Eleven : You And I

9.6K 527 8
                                    

Gaby POV

Aku terbangun disebuah tempat yang asing bagiku. Ini terlihat seperti... Kamar rumah sakit?

"Sayang, kamu sudah sadar?" ucap seseorang yang tak lain adalah tante Una.

"Euh, aku kenapa tan? Kenapa aku bisa berada di sini?"

"Kau terkena tifus sayang, tadi Romeo menelpon tante dia bilang jika kau berada dirumah sakit. Untuk itu om dan tante segera kemari"

Romeo? Ah ya, aku jadi ingat. Tadi dia memelukku dan aku pingsan dipelukannya. Astaga!

"Tante, apakah om atau tante sudah bilang tentangku ke mama dan papa?"

"Tadi tante sudah mencoba menghubungi mama kamu tapi tak tersambung sayang, ada apa?"

"Tolong tante tak usah mengatakan keadanku kepada mama atau papa ya, please. Aku tidak mau mereka khawatir. Sebentar lagi kan aku akan pulang tante, please ya kumohon" ucapku memelas sambil mengelurarkan puppy eyesku.

"Hm, baiklah. Tapi kau harus berjanji harus segera sembuh ya?"

"Oke tante" ucapku tersenyum dan langsung dipeluk tante Una.

Sedari tadi tante Una dan Om Herrera saling ribut karena seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan Romeo? Sedari tadi mereka menelpon Romeo namun yang kudengar nomornya tak aktif.

'Mungkin dia lagi jalan sama Gaby' batinku lalu tersenyum tipis.

"Sudahlah tante, aku disini sendiri tak apa kok" ucapku akhirnya. Aku tak ingin merepotkan tante dan om atau Romeo yang sedang berkencan.

"Tapi sayang, kamu belum baikan. Badan kamu aja masih panas, masih lemes gitu, bagaimana bisa kamu om tinggal disini sendiri?" ucap Om Herrera kini dengan sedikit kesal.

"Tak apa Om. Aku juga akan istitahat kok. Tante sama Om pulang aja gakpapa kok"

"Bener Om tinggal sebentar tak apa? Nanti malam Om yang akan tidur disini jagain kamu yaa" Om Herrera membelai lembut rambutku.

"Iya aku tak apa Om, tante" aku tersenyum lalu mengangguk meyakinkan.

"Yasudah, jika ada perlu atau ingin apa-apa kamu segera hubungi tante sama om ya?"

"Baik Om, tante" Om Herrera dan Tante Una mencium keningku bergantian. Tuhan! Andai saja mereka berdua bisa menjadi mertuaku, aku akan menjadi wanita beruntung.

Tante Una dan Om Herrera telah pulang beberapa menit yang lalu, badanku terasa menggigil dan aku pun belum makan atau minum obat. Aku mencoba bangkit meraih gelas dimeja dekatku namun tak bisa.

Tok..tok..tok..

Siapa yang datang? Apa Romeo? Atau perawat? "Masukk" ucapku akhirnya. Muncullah seorang lelaki yang selama ini ada disisiku, menemaniku, mendengarkan semua tangisan dan keluh kesahku "Moses" aku tersenyum dan dia terlihat iku tersenyum dan berjalan semakin mendekat.

"Haii, cepat sembuh" ucapnya lalu menyerahkan sebucket bunga mawar putih untukku lalu mencium keningku "hai, badanmu sangat panas" ucapnya lalu menempelkan telapak tangannya ke dahiku.

"Aku lapar, aku juga belum minum obat" ucapku lirih.

"Yasudah aku suapin mau?" tawar Moses yang aku angguki.

Moses menyuapiku dengan hati-hatti. Sesekali dia melontarkan lelucon yang terkadang membuatku tertawa sesekali juga terasa garing.

"Kau selalu datang disisiku disaat aku membutuhkanmu, disaat yang sangat tepat" ucapku tersenyum sambil mengusap pipi Moses. Moses menggenggam tanganku lalu menciumnya.

In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang