinan bisa kenal sama orang tua kamu. Tapi apa kamu pagi-pagi malah bilang aku bawel, jutekin aku pas aku mau pamit pergi. Kamu nggak tau seberapa suntuknya aku mikirin kamu yang kanyanya lagi marah sama aku. Dan kamu juga nggak tau kan seberapa paniknya aku saat sampai dilokasi syuting kamu ternyata sendirian nungguin aku. Kamu juga nggak tau seberapa bingunungya aku pas kamu lagi nangis gara-gara aku telat dateng. Aku nggak tau ngadepin cewek kaya kamu. Dan sekarang kamu nangis lagi gara-gara aku.
"Lepas van."
"Nggak mau."
"Aku mau ngomong."
"Yaudah ngomong."
"Susah kalau kamu meluknya erat gini. Aku sesek tau."
"Sorry." Sambil melepaskan pelukanku dari mika. Walaupun dengan berat hati.
"Evan listen. Aku mau ngomong dengerin. Jangan dipotong. Okay?"
Aku hanya mengangguk. Rasanya suara ku hilang begitu saja.
"Maaf aku jutekin kamu dan bilang kamu bawel. Tapi aku nggak maksud. Aku cuma lagi kesel digodain sama orang tua aku dan kamu juga ikutan."
"Ikutan apa, aku aja nggak ada ngeledek kamu."
"Dengerin dulu napa sih. Kan aku belom selesai ngomong."
"Okaay maaf. Lanjutkan."
"Kamu bilang aku calon pacar kamu apa itu nggak namanya ngeledek. Aku tau kamu playboy. Bercandain cewek kaya gitu mungkin hal yang lumran buat kamu. Tapi nggak buat aku. Dengan kamu bilang, kamu adalah calon pacarku itu bakalan nimbulin persepsi dari orang tua aku kalau kamu lagi deketin aku. Jangan jadiin aku target kamu ataupun bercandaan kamu karena itu sama sekali nggak lucu."
"Kau juga dengerin aku jangan potong pembicara aku bisa. Aku bakalan jelasin sama kamu."
Aku hanya mengangguk.
"Gini ya mika. Tadi pagi aku bilang aku itu calon pacar Kamu itu nggak ada sama sekali niatan bercanda. Aku betul-betul pengen jadi pacar kamu. Awalnya jujur saat pertama kali aku emang penasaran sama kamu. Mau jadiin kamu target aku. Tapi seirinng berjalannya waktu aku mengenal kamu. Aku tau kamu emang beda. Beda dalam artian kamu nggak seperti cewek-cewek diluar sana karena cewek yang satu ini udah berhasil ngambil hati aku dan aku cuma mau bilang i really really love you. Kalau sekarang kamu nggak percaya, kamu liat mata aku. Apa aku bohong sama apa yang udah aku omongin."
"Kayanya nggak. "
"Ya ampun mika, pake kanyanya. Kamu tuh yah bener-bener."
"Bener-bener apa?"
Cup...
Bener-bener ngegemesin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARKU NYEBELIN
RandomBerapa lama kita akan bersama??? Berapa lama kita akan bertahan??? Dan Akankah kisah kita sad ending dulu untuk mencapai happy ending??? Ataukah sebaliknya ????? Mikalanadya anata Evan atala haris