#12 - My Happiness

17 1 0
                                    

Aku sedang berkonsentrasi. Rasanya sedih jika menjadi tokoh yang sekarang sedang ku tonton. Libur kerja serta tidak ada jadwal pergi membuatku memutuskan tinggal dikamar dengan menonton dvd.

Film kesukaanku, Korea. Kali ini menceritakan tentang prajurit yang dikutuk menjadi Goblin. Kutukan terindah sekaligus tersuram. Karena sang istri Goblin lah yang hanya bisa melepaskan kutukan tersebut dengan cara melepaskan pedang tak kasat mata –hanya bisa dilihat yang ditakdirkan menjadi istri Goblin-.

Didalam drama itu, Goblin yang belum mengenal istrinya terlihat memberikan setangkai bunga Buckwheat. Tapi aku tidak menginginkan bunga itu walaupun mempunyai arti bagus. Baru patah hati tidak membuatku memikirkan mempunyai kekasih. Tapi tentu saja dilubuk hatiku, aku menginginkan suatu hati nanti ada seseorang yang memberikan bunga dengan arti yang tidak kalah bagusnya.

"Kakak panggillin tidak dijawab gak tau nya ada dikamar," Aku hanya melirik lelaki yang sudah membuka pintu kamar, lelaki yang sudah biasa masuk dan pergi dari rumahku sesuka hati. Sahabatku, Abimanyu Adinata.

"Nonton Apa?" Kak Abi melirik laptop dihadapanku, rupanya ia sudah duduk disampingku.

"Korea." Jawabku singkat tanpa menoleh, aku lebih tertarik dengan layar dihadapanku yang membutuhkan perhatian.

"Aku juga tau Korea, tapi judulnya apa?"

"Dikasih tau juga gak minat." Judesku karena mulai terganggu dengan kehadiran lelaki yang datang selalu tanpa diundang.

"Hanya nanya, apa itu salah?"

"Salah,"

Kak Abi mencubit hidungku gemas, membuatku dengan cepat menepis tangannya sebelum hidungku merah.

"Sakit,"

"Biar,"

"Itu bunga apa?" tanyanya kepo, Hm.. rupanya ia ikut menonton.

"Bunga Buckwheat."

Kak Abi mengangguk walaupun aku tidak melihatnya. Pergerakan lelaki itu membuatku susah berkonsentrasi. Ada saja gerak yang ia lakukan.

"Apa kamu ingin bunga itu?" tanyanya setelah terdiam cukup lama dan berhasil memperoleh perhatianku hingga aku harus mem­pause sebentar dan menatapnya lurus.

"Emang kalau aku mau, Kak Abi bisa kasih?" dia mengangkat bahunya acuh. Hal itu sontak membuatku berdecak. Sebelum tanganku menklik icon play Kak Abi menahan nya lebih dulu.

"Aku ada satu bunga yang lebih bagus dari itu." Alih-alih menjawab 'iya' dia malah membuatku kesal dengan membicarakan hal yang lain. Tidak taukah ia sadar sudah menganggu quality time ku?

"Apa?" tanyaku ketus, berharap pembicaraan ini berakhir.

"Ada, bunga ini harus ku ambil dulu diatas gunung, karena ia hanya tumbuh didataran tinggi." Jawabnya tenang tanpa terpengaruh oleh pertanyaanku yang tidak suka. Kak Abi setahuku memang suka mendaki, tapi ia jarang melakukannya karena sibuk bekerja.

"Kak Abi ingin mengambilnya untukku?" tanyaku lagi, karena pembicaraan ini tidak akan berakhir hingga kami benar-benar menyelesaikannya. Lagi pula aku penasaran bunga yang Kak Abi maksud.

"Tentu, kenapa tidak? Kamu hanya perlu meminta." Aku menatapnya lurus. Memperhatikan bola mata hitamnya yang menatapku sulit diartikan.

"Emang bunga itu mempunyai arti apa?" tanya ku mengalihkan perhatian nya.

"Keabadian cinta."

------------------------------

------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOTHING ELSE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang