Segera setelah dirinya keluar dari ruangan itu, Harry Payne membiarkan senyumnya mengembang. Kali ini bukan jenis senyuman malu-malu seperti biasanya. Harry saat itu menegakkan kepalanya, menunjukannya kepada dunia. Bukan pula sekedar senyuman mengembang yang tipis, melainkan jenis yang lebih menyenangkan untuk dilihat. Senyuman itu juga membuat mata hijau Harry entah mengapa lebih menonjol. Emileia yang tak sengaja melewati Harry mendaratkan tatapannya pada pria itu dan bangga akan pemandangan dengan high quality di hadapannya. Sekarang seperti semua beban yang biasanya Leia pikul kemana pun dirinya pergi dihempaskan begitu saja ke bawah, ke gumpalan awan-awan tebal halus yang akan menjaga agar semuanya tetap baik-baik saja.
"O' thank you, Har-bear!" Leia sangat berbinar-binar.
Harry tak ingat kapan terakhir kali wanita paruh baya itu melepaskan beban-bebannya untuk sementara. Maksudnya, tampak begitu riang. Lagipula, memangnya pernah? Namun yang paling penting bagi Harry saat itu adalah bahwa dirinya tengah begitu bahagia. Dan yang terpenting lagi, sampai sejauh ini belum ada yang bisa mengacaukannya, jadi senyumannya pun makin mengembang. Leia tampak menahan diri untuk tidak menyentuh kedua lesung pipi milik Harry.
"Har-bear?" Harry terkikik. "Aku jadi ingat seseorang, satu-satunya orang, yang memanggilku Har-Bear."
"Tentu saja, Sayang. 5 tahun yang lalu?" Kini Leia tampak sudah memutuskan untuk mengosongkan sedikit waktunya dan berniat mengisinya dengan bercakap-cakap bersama Harry si Har-bear. Dan Harry, yang disambut dengan begitu hangatnya pun bernostalgia bersama perasaan-perasaan penuh ramah tamah yang begitu kaku, yang pernah dirasakannya dulu. Begitu cepat rasanya waktu berlalu!
"Benar. 5 tahun yang lalu. Lalu kemudian kemana panggilan Har-Bear itu pergi selama 5 tahun, Mrs. Cunningham?"
Lima tahun yang lalu, Harry masih terlalu kecil untuk menjadi tulang punggung keluarganya. Tapi, hidup tanpa seorang ibu yang menghilang entah kemana dan akhirnya terjebak bersama seorang ayah yang benar-benar seorang pecundang membuatmu tidak memiliki pilihan lain lagi. Benar, kan? Usianya hanya lima belas tahun saat itu, saat dirinya melamar kerja di tempat Leia Cunningham. Rambutnya pendek dan begitu ikal, dan karena saat itu musim dingin, pipi dan ujung hidung Harry tampak berwarna kemerahan. Bibirnya kering, tapi tetap melengkung sempurna saat langkah-langkah ragunya menghampiri Leia yang tengah duduk di ruangannya, menyesap secangkir cokelat panas.
Harry berhenti melangkah satu meter dari Leia, dan wanita itu tampak tidak bergerak memperhatikan sesosok anak di hadapannya. Dia membiarkan kepulan asap dari cangkir menguapi wajahnya. Apa yang dirinya lihat saat itu mungkin adalah sesuatu yang belum pernah dilihat oleh orang-orang lain di sekeliling Harry, karena suatu ketika, Harry bertanya kepada Leia, apa yang pertama kali muncul di benaknya saat melihat sosok yang begitu rapuh? Apakah kekumalan yang dibawanya sepanjang perjalanan ke tempat itu?
Kata Leia, "Tidak, tidak, Sayang. Aku memperhatikan matamu! Apa belum pernah ada orang yang menyinggung tentang mata hijaumu? Atau bahkan dirimu sendiri? Kau tidak pernah memuji dirimu sendiri atas kepemilikan sepasang mata hijau itu?"
Memang benar. Mata hijau milik Harry adalah salah satu di antara hal-hal menakjubkan yang ingin Leia lihat secara langsung sebelum semua hal di dunia menjadi tidak mungkin. Leia sadar kepulan asap itu menghalangi pandangannya, jadi dia menaruh cangkir cokelat panasnya kembali lalu berdiri untuk menghampiri Harry. Sebuah "hai" mengubah segalanya dari sana. Harry Kecil tak segan-segan mendongak untuk menyapa Leia balik dengan seruan "hai" yang riang gembira.
Mereka membicarakan banyak hal, terlalu banyak hal sampai-sampai Leia menemukan panggilan tersendiri untuk ayah Harry, "Nama ayahmu Franky, huh? Lebih seperti Flunky—penjilat. Kau tahu? Dia benar-benar seorang pecundang, dan itu membuatnya menjadi seorang penjilat juga di mataku. Hey, kau tidak keberatan karena mengatainya Flunky, kan, Har? Har-bear?"
"Har-bear?" Harry tersenyum geli sambil menyesap minumannya, hanya susu sapi biasa yang dihangatkan. Harry berkata bahwa cokelat mungkin terlalu mewah untuk pencernaannya.
Leia tampak takjub akan apa yang baru saja keluar dari bibirnya, "Aku bahkan tidak merasa bangga karena menemukan panggilan baru untuk ayahmu. Karena, oh well, aku yakin sudah banyak tetanggamu yang menyebutnya Flunky walau sekedar di dalam hati masing-masing saja. Tapi, Har-bear?! Aww, aku suka memanggilmu Har-bear. That name sounds as cute as you are!" Tangannya refleks mencubit pipi Harry yang membuat anak itu tersenyum begitu lebar.
"Ya ampun, lihat lesung pipimu! Aku menahan diri untuk tidak menyentuhnya sedari tadi. Apakah tidak apa-apa jika aku menyentuhnya sekarang seperti ini?"
"Tidak, tidak apa-apa, Leia. Ibuku selalu menyentuh lesung pipiku seperti ini. Yah, sebenenarnya dia hanya ingin menghangatkan pipiku dengan telapak tangannya yang lembut, tapi aku tidak bisa menahan senyum setiap kali ibuku melakukannya. Jadi, katakan saja kalau dia sering menyentuh lesung pipiku seperti ini." Harry terkikik, "Tanganmu membuat pipiku terasa geli."
"Maaf tentang ibumu Har-bear." Leia melepaskan tangannya, namun kini terjulur untuk mengusap rambut ikal Harry. Senyumnya menunjukkan rasa simpati yang sama sekali tidak pernah ia tujukan pada siapapun sebelumnya. Rekan kerjanya tadi menyuruh Harry masuk ke ruangannya agar Leia dapat langsung mengusirnya di depan mata, Leia tahu itu. Leia sendiri juga tidak suka memperkerjakan anak kecil. Faktanya, dia benci anak-anak. Bodoh memang jika Leia luluh hanya karena Harry memiliki sepasang mata hijau yang disukainya. Bukan karena Leia sebenarnya adalah seorang psikopat yang kini berusaha bersikap simpatik terhadap Harry karena nanti malam dirinya akan mencongkel keluar mata hijaunya—yuck! Itu menjijikkan. Terlalu menjijikkan daripada kecoak.
Tapi sorot mata hijau milik Harry menyiratkan keluguan, senyum lebarnya membuat dada Leia menghangat. Itu kesan pertama yang membuat Leia sedikit terperanjat di menit pertama mereka berhadapan tadi. Lalu kini, setelah dirinya mengenal Harry sedikit lebih jauh, kesan itu ditambah dengan kisah hidupnya yang begitu menyedihkan karena hidup bersama seorang Flunky.
"Hey, biar kutebak. Aku yakin pasti ibumu memiliki rambut cokelat tebal dan halus seperti dirimu, kan? Juga, kau pasti mendapatkan kedua lesung pipi itu dari ibumu. Aku benar atau aku benar?"
Harry sudah secara resmi diterima bekerja di tempat itu sebagai kurir paruh waktu. Harry berjanji akan bertanggung jawab, Leia juga berjanji untuk tidak terlalu sering mengasihaninya. Mereka meludahi telapak tangan masing-masing dan berjabat tangan sebagai bukti bahwa perjanjian mereka adalah sesuatu yang resmi dan bukan main-main.
"Maaf, Leia. Kau salah dan kau salah." Harry tertawa sambil mengenakan mantelnya.
"Aku salah dan aku salah?"
"Datanglah ke rumahku kapan pun kau sempat, Leia. Bertemulah dengan Flunky, aku akan berdiri tepat di sebelahnya, dan kau akan kupersilahkan bermain 'Carilah Tiga Buah Perbedaan yang Bisa Kau Temukan dari Wajah Kedua Orang Ini!'. Sampai saat ini hanya 2% yang bisa menjawab tepat termasuk ibuku dan ibu ayahku—Flunky. Kau percaya itu?!"
***
Haii, aku baru disini^^ kalo kalian sampe ke bagian ini, makasi ya udah mampir dan meluangkan waktunya. Oh iya, vote dan comment boleh juga, mungkin? <3 xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Wind Drawings
Teenfikce"Beberapa gambar menunjukkan pola yang jelas-menyiratkan gerakan angin yang begitu kuat dari arah yang konsisten-sedangkan yang lain sama sekali tidak menentu dan seolah-olah bingung. Dan yang terakhir, di suatu hari yang tenang hanya tergambar seti...