Chapter 13

3.1K 152 4
                                    

"Mmm.... bu... bukan gitu makaudnya. A... aku mengerti... aku... aku cuma bilang suka aja kok. Hehe. Ryuu... gak perlu suka juga gapapa. Ma... maaf!" Ucapku sambil melepas Ryuu.

Aku berlari keluar kamar Ryuu. Ryuu yang melihatku lari, ikut mengejar.

Aku langsung masuk kamar. Lalu, saat aku mau menutup pintu, Ryuu mendorong pintunya. Akupun dari dalam kamar langsung mendorongnya juga. Dan terjadilah dorong-dorongan pintu kamarku.

"Biarkan aku masuk!" Kata Ryuu yang mesih mendorong pintuku agar terbuka.

"Buat apa?!" Jawabku setengah mati mendorong pintu agar tertutup rapat, agar bisa dikunci dari dalam.

Melaqan Ryuu dalam hal dorong pintu bukanlah hal yang mudah. Aku tau Ryuu belum mengerahkan semua tenaganya.

"Aku mau jelasin! Sebenarnya aku..."

"Sudahlah! Aku mengerti!" Teriakku. Kali ini aku mengeluarkan semua tenagaku dan mendorong keras pintunya hingga tertutup.

Brak!

Pintu tertutup.

"Argh!" Teriak Ryuu dari luar kamar.

Hah?! Kenapa Ryuu?! Apa tangannya terjepit pintu?! Aku tak tau, tapi aku langsung merasa khawatir. Spontan aku membuka pintunya.

"Ryuu kamu gapa..."

Cup!

Heeee???!! Saat aku membuka pintu kamar, Ryuu memegang lengan tanganku dan menciumku lagi. Mouth to mouth!!

Lalu aku mendorong Ryuu dan...

Plaaakkk!!

Aku menamparnya.

"Kau mau apa sih?! Katanya tadi gak bisa!" Ucapku keras.

"Bodoh." Ucap Ryuu, lalu ia langsung memelukku dengan sangat erat.

"Le... lepasin." Kataku berusaha lepas dari pelukan Ryuu. Tapi gak bisa. Ryuu terlalu erat memelukku. Sampai akhirnya aku pasrah dipeluk Ryuu.

Hening untuk beberapa waktu.
Lalu Ryuu melepas pelukannya dan duduk bersandar didinding samping pintu sambil memegang kepalanya.

Oh iya. Ryuu kan lagi demam. Ini semua salahku. Lalu aku ikut duduk dihadapannya.

"Ma...maaf.. kamu gapapa? Masih sakit ya? Tadi kamu kenapa teriak?" Tanyaku takut-takut.

"Gapapa Ai." Jawab Ryuu yang masih memegang kepalanya, lalu ia berkata "kamu itu... bawel, keras kepala, gak mau dengerin orang dulu. Tadi aku ngomong gak bisa, maksudnya gak bisa ngelepasin kamu Ai."

Aku tercengang mendengar kata-katanya barusan. Aku gak nyangka Ryuu bakal bilang begitu. Aku melihat wajah Ryuu pucat. Lalu aku mendekatinya.

"Jangan terlalu lama dekat denganku bodoh. Nanti kamu bisa ikut sakit." Kata Ryuu.

"Aku gak peduli." Aku langsung memeluk Ryuu.

Kenapa ya, kalau aku bersama Ryuu selalu berdebar-debar. Dan aku menyukainya.

Lalu Ryuu mengangkat wajahku dan menciumku lagi. Aku bisa mendengar desah nafas Ryuu yang panas.

Ryuu memeluk dan menciumku tak henti-henti semakin lama. Desah nafas Ryuu makin lama makin panas.

"Hei sudah." Ucapku mencoba melepaskan diri. Tapi karna ini duduk dilantai, jadi aku agak susah melepasnya. Apalagi tubuhku benar-benar dekat dengannya.

"Ai manis ya kalo gak mau." Kata Ryuu tersenyum nakal dan mencoba menciumku lagi.

Aku menutup mata dan menggelengkan kepalaku. Lalu Ryuu menyentuh lembut kepalaku terus memelukku dan berkata

"Kamu itu aneh, periang, blak-blakan, padahal kamu kesepian. Aku gak pernah tau kenapa aku suka sama kamu. Yang kutau, saat kamu senang, ntah kenapa aku juga ikut senang. Seminggu aku disini rasanya aneh kalo pisah sama kamu. Padahal itu waktu yang sebentar. Dan aku gak pernah merasakan ini sebelumnya. Memang aku pernah melihat adegan romance di anime, tapi aku gak pernah berfikir untuk itu. Tapi saat aku bertemu kamu, rasanya ingin disampingmu terus. Apa itu aneh?" Tanya Ryuu setelah menjelaskan.

Aku terdiam lagi saat mendengarnya. Apa yang kurasakan ternyata dirasakan olehnya juga.

"Aku fikir... itu wajar saja." Jawabku sambil tersenyum.

Dan lagi-lagi, Ryuu menciumku untuk beberapa saat. Lalu aku tersadar sesuatu.

"Ryuu! Demammu tambah tinggi!" Aku terperanjat saat mengetahui suhu Ryuu mungkin sekitar 38 derajat. Lalu aku berdiri.

"Hei! Ayo kekamarmu! Kamu harus tidur!"

Ryuu tak berkata apa-apa dan terlihat lemas. Lalu aku membantunya berdiri dan berjalan kekamarnya dengan menopang satu tangannya.

Sesudah sampai didepan tempat tidur, karna Ryuu lebih tinggi dariku, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh bersamaan ketempat tidur.

Bruk!

Aku terlentang ditempat tidur, dan Ryuu tidur diatasku.

"Hoi! Bangun!" Ucapku berusaha turun dari tempat tidur dan melepaskan diri dari Ryuu. Ryuu seperti pingsan saja.

Setelah berhasil turun dari tempat tidur, aku melihat Ryuu masih tidur dengan posisi tengkurap. Lalu aku membalikkan badannya, mengambil selimut tebal yang tadi dipakainya dan memakaikan ke Ryuu.

Aku memegang kening Ryuu.

"Panas banget." Gumanku.

Lalu aku kedapur mengambil baskom kecil, air dan perasan jeruk nipis, dan handuk kecil. Lalu mengompreskan ke Ryuu.

Setelah itu, aku kedapur lagi memasak bubur. Waktu itu Ryuu pernah memberitahu cara memasaknya. Akan kucoba.

My First Kiss'S My Love ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang