Tiga: Sepupuan

111 17 0
                                    

Hai, i'm back^^

ini lanjutannya

---------

3 - Sepupuan -

"Lagian, Egar sok kecakepan banget jadi cowok, muka pas-pasan begitu."gumam Syifa, pelan. Shasi yang duduk di sampingnya sedang serius memainkan game Flappy Bird di smartphone milik Syifa. Cewek itu seperti sedang berbicara dengan patung, maka dengan cepat Syifa meraih smartphonenya.

"Aduh, gue lagi mau ngalahin high scorenya, Sipaa!" Syifa bodo amat lah, "Abisnya, lo tadi ngacangin gue."sungut Syifa, dengan bibir mencebik kesal. Shasi menggerutu, kalau kayak gini berarti Syifa lagi merajuk karena dirinya. Shasi membenarkan tempat duduknya. Sekarang ini mereka sedang berada di cafe dekat sekolah mereka sejak bel pulang sekolah berbunyi kira-kira tiga puluh menit yang lalu.

Cafe dengan nama Granette Cafe itu terlihat tak terlalu ramai. Pengunjungnya bisa dihitung dengan jari. Shasi dan Syifa memilih tempat duduk yang spotnya langsung menghadap ke jalan raya.

"Jangan ngomongin itu, kek! Bosen, daritadi pas di kelas sampai sekarang lo nanyain pertanyaan yang sama, Sip!"balas Shasi dan Syifa hanya tersenyum lebar. Tangan Shasi sedang asyik mengaduk ice chocolatenya lalu meminumnya melalui sedotan. Cuaca di luar sedang panas dan minuman yang cocok hanya ini, itu menurut Shasi sendiri.

"Ehehe, terus kita mau bicarain apaan, nih? Cogan? Kak David? Atau, Arkan?! Oh iya, daritadi gue perhatiin lo sama Arkan udah mulai deket, ya?"goda Syifa, menaikkan salah satu alisnya. Ingin rasanya Shasi melempar Syifa ke danau dekat rumahnya karena cewek itu terlalu cerewet hari ini.

"Hahaha, gue cuma ngomong biasa doang sama itu cowok."balas Shasi datar. Syifa bukanlah tipe cewek yang langsung percaya begitu saja. Dia menatap curiga Shasi yang sedang menatap ke luar jendela. Syifa tersenyum penuh arti saat tahu apa yang di perhatikan oleh Shasi. "Ehem!" Deheman Syifa sukses membuat Shasi menoleh dengan cepat dan bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ngelihatin Arkan, ya? Tapi, kenapa harus ada Bayu, sih? Itu orang merusak pandangan aja!" Belum sempat Shasi membalas ucapan Syifa, teriakan yang keluar dari seorang cowok menggema di cafe itu. Bayu dan Arkan tampak sedang berjalan ke arah Shasi dan Syifa setelah memesan pesanan mereka tadi.

"Wah, ada dua cewek cantik di sini. Hai, sepupu! Apa kabar?"tanya Bayu, memukul pundak Shasi dan cewek itu langsung menatap tajam Bayu. Dua orang yang lainnya hanya diam dan berharap-harap kalau telinga mereka salah mendengar. Arkan maupun Syifa menatap Bayu yang sudah duduk di samping Shasi dengan guratan wajah bingungnya.

Arkan memutuskan untuk duduk di samping Syifa yang terlihat masih kosong. "Lo berdua ... sepupuan?"tanya Arkan, ragu.

Shasi menghela nafas, ia sangat malu untuk mengakui kalau memang dirinya dan Bayu itu saudara sepupu. Semua orang pasti akan sama malunya seperti Shasi jika harus memiliki sepupu gila, nakal, sok ganteng ya kayak Bayu gini lah misalnya. "Iya, gue sepupuan sama dia. Rada mirip, 'kan, wajah kita?"tanya Bayu, merangkul Shasi dan menyuruh Arkan untuk menilai wajahnya dan Shasi. Apakah mirip?

Arkan menelan salivanya, "Sebenernya, sih, nggak mirip, Yu. Mendingan mukanya Shasi, lebih enak di pandang. Daripada muka lo," Arkan sengaja menggantungkan ucapannya, biarin si Bayu penasaran. "kekurangan, hahaha."lanjut cowok itu.

Bayu mendengus kesal, tidak adakah orang yang bisa membuatnya bahagia dengan menjawab 'iya, muka lo berdua mirip'? Bayu selalu sabar menghadapi cobaan yang satu ini. Bayu menatap minuman milik Shasi, mengambilnya dan meminum sebelum minta ijin terlebih dahulu ke pemiliknya. Bayu memiliki prinsip: Makanan apapun yang dibeli oleh Shasi, berarti makanan itu milik Bayu juga. Bayu adalah cowok dengan prinsip ekonominya yaitu: Selagi orang punya, buat apa beli?

ARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang