Dua: Perjanjian Konyol

150 16 4
                                    

Update again^^

Status: Nonedited

--------

2 - Perjanjian Konyol -

Sekarang adalah hari kamis. Kelas 11-IIS 3 habis melakukan olahraga dari jam pertama hingga jam ketiga kemudian di susul pelajaran sejarah Indonesia setelahnya. Kalian pasti bisa membayangkan bukan bagaimana aroma kelas 11-IIS 3? Uh, semerbak sekali. Berbagai jenis parfum bercampur menjadi satu. Terlihat, sekumpulan cowok bandel kelas itu sedang berada di pojokkan. "Gue bagi gatsby lo, ye!"teriak Bayu, yang hanya memakai kaos oblong putih dan celana putih panjang.

"Jangan banyak-banyak, nyet!"sahut Gufron, saat melihat Bayu mengambil sejenis ramuan untuk mengeraskan rambut miliknya sangat banyak.

"Elah, ini dikit kali, Fron!"

"Dikit darimana, njing? Banyak begitu! Mata lo katarakan, hah?"

Shasi diam saja di tempatnya. Menatap sekumpulan cowok yang kebetulan dekat dengannya dengan serius. Ada sosok yang dia kagumkan di sana bersama Bayu dan cowok-cowok yang bandel. Shasi khawatir sosoknya akan berubah menjadi nakal. Cewek itu memalingkan wajahnya saat dia lihat sosoknya menoleh kepada dirinya. Shasi gugup.

"Habis ini pelajarannya Bu Dwi, ya?"tanya Syifa, sembari melipat baju olahraganya. Pertanyaan Syifa hanya dibalas deheman pelan dafi Shasi. Perlahan, karena bingung dengan sikap Shasi hari ini, Syifa menatap sahabatnya, "Lo kenapa?"tanyanya.

"Ada kabar kalau Chanyeol nge-date sama Joy red velvet." Lima detik, waktu yang harus di butuhkan oleh Syifa untuk mencerna ucapan Shasi. Dahinya berlipat-lipat dan bibirnya maju sedikit ke depan, ekspresi yang lucu. "Serius? Kok bisa, sih? Mereka nggak terlalu kelihatan dekat kok."balas Syifa, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara kencangnya. Dia tidak mau malu lagi seperti kemarin.

"Emang, mereka nggak pernah kelihatan deket. Tapi, ada beberapa foto yang menunjukkan kalo Chanyeol lagi merhatiin si Joy. Ya Allah! Waktu itu Jongin sekarang Chanyeol, habis itu siapa lagi?" Shasi mendesah kesal. Tangannya terlipat manis di atas meja lalu dia menjatuhkan kepalanya tepat di atas tangannya itu. Syifa mengusap pundak Shasi seakan sedang memberikan kekuatan untuk Shasi agar bisa menerima semua ini.

"Masalahnya, Jongin bias pertama gue dan Chanyeol bias kedua gue, Sip. Sabar banget gue, Sip. Lama-lama pengen move on dari dua lelaki tampan itu aja, deh mendingan!"sungut Shasi. Syifa hanya diam saja dan kemudian dia memilih untuk memainkan smartphonenya, membuka instagram dan mencari tentang informasi yang di berikan oleh Shasi tadi.

Sedangkan, Shasi menatap ke samping kanannya dan matanya langsung membelalak kaget. Di posisinya saat ini, dia bisa melihat dengan jelas sosok yang dia kagumkan karena kelas mereka setiap minggu melakukan rolling tempat duduk dan alhasil Shasi duduk tepat di samping cowok itu.

Shasi terus memperhatikan cowok itu yang sepertinya tengah membaca sebuah komik yang Shasi cukup familier dengan covernya, "Lo suka baca conan, Ar?!"tanya Shasi, dengan cukup kencang yang membut Arkan terlonjak kaget. "Gue ngagetin lo, ya? Maaf, ya, Ar."ucap Shasi, mengulum bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman kecil.

"Nggak, kok, lo ngga bikin gue kaget." Arkan tertawa renyah, "Iya, gue suka baca conan, lo juga, Sha?" Arkan berbalik tanya. Shasi menggaruk tengkuknya, "Nggak terlalu suka, sih, habisnya file nya kebanyakan. Udah lebih dari sembilan ratus, 'kan?" Arkan menjawab.

"Iya, emang banyak. Udah berulang kali gue mencoba untuk berhenti baca komik ini, tapi nggak bisa juga. Namanya juga udah cinta, haha." Shasi ikut tertawa, ya walau menurut dirinya sama sekali tidak ada yang lucu. Percakapan mereka berdua terus mengalir. Membicarakan tentang episode-episode conan yang sangat seru dan juga membicarakan conan yang kapan kembali menjadi Shinichi.

Hingga, Arkan mengajak jalan Shasi, "Movie yang dua puluh beberapa bulan lagi bakalan tayang di Jepang. Kalo, udah ada di sini, lo mau 'kan nonton bareng gue?"tanya Arkan, menatap lekat-lekat Shasi.

Ada dua hal yang membuat Shasi gugup saat ini yaitu: Pertama, karena Arkan menatapnya seperti itu dan hal itu membuat Shasi baper. Yang kedua, karena ajakan nobar Arkan. Tanpa, menunggu waktu lagi, Shasi mengiyakan ajakan Arkan dan cowok itu sangat senang karena Shasi mau. "Kita nggak pernah ngomong sepanjang ini, 'kan, Sha?"tanya cowok itu.

"Iya, abisnya setiap gue pengen nanya sesuatu sama lo, muka lo jutek habis. Gue 'kan jadi takut." Arkan meringis mendengarnya. Apa dia sejutek itu? Padahal, dirinya sudah menjadi teman sekelas Shasi sejak kelas 10 dan mereka mulai dekat di kelas 11. Yang benar saja! Arkan rasanya ingin tertawa. "Muka gue nggak jutek-jutek banget kok. Setiap orang yang ngelihat gue bakalan berpikiran kayak gitu juga, sih."sahut Arkan.

"Dasar cowok nggak tau diri lo! Tukang selingkuh! Sok kegantengan!" Semua orang di kelas itu langsung tersentak begitupun juga dengan Shasi maupun Arkan. Mereka tadi sedang berbicara namun dengan terpaksa harus menatap ke depan saat teriakan yang keluar dari cewek masuk ke dalam telinga mereka.

"Apa-apaan lo main ngatain gue aja?" Sahut si cowok. Shasi mengerutkan keningnya, "Alika sama Egar berantem? Bukannya mereka berdua pacaran, Ar?"tanya Shasi yang langsung di balas 'iya' dari mulut Arkan.

"Gue tadi ngelihat lo lagi pelukan sama anak sebelah! Pura-pura nggak tahu lagi lo! Dasar dugong playboy!"bentak Alika. Semua orang di kelas itu tersentak. Inilah salah satu alasan kenapa murid kelas itu tidak ingin membuat Alika marah, ya begini jadinya kalau Alika sudah marah. Dia tidak memandang bulu, jika ada orang yang menghentikannya, dia akan memarahi orang tersebut.

"Lebay banget sih lo jadi cewek, gitu doang di permasalahin." Egar mendecih dan itu semakin membuat amarah Alika semakin membesar. "Doang lo bilang?!"pekik Alika dengan kencang langsung saja seisi kelas menutup telinga, takut telinga mereka nantinya sakit karena pekikan Alika.

"Anjir, itu cewek pekikannya mantap banget, ya."celetuk Bayu, yang duduk di belakang Shasi. Cewek itu membenarkan ucapan dari Bayu, pekikan yang sangat cetar sekali.

"Yaudah, kita putus aja, gampang, 'kan?"usul Egar. Shasi merutuki Egar dalam benaknya. Dasar cowok, nggak pekaan banget, sih. Sungut Shasi dalam hatinya, dia sangat kesal terhadap Egar yang seharusnya cowok itu mencoba meredamkan amarah Alika, bukannya malah membuat Alika semakin marah.

Setelah mengajak Alika untuk putus, Egar kembali ke tempat duduknya yang berada di barisan paling jauh dari pintu kelas. Alika, ya cewek itu mulai menangis dan tiga sidekicknya mulai menghampirinya. Menenangkan cewek itu, tapi Alika malah semakin mengencangkan tangisannya. "Ar, lo 'kan ketua, tanganin, tuh!"sahut Bayu. Shasi menoleh dan menyetujui ucapan Bayu.

"Gue cuma ketua kelas, gue mana bisa nanganin cewek kayak gitu." Ucapan Arkan malah membuat Bayu dan Shasi tertawa bersamaan. Cowok kaku seperti Arkan mana bisa deketin cewek secantik Alika dan menyuruh cewek itu untuk berhenti menangis. Bukannya di kasih ucapan terimakasih dari Alika, mungkin Arkan akan mendapatkan pukulan dari cewek itu. Maklum, cewek kalau lagi nangis, pasti kekuatannya akan meningkat.

"Guys, tolong perhatiannya sebentar!" Ucap Ella, salah satu sahabat karib dari Alika. Ella berdiri di tengah kelas sendiri, oh ternyata Alika sudah kembali ke tempat duduknya bersama dia sahabatnya yang lain. Murid kelas 11-IIS 3 yang lain menatap bingung Ella, "Kenapa, beb?"tanya Bayu, yang langsung diberi tatapan sinis dari Ella.

"Jangan manggil gue kayak gitu, Bayu!" Bayu hanya terkekeh pelan saja.

"Gue nggak mau kasus kayak tadi keulang lagi. Jadi, gue ada satu usul untuk kalian semua, untuk anak kelas 11-IIS 3."ucap Ella. Kelas itu mulai bising karena belum mengerti maksud ucapan Ella.

"Kita bakalan sekelas terus sampai kelas duabelas dan kasus kayak gini pasti bakalan ngebuat Alika sama Egar sama-sama canggung. Jadi, tolong ini untuk terakhir kalinya! Tidak boleh ada hubungan yang lebih dari teman di antara kita semua, setuju?"usul Ella. Keadaan kelas itu hening.

"Setuju!" Shasi menoleh kepada Arkan. Dia menyesal karena menyetujui perjanjian konyol ini! Masalahnya, dia menyukai seorang cowok di kelas ini. Siapa lagi kalau bukan Arkan?

------

Liat mulmed, mas Dylan kok cakep ya? aaaah, melting aku jadinya:v

Byee

Vomment ditunggu lho

ARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang