#2 - Bad Feel

77 10 24
                                    

Abi's pov

Pagi menyambut, bergegas bangun dan menuju kekamar mandi sudah menjadi kegiatan rutin yang kulakukan dari pada bermalas-malassan. Walaupun dikotaku terkenal dingin dan ruangan kamarku sama dinginya seperi diluar tidak menciutkan nyaliku untuk langsung membersihkan diri.

Selelah-lelahnya pulang dari kantor aku memilih langsung membersihkan badan dari pada langsung tertidur. Karena percuma saja karena tidurku dipastikan tidak akan nyenyak.

Seperti orang gila bibirku terus mengukir senyum, memikirkan jalan bersama gadis yang kusayangi saja sudah membuat hariku menyenangkan.

Perkenalan kami dimulai saat SMA, ia dulu menolongku dari siswa-siswa yang hanya mengandalkan otot mereka.

Bukannya aku tidak mampu untuk melawan atau membela diri. Karena aku sedang memerankan sebuah drama saat itu, dan sialnya gadis-ku harus melihat kejadian naas itu.

Yup! Drama.

Drama seperti disinetron-sinetron di layar kaca, laki-laki tampan merubah penampilan untuk mencari identitas diri. Lelah dikenal karena ketampanan dan kekayaanya, akhirnya aku merubah penampilan yang terkesan kuno.

Daya tarik jasmani bukan jaminan apapun yang kita dapatkan sesuai keinginan. Rupanya aku harus berjuang demi sebuah ketulusan. Mendekat karena melihat materi bukanlah hal asing yang kulihat selama ini.

Buta keindahan ciptaan sang pencipta tanpa mengenal lebih dalam membuatku tidak percaya lagi dengan cinta. Gadis cantik dan populer disekolah bukan hal sulit untukku dapatkan.

Bukan bermaksud kegeeran, hanya saja mereka jelas sekali melempar kalimat godaan saat aku melintas didepan mereka. Tapi yang sudah kukatakan, dia akhirnya menghianati perasaan sayang kuberi untuknya. Saat kebohongan melerai hubungan kami.

Chacha nama gadis itu, diam-diam ia menjalin hubungan dengan anak sekolah yang usiannya tiga tahun diatas kami. Aku tidak sengaja mengetahui kebohongannya saat dia sedang berbicara ditelepon. Cantik bukan jaminan seorang wanita mempunyai sikap baik, ternyata dia dan selingkuhannya sengaja memerasku.

Mulai sejak itu aku bertekat untuk cepat lulus dari sekolah, karena aku mulai tidak merasa nyaman. Belajar menjadi prioritasku. Sampai mengikuti kelas akselarasi aku ikuti demi lulus satu tahun lebih cepat. Usahaku membuahkan hasil, aku lulus dengan nilai terbaik.

Tidak ingin kejadian lalu terulang kembali sebelum masuk sekolah baru aku merubah penampilan. Dengan kacamata menutupi kedua mata, baju kebesaran dimasukkan dan sampai rambut aku beri gel agar terlihat klimis menjadi penampilan sehari-hari yang wajib untukku.

Aku juga tidak pernah membawa mobil lagi kesekolah. Aku mulai membiasakan diri kesekolah dengan kendaraan umum atau naik ojek, kalau pun harus dengan mobil harus ada supir yang mengantar dan menurunkan aku jauh dari sekolah agar tidak ada yang tau identitas diri.

Mulai dari pertemannan hingga akhirnya kami memutuskan untuk bersahabat. Intensitas pertemuan kami jadi lebih sering karena rumahnya ternyata tidak jauh dari rumahku.

Kami selalu melewati hari berdua, bermain, belajar, tertawa, sedih, dan bahagia bersama hingga akhirnya aku tidak menyadari perasaan asing diam-diam masuk untuknya.

Rasa untuk menjaganya dari luka dan rasa sakit sangatlah besar. Aku memberikan semua waktu untuknya agar dia menyadari keberadaan ku disampingnya. Tapi seolah nasib baik tidak berpihak padaku, Keisha jatuh cinta pada laki-laki lain.

Belum lagi kenyataan pahit yang kuperoleh mengenai kalahnya perasaanku, Keisha menjalin hubungan dengan Laki-laki yang tidak lain adalah tetangga kami.

NOTHING ELSE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang